Jika ada orang yang mengatakan bahwa ia akan menjadi pagar serta pelindunganmu, maka orang itu benar-benar berdusta Zafira, sejatinya hanya Abi dan Suamimu kelak yang akan menjadi orang yang melindungimu, jangan terkecoh.
***
Aku terbangun dari tidurku ketika jam menunjukan pukul 3 subuh, ini artinya tinggal beberapa jam lagi sebelum pernikahan itu dilaksanakan.
Aku menatap wajahku sendiri di cermin, mengusap pipiku sendiri yang sudah basah oleh air mata yang sama sekali tidak bisa ku tahan.
Aku tidak tahu apakah pernikahan itu akan membawaku ke Surga-Nya atau sebaliknya?
Aku tidak pernah yakin dengan pernikahanku sendiri, aku merasa bahwa semuanya hanyalah keterpaksaan belaka, meski awalanya aku berusaha menerima.
Hingga, suatu hari aku kehilangan Umi dan menyalahakan semuanya kepada Pak Hanif.
Apa aku terlalu menyalahkannya?
Apa aku terlalu kecewa kepadanya? Karena aku menghadapi semua ini sendirian?
Atau aku yang terlalu cepat mengambil keputusan untuk memutuskan hubunganku dengan Pak Hanif?
Entahlah, seberapa keraspun aku mencoba mengerti dan memahami semua yang terjadi sekarang, pada akhirnya takdir membawaku pada satu kenyataan yang memang mengharusku menikah dengan Pak Hanif.
Deringan yang berasal dari handphoneku, membuatku segera membawa handphone yang ku simpan di saku gamis, sebuah nama hadir, membuatku semakin sesak dengan apa yang akan terjadi di hari ini. Aku memutuskan untuk tidak mengangkat telpon itu, hingga telpon di akhiri dan sebuah pesan masuk.
Assalamualaikum.
Dear Zafira,
Saya tidak bisa tidur malam ini karena memikirkan banyak hal. Zafira, saya tahu saya bukanlah orang yang kamu cintai dan saya juga masih mempunyai banyak kekurangan. Zafira, saya tahu saya tidak bisa memaksamu agar bisa menikah dengan saya.
Zafira, meskipun saya mengatakan bahwa kamu harus memikirkan hal ini kembali- tapi saya sadar, saya tidak akan pernah bisa membuatmu mengerti, kecuali dirimu sendiri.
Zafira, sejatinya saya tahu isi hati dan perasaan saya sendiri, saya mengerti apa yang saya inginkan. Tapi kembali semua keputusan ada pada dirimu.
Zafira, mungkin saya hanya bisa sedikit berjanji padamu, bahwa saya akan tetap memuliakanmu, dalam perasaan penuh cinta, bahkan dalam perasaan marah sekalipun.
Tapi, jika kamu tetap enggan untuk menjadi seseorang yang saya cintai, itu tak masalah. Tolong ingatkan saya jika tidak semua hal yang saya mau harus saya miliki.
Dan, Allah hanya akan memberikanku apa yang saya butuhkan bukan apa yang aku inginkan.
Sebaik-baik rasa cinta adalah yang dibangun dengan mencintai karena Allah, saya tahu jika terkadang saya masih suka lalai, saya tahu saya bukan orang terbaik yang kamu kenal, saya mengerti Zafira, tapi saya ingin belajar lebih dari pada perasaan saya ini.
Semoga kita dipertemukan dengan orang yang selalu menjadikan Allah sebagai tujuan akhirnya.
Saya akan menyerah jika pada akhirnya kamu memilih benar-benar untuk menghilang.
Wassalam.
Sebuah pesan dari Pak Hanif itu benar-benar membuatku hatiku tidak enak, bagaimana ia mengambarkan kata ikhlas, bagaimana ia melukiskan perasaan cinta atas dasar Allah, Tuhan semesta alam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Imamku (IS 1) ✔
DuchoweImam Series 1. Dear Imamku 2. Tentang Pencarian 3. Gagal Pisah Pernikahan dalam kamus hidup Zafira adalah salah satu hal yang menakutkan. Trauma di masa lalu serta merta membuatnya diambang kegelisahan, ketika seorang pria bernama Hanif mengunjungi...