2.0

1.2K 147 12
                                    

Malam itu Minhyun terus menghela nafas untuk ke sekian kali. Ia terus menatap Nayeon yang tertidur memunggunginya. Minhyun tidak pernah memikirkan bahwa istri cantiknya akan semarah ini. Nayeon benar-benar tidak mengajaknya berbicara sama sekali. Bahkan jika Minhyun bertanya, ia tidak menyahut dan malah mengabaikannya

Minhyun tahu Nayeon belum tertidur, maka ia berinisiatif untuk mengajaknya berbicara dan membuat sang istri tidak marah. Minhyun menggeser posisi tidurnya lalu memeluk tubuh Nayeon dari belakang. "Sayang.." ia memanggil dengan notasi suara sepelan mungkin lalu mengecupi kepala Nayeon dengan surai halus yang mengeluarkan aroma harum nan memabukkan.

Nayeon tetap bergeming dan nampak tidak risih sama sekali. Ia sedang marah pada suaminya. Nayeon ingin mendiamkan Minhyun untuk sementara ini. Menurutnya, keputusan Minhyun untuk menetapkan Hyunjin tinggal di Amerika begitu lama terlalu berlebihan.

"Maaf.. Maafkan aku.."

Nayeon tetap diam. Begitu Minhyun berkata maaf untuk beberapa kali, ia pun bergerak mengubah posisi menghadap suaminya. Nayeon menatap mata Minhyun yang terlihat sayu. Nampak gurat lelah yang terpancar dari manik hitam suaminya. Nayeon mencintai Minhyun, ia tidak bisa untuk benar-benar marah.

"Hyun.. Jangan biarkan Hyunjin berlama-lama tinggal disana. Kumohon.."

Ya, Minhyun tahu Nayeon pasti akan mengatakan hal itu. Dan sayangnya Minhyun tidak bisa memenuhi permintaan Nayeon. Ia tahu istrinya pasti akan sangat mengkhawatirkan Hyunjin, begitu pula dengan dirinya. Bahkan Minhyun mungkin lebih mengkhawatirkan anak itu. Sebelum menjawab, Minhyun kembali menghela nafas.

"Tidak bisa, sayang. Ini sudah menjadi keputusanku."

"Kau melakukan ini untuk Membuat Hyunjin melupakan Felix, kan? Satu tahun kurasa sudah cukup. Biarkan Hyunjin tinggal di California sampai ia lulus Senior High School saja. Dan melanjutkan kuliahnya disini."

Minhyun diam mengamati kedua mata Nayeon yang terlihat berkaca-kaca. Sungguh melihat wajah cantik yang memelas itu membuatnya tidak tahan. Sebenarnya pria itu juga sama-sama tidak ingin putra mereka hidup jauh disana, tetapi melihat kenyataan anaknya mencintai sesama jenis membuat Minhyun terpaksa melakukan ini. Lagipula, Hyunjin akan dilatih untuk menjadi penerusnya dan itu untuk masa depan Hyunjin sendiri. Mau tidak mau, Minhyun tetap akan memaksa putranya.

"Kumohon, Hyun.. Membantu mengurusi perusahaanmu saat itu membuat ku berhenti mengurus anakku sendiri selama dua tahun. Walau dua tahun, bagiku itu waktu yang lama. Aku tidak rela Hyunjin jauh dariku lagi. Aku menyayanginya.. Apa kau tidak menyayangi Hyunjin sampai tega menetapkan putramu tinggal di Amerika selama itu?" Nayeon menangis tanpa isakan. Suaranya bergetar dan terdengar pilu di telinga Minhyun. Ia benci Nayeon menangis.

Minhyun tidak menjawab apapun. Pria itu menarik Nayeon ke dalam dekapannya yang hangat dan kembali mengecup kepalanya penuh sayang. Berpikir mengapa istrinya menanyakan hal itu. Mana ada ayah yang tidak menyayangi putra kandungnya sendiri. Minhyun teramat sangat Menyayangi Hyunjin.

Tetapi ia harus melakukan ini, demi kebaikan Hyunjin tentunya. Ia tidak ingin putra mereka masih bermain dan bersantai-santai, yang Minhyun inginkan adalah mempersiapkan mental Hyunjin untuk menghadapi masa depannya dari sekarang.

Walaupun putra mereka masih berusia tujuh belas tahun. Minhyun rasa itu cukup untuk mulai bersiap dari sekarang. Minhyun berharap kesibukan Hyunjin di Amerika nanti dapat melupakan perasaannya untuk Felix sedikit demi sedikit.

Seiring waktu yang berjalan, Minhyun yakin Hyunjin dapat menemukan pasangan hidup yang sebenarnya, pasangan yang benar-benar seorang wanita sungguhan. Minhyun hanya ingin Hyunjin dan Felix bersahabat biasa seperti dulu, tidak saling mencintai seperti ini. Yang mereka lakukan adalah hal yang salah. Dan Minhyun merasa harus mengatasi hal itu.

HYUNG OR NOONA | HYUNLIX -GS! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang