Hyunjin benar, banyak hal yang mereka lewatkan, dan harus mengulang apa yang mereka lalui bersama, seperti sekarang. Mereka akan menghabiskan waktu bersama, tersenyum dan tertawa, kembali saling berbagi cerita dan masih banyak hal lagi.
Dalam perjalanan pun mereka sama sekali tidak canggung ketika memulai perbincangan. Membahas banyak hal yang mereka belum ketahui, dari mulai Felix kembali menjadi perempuan sampai ketika ia gagal mengejar Hyunjin empat tahun silam. Hyunjin yang mendengarnya merasa bodoh dan bersalah, namun Felix berujar agar ia melupakan hal itu.
Kemudian menceritakan mengenai hubungan mereka yang sudah sepenuhnya di setujui oleh orang tua masing-masing. Saat membahasnya, garis bahagia kentara sekali pada wajah mereka. Felix juga menceritakan tentang kesehariannya tanpa Hyunjin di sekolah, pria itu cukup kesal juga saat mendengar Lucas yang memang dikenalnya kini begitu dekat dengan Felix hingga sekarang. Meski hanya sekedar teman, terbesit rasa cemburu di hati Hyunjin.
Ekspresi pria itu berubah-ubah, terkejut dipadu bahagia ketika mendengar Minho dan Jisung sudah menikah serta Bangchan dan Seungmin sudah menjadi pasangan yang sah. Lalu kentara rasa iri saat Felix mengatakan bahwa Woojin dan kekasihnya Jeongin akan segera melangsungkan pernikahan dua bulan ke depan, dalam hati Hyunjin harus cepat-cepat melamar Felix.
Kemudian mereka terus berbincang. Hyunjin juga menceritakan kesibukannya di California sana. Pria itu terkekeh ketika mendengar saat ini Felix masih dalam pengerjaan tugas skripsi, karena memang mereka belajar di jurusan yang sama walau beda kampus, Hyunjin pun berkata yang membuat Felix berbinar senang. "Aku akan membantumu mengerjakan tugas."
"Benarkah?" Felix tak segan untuk tersenyum, namun untuk beberapa detik bibirnya malah mengerucut lucu. "Hm, dulu aku yang selalu membantumu mengerjakan tugas sekolah. Sekarang giliran kau yang membantuku." keluhnya.
"Sepertinya kau salah mengambil jurusan. Nona Lee."
Bibir Felix semakin terlihat Cemberut membuat Hyunjin yang meliriknya tak bisa menahan tawa. "Kalau boleh tahu, atas alasan apa kau ingin belajar di bidang bisnis?" lalu pria itu bertanya kemudian.
"Ngg.. Karena aku menyukainya." -juga karena dirimu.
"Benarkah? Ternyata kau menyukai hal lain dari membaca buku dan bernyanyi. Baguslah kalau kau menyukainya. Kukira kau belajar bisnis karena aku."
Tiba-tiba Felix tersedak air liurnya sendiri. Dengan spontan wanita itu menyangkal walau memang benar adanya, Dan Hyunjin semakin tertawa ketika melihat Wajah Felix yang memerah malu. Mereka kembali berbincang sampai tak terasa mobil sudah berjalan cukup jauh. Langit juga telah berganti sore, karena itu Hyunjin menekan tombol hingga dengan canggihnya atap mobil tertutup secara otomatis.
Hyunjin tercengang melihat petunjuk jalan bahwa sebentar lagi mereka akan tiba di pantai Haeundae; Busan. Begitu asyiknya mereka mengobrol sampai tak sadar bisa pergi sampai sejauh ini. Jika putar balik sekarang, Felix takut Hyunjin akan lelah dan karena itu mereka memutuskan untuk mampir di pantai yang terlihat sepi ini, karena memang hari akan berganti malam.
"Pantai!"
Felix berseru begitu keluar dari mobil Hyunjin, wanita ini jarang sekali berlibur membuat Hyunjin yang berjalan menghampirinya hanya tertawa. Pria itu sudah biasa melihat pantai di California sana.
Felix tersenyum menatapi pemandangan takjub di hadapannya, ini kali pertama ia melihat matahari yang akan terbenam untuk beberapa detik. Wanita itu bisa merasakan sebuah jaket jeans di sampirkan guna melindungi tubuhnya yang diterpa angin, serta Hyunjin yang memeluk ia dari belakang sambil menumpukan dagu. Dalam diam, mereka tersenyum menyaksikan sunset bersama.
Setelah hari benar-benar berganti gelap, keduanya memutuskan untuk makan malam di salah satu cafe terdekat. Disana Hyunjin tidak hentinya Menatapi Felix sambil menyantap makanannya pelan-pelan, hingga tak terasa Felix sudah lebih dulu menghabiskan makanan. Wanita itu sendiri balas menatap Hyunjin menyelidik. "Kenapa kau terus melihatku?" tuturnya terbata, suara Felix cenderung malu-malu.
Hyunjin tersenyum, matanya belum berhenti mengitari wajah cantik itu. Sementara tangan Hyunjin dengan pelan melepas sumpit lalu menjulur mengelus sebelah pipi Felix yang halus. Meski semakin tumbuh dewasa, kelembutan kulit Felix seolah melekat erat pada tubuh wanita ini sampai kapanpun. "Kau begitu cantik." lalu Hyunjin menjawab berbisik.
Betapa bahagianya pria itu saat menyentuh Felix sambil menatapnya lekat-lekat, memandang wajah cantiknya yang selalu hadir dalam mimpi dan lamunan Hyunjin selama ini. Wajah itu nyata, tidak lagi dalam khayalan semata. Dan lebih membuat Hyunjin teramat bahagia adalah Felix seorang perempuan, benar-benar seorang perempuan.
Sementara itu, Felix hanya bisa membalas senyum, ia merasa hangat dikedua pipinya. Dalam hati wanita ini sangat ingin bercermin, ingin tahu semerah apa wajahnya sekarang. Tiba-tiba saja, ia di buat kaget karena Hyunjin kemudian merogoh saku celana, lalu pelan-pelan menyematkan cincin emas putih dengan satu berlian mungil di tengahnya pada jemari manis Felix.
"Kau suka?" Hyunjin bertanya sambil sedikit terkikik geli ketika melihat mata Felix berbinar menggemaskan memandangi kilauan berlian putih kecil di jemarinya.
"Sangat suka." Felix tersenyum haru, ia memalingkan wajah menatap Hyunjin sambil bergumam terima kasih.
Sebenarnya saat di Amerika, Hyunjin yang memang mengira Felix masih bergender laki-laki, sengaja membeli cincin itu. Sebenarnya, cincin ini cenderung untuk di gunakan oleh laki-laki, namun masih pantas ketika melingkar indah di jari manis wanita seperti Felix.
Setelahnya, mereka berdua jalan bersama keluar dari cafe menuju mobil putih Hyunjin yang terparkir tak jauh dari tempat. Hyunjin segera mengajak Felix berlari ketika tiba-tiba hujan turun dengan derasnya. Felix langsung menurut begitu Hyunjin menyerukan mereka untuk memasuki tempat duduk belakang guna mengeringkan pakaian sejenak sebelum kembali melanjutkan perjalanan.
Mereka malah tertawa seolah anak kecil yang mendapat kebahagiaan saat di terpa air hujan. Untuk beberapa detik tawa itu mereda seketika, kemudian mereka terdiam beberapa menit sambil saling pandang di dalam mobil Hyunjin dengan penerangan cahaya remang, terkagum ketika meresapi garis wajah masing-masing. Tanpa bisa menahannya lagi, Hyunjin bergerak cepat mengecup bibir Felix yang terasa hangat.
Jantung mereka berdegup berirama seiring Hyunjin menautkan bibir dengan lembut namun sensual, mencari-cari posisi ciuman yang pas dengan hati-hati. Sudah teramat sangat lama mereka tidak saling berbagi kasih seperti ini. Felix menikmatinya, kedua tangan mulai melingkar di leher pria itu sementara Hyunjin memeluk pinggangnya dan semakin menarik Felix untuk lebih dekat. Mereka merindukan ciuman manis ini hingga tak terasa sudah berpuluh menit terlewati sampai Felix menarik diri lebih dulu.
Begitu melihat sinar merona di wajah Felix, Hyunjin pun bergerak mengecup cepat pelipis wanita itu. "Ayo pergi." ajaknya sambil mengelap bulir air hujan di dahi Felix yang masih tersisa dengan ibu jari. Lagipula Hyunjin sangat merindukan masa-masa kebersamaan mereka di suatu tempat. Tempat yang begitu penuh kenangan.
"Kemana?" tanya Felix.
Sebelum menjawab, tersungging samar senyum miring di sudut bibir Hyunjin, antara tersenyum geli atau pria ini sedang menyeringai, entah apalah itu.. Felix tidak bisa menebak ekspresi wajah Hyunjin ketika pria itu menjawab mantap penuh rasa bahagia.
"Ke apartemen kita."
To be continued.
KAMU SEDANG MEMBACA
HYUNG OR NOONA | HYUNLIX -GS! [END]
Fantasi[REMAKE] Bagaimana Hyunjin menghadapi Felix yang sudah dianggap sebagai Hyung kandungnya sendiri telah berubah menjadi seorang wanita cantik akibat meminum ramuan yang salah? Apakah Felix masih pantas dipanggil 'Hyung' atau lebih pantas dipanggil 'N...