"di apartemen?!"
Dengan spontan Jongsuk sedikit berteriak.memperlihatkan keterkejutan diwajahnya yang segar. Cukup kaget ketika mendengar penjelasan Hyunjin barusan. Dia tidak pergi ke kantor karena sangat mengkhawatirkan Felix yang sedang kencan, Suzy yang bercerita. istrinya itu bahkan sulit tertidur karena anak muda di hadapannya yang telah kencan seharian kemarin, tanpa memberi kabar jika mereka tidak akan pulang ke rumah, dan malah tidur di apartemen.
Bukan hanya Jongsuk yang kaget, Suzy lebih dari itu. Tubuh wanita ini menegang seolah mendapat serangan jantung. Otaknya langsung terpusat pada satu pemikiran. dimana dua orang berbeda jenis dalam satu ruangan, dengan nyaman, hanya berdua dan semalaman. "kalian tidur bersama?" Suzy bertanya telak. Ia mengusap wajah saat mendapati Hyunjin hanya menyengir, sedangkan Felix tengah menundukkan kepala.
Yah, bagaimana lagi. Hyunjin dan Felix mengakui kalau semalam mereka tidur bersama 'kan? Meski tidur dengan keadaan semi telanjang, namun mereka hanya tertidur tanpa melakukan apapun. tetapi, nampaknya Jongsuk dan Suzy menggambarkan 'tidur bersama' mereka itu dalam arti lain.
Helaan nafas pelan meluncur dari belah bibir Suzy, ia mencoba mengatur nafas sesaat. berfikir bahwa Felix sudah dewasa sekarang, mana mungkin Suzy selalu mengaturnya seolah anak kecil yang masih butuh pengawasan. Karenanya, untuk apa dia marah. Lagipula, Felix dan Hyunjin berpacaran, serta para orang tua masing-masing sudah menyetujui hubungan mereka.
Sebagai ibu yang berusaha mengerti buah hati yang mulai tumbuh dewasa, sekali lagi Suzy menghela nafas. "Kalian sudah makan?" Ia bertanya dengan notasi suara yang lebih tenang. Berusaha mengabaikan apa yang terjadi pada Hyunjin dan Felix semalam.
Felix mengangkat wajah untuk menatap Suzy yang menatapnya hangat. Merasa lega karena sang ibu tidak marah akan hal ini. "Ngg, sudah ibu."
"Syukurlah.." Suzy tersenyum. Lalu mengangguk mempersilahkan saat Hyunjin dan Felix yang meminta izin untuk ke kamar tidur anak gadisnya, dimana Hyunjin akan membantu Felix mengerjakan tugas akhir kuliah.
Jongsuk dan Suzy sendiri terus memandangi mereka yang bertaut tangan sambil menaiki tangga, melihat sesekali Hyunjin berbisik singkat pada Felix, lalu mereka tertawa kecil setelahnya. tersungging senyuman dibibir Suzy maupun Jongsuk sendiri. Ketika Hyunjin dan Felix sudah tak terlihat lagi, terdengar helaan nafas dari belah bibir Jongsuk.
"Dulu, diam-diam aku membeli rumah ini. Jika kita kencan, aku selalu mengajakmu kemari dan berakhir di ranjang setelahnya persis seperti mereka." Jongsuk tertawa mengingat masa pacarannya dulu dengan Suzy.
Begitu Suzy mendadak merasakan pipinya memerah, iapun menimpali. "Yang kita lakukan menurutku tidak seberapa. Yang lebih parah, masa pacaran orang tua Hyunjin. Saat itu, Nayeon sudah mengandung Hyunjin dua bulan sebelum acara pernikahannya dengan Minhyun di laksanakan tiga Minggu lagi. Haahh.. mereka itu benar-benar."
Tawa Jongsuk semakin keras saat Suzy juga tertawa karena perkataannya barusan. "Aku jadi ingin mengulang kencan kita." ujar Jongsuk kemudian. Pria itu Menaik turunkan kedua alisnya melirik Suzy.
"Kencan? Bukankah kita selalu bertemu setiap hari? Tidur bersama, makan, mandi, dan-"
Memotong ucapan itu dengan tanpa menjawab apapun, segera Jongsuk mengecup bibir istrinya lebih dulu, lalu menarik pelan Suzy memasuki kamar mereka. Entah apa yang akan dilakukan keduanya pada pagi hari yang cerah seperti ini.
Di sisi lain, Hyunjin sekarang tengah menerangkan mengenai tugas milik Felix begitu terlihat kalem, penjelasannya yang mengupayakan agar tugas di susun dengan sebaik mungkin terdengar detail. Felix takjub melihatnya. Hyunjin memang cerdas, tidak sia-sia pria itu bersekolah di Amerika.
Wajah Hyunjin yang serius itu membuat mata Felix terpaku, dia tak pernah melihat Hyunjin seserius ini dalam mengerjakan tugas. Terlebih tugas itu bukan miliknya, melainkan milik Felix.
Hyunjin melirik kekasihnya yang hanya memberi pandangan terkagum seolah menatap Hyunjin bagaikan emas paling langka, dan mengabaikan penjelasan panjang lebar barusan. "Kau bilang, aku tidak boleh terus menerus menatapmu. Sekarang, kenapa jadi kau sendiri yang terus menatapku?"
Suara berat itu menyadarkan Felix dari rasa keterpanaan pada pria di hadapannya, dia sedikit gelagapan dan berusaha bersikap tenang seperti biasa. "Y-ya, sampai dimana tadi?" Tanyanya, kikuk. Menyelipkan helai rambut di balik telinga kanan dengan refleks, berniat menghilangkan rasa malunya sesaat.
"Hm, tugasmu tak jauh beda dengan tugasku. Kita ke rumahku sekarang. Kurasa, mengambil contoh dan skripsiku untuk tugas ini tidak buruk. Lagipula, nilai tugas akhir ku tidak bisa dibilang kecil, kau tahu? Tak apa, kan?"
Felix mengangguk semangat menerima tawaran manis barusan, sedang Hyunjin tertawa pelan melihatnya. Yah, dibantu mengerjakan tugas akhir boleh juga. Lagipula, tugas ini membuat Felix teramat pusing, dan tergolong sangat rumit bagi orang yang tidak terlalu minat belajar bisnis seperti Felix. Dengan adanya Hyunjin, dia seperti mendapatkan semangatnya kembali untuk tetap menjadi mahasiswa fakultas bisnis.
Aroma maskulin langsung menggelitik hidung Felix begitu dia masuk ke dalam kamar Hyunjin. Sejak kecil sampai lulus SMP, dulu Felix sering bermain disini. Meski waktu kecil dulu Hyunjin mengajaknya bermain robot dan mobil mainan, Tetapi Felix lebih memilih diam dengan berbagai macam buku koleksi cerpen anak-anak. Dia memang suka membaca sejak kecil.
Hyunjin mengajaknya untuk duduk di karpet berbulu tebal dekat ranjang. Felix menurut diam selagi Hyunjin membuka koper yang dibawanya dari Amerika, pria itu belum sempat membenahi barang-barangnya. Dia mengambil laptop dari sana, beberapa berkas dan alat tulis.
Kemudian mereka sama-sama membuka laptop masing-masing. Felix sendiri hanya tersenyum melihat pria itu begitu semangat membantunya. Hyunjin menjelaskan mengenai materi tugas, dengan tanggap Felix dapat mengerti lalu segera mengerjakan tugas miliknya sendiri. Sudah menjelang sore mereka terus disibukkan dengan hal itu, setelah beberapa menit kemudian akhirnya tugas bisa di selesaikan dengan cepat.
Felix mendesah lega, sedangkan Hyunjin hanya tersenyum geli sambil membereskan barang-barangnya.
"Hyunjin, terima kasih." Ujar Felix menoleh pada Hyunjin yang tengah menatapnya dengan senyuman yang masih tersungging.
Sementara pria itu hanya mengangguk sekali sebagai jawaban. mereka diam terpaku sambil menelisik wajah masing-masing. Perasaan rindu masih menyisakan banyak di hati keduanya. Tanpa sadar, Hyunjin mendekatkan wjaah pelan-pelan, dan Felix mulai memejamkan mata siap untuk itu.
"Hyunjin.. Felix.. ibu membuat cemilan!"
Ketika suara feminim Nayeon berseru, lantas membuat mereka menjauhkan diri. Terlihat Nayeon memasuki kamar Hyunjin dengan satu piring cup cake cokelat, lalu menaruhnya di tengah-tengah Hyunjin dan Felix.
"Selamat menikmati.." ujar ibu cantik ini dengan ceria. sementara Felix menyahut tak kalah ceria. Ia berkata terima kasih dan terkekeh saat mendapati Hyunjin hanya mendengus pelan. Merasa sedikit sebal karena tiba-tiba sang ibu datang mengganggu kebersamaannya dengan Felix.
Sebenarnya Nayeon tahu mereka hendak berciuman, wanita itu hanya mengerjainya. Tadi Nayeon mundur beberapa langkah dari pintu kamar, berseru bahwa dia sudah membuat cemilan. lalu memasuki kamar anak laki-lakinya dan tertawa geli mendapati mereka saling diam dengan wajah memerah malu.
Masih tertawa terkekeh, Nayeon berjalan anggun keluar dari sana. Ketika itu juga Felix bergerak mengecup singkat bibir Hyunjin lalu menutup mulutnya dengan sebelah tangan, wajahnya memerah malu karena ia berani mengecup pria itu lebih dulu. Hyunjin sendiri malah tertawa pelan, di rusaknya puncak kepala Felix dengan gemas.
Tanpa mereka ketahui, diambang pintu nampak Nayeon dan Minhyun -yang baru saja pulang dari kantor melihat kejadian barusan. mereka terkikik tanpa suara. Kemudian Nayeon menoleh pada Minhyun dengan pandangan geli. "Mereka manis sekali, bukan?" Ucapnya berkomentar.
Minhyun menggeleng pelan. "Dasar anak muda." Katanya, masih tertawa kecil.
Tiba-tiba Nayeon mendekat lalu mengecup bibir Minhyun dengan cepat. "Aku ingin melakukan seperti yang Felix lakukan pada Hyunjin." Lalu wanita itu tertawa lagi, ia membungkam mulutnya dengan sebelah tangan dan lantas segera berlari menghindari Minhyun yang mengejarnya sambil berteriak minta lagi.
To be continued.
KAMU SEDANG MEMBACA
HYUNG OR NOONA | HYUNLIX -GS! [END]
Fantasía[REMAKE] Bagaimana Hyunjin menghadapi Felix yang sudah dianggap sebagai Hyung kandungnya sendiri telah berubah menjadi seorang wanita cantik akibat meminum ramuan yang salah? Apakah Felix masih pantas dipanggil 'Hyung' atau lebih pantas dipanggil 'N...