Sepuluh : Pesan Terakhir Abi

3.5K 181 0
                                    

Cintailah ia sebagaimana kamu mencintainya sepuluh tahun yang lalu.

***

Aku duduk di samping Pak Hanif ketika ia membacakan surat Ar-Rahman, hatiku rasanya ikut hanyut dalam merdunya suara dan penghayatannya.

Saat aku di tanya mengenai mahar, aku menjawab bahwa aku ingin mahar Surat Ar-Rahman walau ia telah menyiapakan sebuah cincin indah dengan hiasan berlian.

Selain itu aku berharap dengan ayat-ayat Allah tersebut, Pak Hanif akan menerimaku dengan baik, dengan hati yang lapang, meski aku tahu itu tidak akan mudah.

Dari 'Uqbah bin ‘Amir radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

"Sebaik-baik mahar adalah yang paling mudah."

Aku berharap untuk kedepannya agar bisa membangun istana indah yang bisa membawaku dan Pak Hanif ke surganya.

Bismillah..

Dengan nama Allah yang maha pengasih lagi penyayang..

"Bagaimana saksi sah?"

"Sah."

"Alhamdulilah."

Kalimat syukur terdengar melimpah curah, termasuk pada diri ku sendiri, aku bisa melihat wajah-wajah senang orang di ruangan ini dan orang dengan wajah yang paling senang adalah Abi.

"Tunai semua kewajiban Abi terhadap kamu." Ujarnya, ia menjeda ucapannya, setetes air mata jatuh, tatapan itu masih sama seperti ketika Dokter menyatakan bahwa aku hamil dulu. "Jadilah istri yang baik, yang tidak banyak menuntut,"

Sekarang tibalah saatnya di mana aku mencium tangan Pak Hanif dan Pak Hanif mencium keningku, ketahuilah saat itu rasanya jantungku hendak melopat keluar.

"Cintailah ia sebagaimana kamu mencintainya sepuluh tahun yang lalu." Ujar Abi, sebenarnya aku tidak tahu maksud perkataan Abi tersebut, dan merasa sangat penasaran, namun bertanya sekarang bukanlah waktu yang tepat, pada akhirnya aku membiarkan semua penasaran itu diam lebih lama.

Waktu dhuha, ketika keluarga Pak Hanif pulang dan Pak Hanif izin untuk melaksanakan sholat dhuha bersama Bang Gafar dan Bang Jafar, Abi- di panggil Allah.

***

Rasa kehilangan itu kembali datang, lebih sakit dan lebih menyakitkan, membuatku sesak, membuat semua rasa bahagia hancur.

Aku telah menunaikan pesan terakhir Abi, namun aku rasa semua itu tidakah cukup.

Jauh dari kata cukup.

Semuanya berjalan dengan sangat cepat, terbayang semua yang pernah Abi lakukan kepadaku.

Bagaimana beliau membuatku menjadi anak yang tangguh dan tidak banyak mengeluh.

Puncaknya adalah ketika peristiwa itu terjadi, Abi melindungiku dari bisikan-bisikan yang dapat menyakitiku, ia menyakiniku bahwa Allah memberikan ujian karena ia tahu bahwa kita mampu.

Abi, telah usai semuanya..

Abi, semoga Allah memberikan tempat terbaik di surga-Nya bersama Umi..

Abi, terima kasih.

***

"Ra." Bang Gafar memanggilku ketika aku tengah terhanyut dalam kesedihan, ia datang dengan sebuah amplop berwarna coklat muda. "Ada pesan yang sengaja Abang tulis dari Abi." Ia menyodorkan amplop itu, aku membawanya dengan tangan yang bergetar.

Dear Imamku (IS 1) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang