My Day [JenRen]

6.3K 309 115
                                    

...

Renjun berhenti sebentar dengan tangan menumpu pada lutut, setelah kakinya sampai di depan gerbang yang sudah tertutup rapat. Tangannya menyeka dahinya yang penuh dengan peluh dan napas yang tersenggal.

Berlari sejauh dua kilometer tanpa berhenti membuat tenaga Renjun benar-benar terkuras habis.

Setelah napasnya mulai teratur, Renjun melongok mencoba mencari keberadaan pak Kamdi, satpam sekolahnya. Biasanya dijam seperti ini, pak Kamdi berdiri di balik pagar bersama ketua kedisiplinan yang selalu membawa buku poinnya.

Merasa tidak mendapat tanda-tanda keberadaan si ketua kedisiplinan, Renjun berniat untuk memanjat pagar. Melemparkan tasnya lebih dulu, lalu mulai memanjat pagar sekolah yang lumayan tinggi.

Sebenarnya Renjun tidak senekat itu, tapi demi nilai kimianya Renjun rela memanjat pagar sekolah. Pagi ini ada praktikum kimia, dan siswa yang tidak mengikutinya mendapat nilai nol. Renjun berjanji ini pertama dan terakhir kalinya Renjun telat dan memanjat pagar seperti maling.

Pendaratan Renjun tidak mulus seperti bayangannya. Pantatnya harus rela mencium tanah dengan kuat karena kakinya yang tergelincir. Demi apapun pantat Renjun sangat sakit.

"Tau gini tadi aku nggak nolak ajakan Haechan"

Setelah berdiri dan membersihkan seragamnya, Renjun berniat untuk mencari tasnya yang entah terlempar kemana. Tapi tiba-tiba tasnya sudah terulur dihadapannya.

"Oh, maka–hehe"

Renjun terdiam. Niatnya ingin berterima kasih pada orang yang sudah menyerahkan tasnya itu tidak jadi dia ucapkan. Karena yang menyerahkan tasnya adalah,

Jeno Lee, si ketua kedisiplinan.

"Kenapa panjat pagar? Mau cosplay jadi monyet?"

Renjun merutuk dalam hati, hari ini benar-benar hari sialnya.

.

"Mau kemana Njun?"

Renjun berbalik sebentar untuk melihat Jaemin yang menatapnya penasaran. Mengedikkan bahunya acuh lalu kembali melanjutkan langkahnya.

Bukannya Renjun tidak ingin menjawab, tapi tenaga Renjun benar-benar sudah terkuras habis. Belum lagi tadi pagi Renjun tidak sempat sarapan. Cacing-cacing diperutnya sudah berontak minta diberi makan.

Langkah kaki Renjun berhenti satelah sampai di depan pintu ruang sekretariat OSIS. Renjun menumpukan sebentar dahinya pada pintu ruangan.

Tapi ternyata tiba-tiba pintu ruang itu terbuka. Renjun yang memejamkan matanya itu sudah siap jika badannya harus kembali mencium lantai.

"Kamu berat"

Oh.

Kelopak mata Renjun terbuka lebar mendapati suara si ketua kedisiplinan. Dan Renjun benar-benar terkejut mendapati dirinya yang seharusnya terjungkal ke lantai tapi malah terjatuh di dekapan Jeno, si ketua kedisiplinan.

"Maaf" cicit Renjun pelan setelah menegakkan badannya.

Renjun lagi-lagi merutuk dalam hati. Sifat cerobohnya benar-benar membuatnya malu. Harusnya Renjun lebih berhati-hati, harusnya—

"Huang?"

"Ya?"

"Masuk!"

Selanjutnya Renjun mengekori Jeno yang sudah lebih dulu kembali memasuki ruangan. Duduk di bangku yang berseberangan dengan Jeno.

Renjun sudah siap mendapat hukuman dari Jeno. Renjun, siap.

"Kamu beli nasi dua sama air mineral dua. Ini uangnya jangan lama-lama"

Tentang KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang