2.3

1K 138 16
                                    

"Tidak perlu mengantar ku, aku bisa sendiri. Lagipula ada paman Kang." Hyunjin berkata datar sambil memasukkan koper kedalam mobil.

Sementara itu Nayeon menghela nafas untuk kesekian kali. Melihat Hyunjin yang akan pergi dengan wajah seperti itu membuat ia semakin tidak rela melepasnya. Nayeon dan Minhyun tidak habis pikir dengan kelakuan putra mereka. Hyunjin bilang ia tidak mau di hubungi selama tinggal disana, ia juga tidak mau mendengar apapun yang terjadi di Korea.

Hyunjin memeluk Minhyun dan Nayeon bergantian. Setelah itu, remaja ini menatap lekat-lekat wajah kedua orang tuanya dan berkata tegas. "Tidak perlu di antar, tidak perlu menghubungiku, dan hubungi paman Kang jika terjadi sesuatu. Jika kalian ingin tahu kabarku, tanyakan saja padanya. Aku janji, aku akan hidup baik disana. Belajar bisnis seperti yang ayah inginkan dan kembali kemari ketika lulus menjadi mahasiswa nanti. Aku janji. Ayah, ibu, jaga diri kalian. Aku pergi."

Hyunjin segera menaiki mobil bersama paman Kang yang memang sengaja menjemput Hyunjin agar jika ia tiba di California nanti, Hyunjin tidak perlu mencari-cari paman Kang di bandara. Paman Kang sendiri baru saja sampai di Korea dua jam yang lalu, setelah menjemput Hyunjin ia akan kembali ke Amerika bersama remaja itu. Ketika mobil melaju, Hyunjin bergumam lirih dan menyeka air mata yang mengenang di sudut matanya. "Maaf, aku mencintaimu.. Lixie.."

Hyunjin tahu, ia sangat bodoh karena tidak mau dihubungi siapapun. Ia hanya tidak mau diganggu, dan takut jika dihubungi rasa rindunya akan semakin besar. Hyunjin tidak ingin sampai merindukan Felix karena itu akan membuat hatinya terasa sakit lalu ia nekad kembali ke Korea untuk menemuinya.

Memohon pada sang ayah dengan cara apapun juga itu tidak akan berhasil. Minhyun terus memaksanya untuk tinggal di California sampai lulus menjadi mahasiswa dengan jurusan bisnis.

Mau tidak mau, ia harus mematuhi keinginan ayahnya. Walaupun Hyunjin seumurannya masih wajar untuk bermain-main, tetapi ia akan mencoba belajar untuk menyusun masa depannya. Hyunjin merasa jahat karena pergi begitu saja seperti ini tanpa berpamitan pada Felix lebih dulu.

Bahkan belum ada kata 'berakhir' diantara mereka. Biarlah mereka berpisah dengan cara seperti ini, jika memang Felix akan membencinya karena ia pergi begitu saja, dengan begitu Hyunjin tidak terlalu berat untuk meninggalkannya.

Sementara itu Minhyun menghela nafas dan mengusap lengan Nayeon yang menyandarkan kepalanya di pundak sang suami. Mereka memperhatikan mobil yang di kendarai paman Kang terus melaju menjauh. Nayeon mengerti, mungkin Hyunjin melakukan itu karena ia tidak ingin terbayang-bayang kenangannya di Korea.

"Bagaimana bisa Hyunjin sampai tidak mau dihubungi dan menyerahkan semuanya pada paman Kang. Apakah ia marah pada kita?"

"Tidak, dia marah padaku."

Nayeon menegakan tubuh menatap Minhyun sebal. "itu karena kau yang memaksanya tinggal disana selama itu, terlebih Hyunjin tidak menyukai bisnis."

"Sudahlah.. Lagipula anak itu sudah berjanji tadi. Ayo, sayang.. Sebaiknya kita masuk." Minhyun segera menggandeng tangan Nayeon untuk kembali memasuki rumah.

Sebenarnya Minhyun merasa kejam melakukan ini. Tapi harus bagaimana lagi, Minhyun tidak menginginkan putra satu-satunya mempunyai penyakit yang disebut 'penyuka sesama jenis'. Minhyun adalah sosok yang di kenal sebagai pembisnis handal, ia tidak ingin mempermalukan nama keluarganya karena Hyunjin yang seperti itu. Minhyun juga melakukan ini untuk kebaikan Hyunjin sendiri.

Sudah sekitar sepulu menit Minhyun dan Nayeon terus Membahas Hyunjin di ruang tamu. Ketika tengah bersantai sambil menyesap teh bersama, ia sedikit tersentak mendengar suara pintu rumah yang di ketuk dengan keras. Saat membuka pintu, seorang gadis mempunyai kemiripan wajah dengan putra Jongsuk dan Suzy mengejutkannya. Begitu pula dengan Nayeon, wanita cantik itu bahkan menutup mmulutnya dengan telapak tangan.

HYUNG OR NOONA | HYUNLIX -GS! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang