Empat Belas : Rasa Cinta

3.2K 151 0
                                    

Hari ini Pak Hanif libur kerja. Padahal yang aku tahu, ia libur minggu depan.

Entah apa yang membuatnya memutuskan untuk tidak bekerja hari ini, padahal keadaanku sudah baik-baik saja dan tadi pagi aku sudah bisa menyiapkan sarapan untuknya.

Sekarang, aku tengah menonton tv, Pak Hanif ada beberepa meter di belakangku, pria itu tengah fokus dengan laptopnya.

Menurutku, jika ia masih bekerja di rumah mengapa harus berlibur?

Aku menghembuskan napas berat, tiba-tiba mata ini terasa berat dan aku jatuh tertidur dalam keadaan duduk di sofa ruang keluarga.

"Ra, tidurnya yang bener nanti leher kamu sakit." Samar aku bisa mendengar suara Pak Hanif, aku membuka mataku dengan malas, dan pemandangan pertama yang ku lihat adalah sosok Pak Hanif dengan sebuah bantal dan selimut di tangannya.

"Saya bawain bantal sama selimut."

"Makasih Pak." Setelah posisi tidurku menjadi lebih baik, Pak Hanif menyentuh keningku dengan lembut.

"Aku udah sembuh." Ujarku sebelum Pak Hanif berbicara.

"Alhamdulilah."

"Pak Hanif nggak ngelanjutin kerjanya?"

Lelaki itu mengeleng pelan, tersenyum kecil.

"Kamu nggak ngelanjutin tidur kamu?"

"Pak Hanif kan lagi ngobrol sama Zafira, nggak mungkinkan kalau Zafira tidur?"

"Tidur aja."

"Gapapa?"

"Iya."

"Tapi-"

"Buat makan siang kamu mau beli apa biar saya beliin."

"Di dapur masih ada bahan makanan jadi nggak susah beli makanan, biar Zafira yang masak."

"Biar saya beliin aja, jadi kamu nggak usah cape-cape masak."

"Masakan Zafira nggak enak ya? Pak Hanif nggak suka ya?"

"Bukan gitu Zafira. Tapi kamu baru sembuh, jangan terlalu capek. Atau kita makan di luar aja? Kitakan belum pernah jalan-jalan sebelumnya?"

"Pak Hanif serius?"

"Iya."

"Mauuu."

"Yaudah sekarang kamu terusin dulu tidur kamu, mimpi yang indah ya."

Aku tersenyum kecil, sungguh rasa ini benar-benar membuatku sesak.

"Pak Hanif."

"Iya Ra?"

"Pak Hanif cinta nggak sama Zafira?"

***

"Pak Hanif tahu nggak kalau Zafira itu paling suka makan ice cream, kata Umi waktu aku kecil Umi selalu ngelarang aku buat beli ice cream, aku sering banget nangis, terus diem-diem Bang Jafar selalu beliin aku ice cream, kita makan ice cream diem-diem di belakang rumah, pernah suatu hari rahasia itu terbongkar dan, ya Umi sangat marah sama aku dan Bang Jafar."

Pak Hanif terkekeh pelan dengan ceritaku. Sekarang kami tengah berada di salah satu kedai ice cream yang keberadaannya tidak terlalu jauh dari rumah, bahkan kami berdua menaiki sebuah motor ke sini.

Padahal, aku tahu jika Pak Hanif tidak suka naik motor.

Namun, karena aku yang merengek ingin naik motor akhirnya ia terpaksa menuruti permintaanku.

"Cerewetnya kamu itu kayak anak kecil yang pernah saya temuin loh Ra."

Aku berpikir sebentar dan sejak kapan aku menjadi pribadi yang terbuka kepada Pak Hanif? Yang dengan hatinya gembira menceritakan masa lalu yang tidak aku ingat?

Dear Imamku (IS 1) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang