Gagal Pisah (IS 3)

1K 20 0
                                    

Assalamualaikum..

Teman-teman, aku mau ngabarin kalau Imam Series 3 (Gagal Pisah) sudah aku publish. Yukk, langsung cek workku yaa..

Imam Series :

1. Dear Imamku
2. Tentang Pencarian
3. Gagal Pisah

Aku kasih tahu prolognya ya :

Prolog

Hari ini.

Rumah dua tingkat itu terlihat berdiri dengan kokoh. Di depannya terparkir dua buah mobil yang kutahu adalah milik Kak Raffa dan Kak Azzamp, suamiku.

Ah, mengingat suamiku. Selalu membuat hatiku sakit. Sakit sekali, seolah ada pisau belati yang menghunus, dan mencabik-cabik hatiku.

Selain itu, ada beberapa suara yang memenuhi otakku.

Kau harus mati Lun! Matilah bersamanya! Matilah, kau tak pantas hidup di dunia ini!

Mengerjap untuk beberapa saat, aku berusaha menahan tubuhku sendiri yang tiba-tiba terasa berat setiap kali merasakan luka di hati.

Aku mengusap perutku yang masih datar, kemudian mulai melangkah, dan mengetuk pintu rumah tersebut.

"Assalamualaikum." Salamku pada Kak Azzam yang kebetulan membuka pintu rumah. Lelaki itu terlihat menghembuskan napasnya berat.

"Walaikumsalam." Jawabnya. Ia menjeda ucapannya, sesaat menoleh kedalam rumah, sebelum melanjutkan ucapannya. "Mau apa kamu kesini? Aku kan udah bilang kalau aku sendiri yang bakal ngomong sama Abi dan Umi kalau kita akan cerai."

Aku tersenyum kecil, kembali mengusap perutku. "Aku lagi hamil, jadi kamu nggak bisa ceraiin aku."

***

Beberapa tahun sebelumnya.

Namaku Saluna. Aku adalah salah satu anak kutu buku yang tidak mempunyai teman di sekolah. Nilai akademisku cukup baik, terbukti semester 1 kemarin aku mendapatkan peringkat ke-1.

Apakah itu merupakan salah satu kebanggaan buatku?

Jelas tidak. Belajar adalah satu-satunya kegiatan yang bisa mengalihkan perhatikanku dari semua luka yang dibalut dengan air mata.

Aku benci menangis, merasa kehilangan dan menderita. Sekali saja. Aku ingin merasa bahagia, merasa dicintai dan dilindungi.

Namun, pernyataannya adalah apakah aku bisa?

Apakah aku bisa mendapatkan kebahagiaanku, yang tingginya setara dengan langit--sangat berbanding terbalik denganku yang hanyalah tanah--diinjak-injak, dicaci-maki, disakiti.

Apakah aku mendapatkan orang yang senyumnya seperti mentari pagi itu? Sedangkan, aku hanyalah remah-remah gorengan yang siap untuk di buang. Aku tahu, semua itu hanya mimpi. Maka, aku membiarkan imajinasi menyusup dalam hati.

 Maka, aku membiarkan imajinasi menyusup dalam hati

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 06, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dear Imamku (IS 1) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang