0.9

2.5K 263 29
                                    

Felix menjauhkan wajah lebih dulu. Tangan-tangan mungilnya beralih menangkup Rahang Hyunjin yang tegas. Matanya menatap sendu kedua mata tajam Hyunjin.

Felix merasa sedikit pening. Bisa jadi kesehatannya menurun karena kemarin dia terlalu banyak menangis, memikirkan Hyunjin, menunggui ponselnya berjam-jam takut kalau Hyunjin membalas salah satu ratusan bahkan ribuan pesan singkat yang dikirimkan pada pria itu, mengkhawatirkannya hingga ia sulit tidur serta nafsu makan berkurang. Itulah Felix, ia terlalu menyayangi Hyunjin.

Terguyur air hujan yang dingin dalam waktu yang lama, membuat tubuhnya terasa lemas, pucat dan kedinginan. Namun Felix berusaha berucap walau suaranya terdengar parau dan serak.

"Hyunjin.. a-aku.. ku mohon, luangkan waktumu untukku.. satu hari saja. Setelah itu aku akan kembali menjadi.. yah, laki-laki. Dan.. Terserah padamu, jika kau tidak ingin bersahabat denganku lagi, tidak apa-apa.. aku-"

"Tidak noona!" selanya dengan tegas dan memeluk Felix begitu erat.

"Noona.. kumohon.. tetaplah seperti ini.. kumohon." lanjutnya dengan suara yang bergetar.

Felix tertegun. Ia tahu, Hyunjin sedang menangis saat ini. Ia semakin merasa bersalah mendengar suara Hyunjin yang begitu pedih di pendengarannya. Namun Felix tidak bisa terus menerus menjalani kehidupannya dengan dilingkupi sihir. Sekarang Heechul sudah berhasil membuat ramuan penawarnya, dan itu adalah kesempatan bagi Felix untuk kembali hidup normal. Sebagai laki-laki.

Tangan Felix terulur mengusap pelan punggung tegap itu. "Hyunjin, bagaimana bisa aku menjalani hidupku dengan sihir ini terus menerus? Pasti akan ada waktunya sihir semacam ini dapat di hilangkan, dan nenek.. Beliau sudah membuat ramuan obatnya.. jangan membuatku merasa bersalah, Hyunjin. Bagaimanapun... aku ini tetaplah seorang pria. Menjadi laki-laki adalah kehidupanku yang sebenarnya." ucap Felix hati-hati.

"Kau bilang kau mencintaiku noona.."

Felix menghela nafas sebelum berujar. "Memang, aku memang mencintaimu. Aku mengerti kita saling mencintai. Tapi kita membuat kesalahan Hyunjin, sesama laki-laki tidak bisa dan tidak boleh bersama."

"Termasuk saling mencintai? Apa itu tidak boleh?"

"I-itu.. itu.."

"Itu apa?"

"Itu.. Argh! Aku tidak tahu.. Aku sendiri bingung.."

"Kumohon noona.. Tetaplah menjadi perempuan.." kini Hyunjin melepas pelukannya dan menatap kedua mata Felix begitu dalam.

Felix balas menatap Hyunjin dengan rasa frustasi dan bersalah. Menganggap bahwa adiknya berfikir begitu konyol.

"Hyunjin, kau mau kita menjadi pasangan gay, hm?" tanyanya pelan berusaha menutupi emosinya.

"Asalkan itu denganmu.." Hyunjin menjawab singkat sarat akan kesungguhan.

Felix menunduk. Sebisa mungkin menghindari tatapan Hyunjin. Ia akan semakin merasa bersalah jika terus menatap kedua mata tajam itu. Hyunjin sangat keras kepala, Felix tahu itu. Dia memendam emosinya dalam-dalam. Cukup heran mengapa Hyunjin ingin sekali selalu bersamanya, tak mempedulikan pada gender mereka.

Namun satu hal yang Felix tahu dan sangat kuat sebagai alasan. Karena Hyunjin mencintai Felix. Sederhana tapi bermakna. Membuat Felix semakin merasa bingung, ditambah ia kurang sehat, Felix merasa ia tak akan kuat berdiri lama. Kedua tangannya mencengkram sisi rok pendek seragamnya begitu kuat, berusaha agar tetap kuat berdiri.

Mereka terdiam- dalam guyuran hujan yang masih deras.

Hyunjin membuang nafas melihat Felix yang tak bersuara, dirinya berpikir keras. Apa yang harus ia lakukan? Apakah dia terlalu memaksa noonanya? Dan pada akhirnya Hyunjin menyerah. Pria itu merubah haluan, walau sebenarnya dia ingin sekali Felix tetap menjadi perempuan dan mereka bisa menjadi sepasang kekasih yang 'normal'. Namun Hyunjin merasa saat ini Felix lebih berpihak untuk menjalani kehidupan yang sesungguhnya dibandingkan rasa cintanya terhadap Hyunjin. Pria itu hanya mencoba untuk mengerti keadaan dan perasaan Felix.

HYUNG OR NOONA | HYUNLIX -GS! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang