"noona, awas!" Hyunjin memekik dan segera menyembunyikan Felix kedalam dekapan.
Traks
"Akh!"
"Hyunjin, kau tidak apa-apa?" Felix menatap sang kekasih yang menahan sakit. Ia merasa bersalah karena seharusnya ialah yang merasakan sakit itu.
"Ahh.. Ini lumayan. Rasanya seperti mendapat jitakan darimu." sahut Hyunjin mengusap kepalanya.
Felix hanya mengulum senyum menahan tawa.
"Aduh.. Eunjo, hati-hati dengan mainan pesawat terbangmu, nak! Kau melukai hyung ini!" seorang ibu berseru kepada bocah laki-laki berusia sekitar 7 tahun yang dengan asyiknya memegang remote control untuk mengendalikan pesawat terbang yang ia mainkan seraya berlarian aktif.
"Maafkan anakku.. Dia sungguh nakal, aku akan menegurnya." ujar sang ibu menatap Hyunjin bersalah.
"Ah, tidak apa-apa. Anak seusia itu sedang aktif bermain. Jangan menyalahkan anakmu, sebaiknya bibi mencari tempat bermain yang lebih aman, karena di taman seperti ini banyak orang yang berkunjung." sahut Hyunjin memaklumi.
Ya, selesai berbelanja mereka mengunjungi taman di dekat sungai han untuk sekedar berjalan-jalan.
Ibu paru baya itu tersenyum lembut. Matanya melihat ke arah Felix dan Hyunjin secara bergantian. "Terima kasih. Eum, ngomong-ngomong kalian sangat cocok. Baiklah, saya permisi dulu." ujarnya ramah, ia membungkuk sekilas kemudian berlalu mendekati sang anak.
Felix dan Hyunjin saling tatap dan tertawa geli bersama. Senyum Felix memudar seketika kala melihat pelipis Hyunjin yang sedikit lecet.
"Hyunjin, pelipismu.." segera saja ia merogoh saku jeans yang di kenakan guna mengambil sesuatu. Ini adalah salah satu kebiasaan Felix. jika ia sedang bepergian selalu membawa plaster untuk luka ringan kemanapun.
Dengan pelan Felix menempelkan plaster cokelat itu tepat menutupi luka lecet di pelipis sang kekasih.
"Apa ini sakit?"
"Tidak, noona. Ah, aku merasakan baling-baling pesawat mainan iitu mengenai pelipisku tadi."
"Sekarang lukamu sudah tertutup. Terima kasih karena sudah melindungiku, Hyunjin." Felix tersenyum seraya sebelah tangannya mengelus pipi Hyunjin.
"Sudah kewajibanku untuk melindungimu."
Ucapan tulus namjanya membuat Felix menarik diri untuk memeluk erat tubuh tegap seseorang yang di cintainya itu. Hyunjin mengecup sisi kepala Felix dan mengusap pelan punggung sempit sang kekasih. Tak peduli pada tatapan orang-orang yang melihat keduanya, Hyunjin dan Felix larut dalam pelukan hangat mereka.
Sementara didepan beranda apartemen terlihat Woojin yang frustasi karena tidak menemukan sang pemilik.
Tuk! Tuk! Tuk!
Ia tak berhenti untuk mengetuk pintu dan menekan bel berulang kali. Wajah tampan yang selalu ceria itu berganti dengan gurat cemas disana.
Fikiran Woojin benar-benar berkecamuk. Tentang bagaimana Felix berubah menjadi perempuan, berpikir bahwa Hyunjin dan Felix adalah 'Gay', Felix yang akan mati jika tubuhnya terluka sedikit saja, sihir yang begitu luar biasa melewati akal sehat dan logika manusia, Woojin benar-benar dibuat pening memikirkan itu semua.
Jeongin yang berdiri di sampingnya belum paham mengenai situasi yang terjadi. Ia hanya menatap iba Woojin yang terus menyerukan nama Felix dan Hyunjin.
"Mungkin mereka sedang pergi, kita tunggu beberapa jam lagi. Tanganmu memerah karena terus mengetuk pintu." Jeongin berujar halus, di raihnya sebelah tangan Woojin yang terlihat memerah kemudian mengusap perlahan di bagian buku-buku tangan itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
HYUNG OR NOONA | HYUNLIX -GS! [END]
Fantasía[REMAKE] Bagaimana Hyunjin menghadapi Felix yang sudah dianggap sebagai Hyung kandungnya sendiri telah berubah menjadi seorang wanita cantik akibat meminum ramuan yang salah? Apakah Felix masih pantas dipanggil 'Hyung' atau lebih pantas dipanggil 'N...