⚠️mpreg, harsh words
...
Jaemin, kesal. Bagaimana tidak, saudara seperkandungannya tiba-tiba datang di waktu yang tidak tepat. Pukul sembilan lewat dua puluh malam disaat dirinya dan suaminya sudah siap untuk bergumul nikmat saling melepas hasrat.Jeno datang dengan wajah ditekuk, juga setelan kantornya yang masih melekat, cuma sedikit berantakan saja. Tidak ada bau alkohol, Jaemin yakin saudara kembarnya ini takut ketahuan mabuk di hari kerja oleh suami manisnya.
Tapi, kenapa si hidung besar ini tidak pulang saja alih-alih mengganggu waktu nikmatnya?
"Pulang gih"
"Gak mau"
Benar-benar mirip anak anjing yang baru saja dimarahi babunya.
Jaemin sebal. Pasalnya Jeno baru saja merampok stok cemilan dari lemari penyimpanan. Jaemin memang tidak tau apa yang sebenarnya terjadi dengan kembarannya ini, tapi bukan berarti dia bisa bertindak sesukanya begini.
"Kamu gak lagi berantem kan sama Renjun?"
"Gak tau"
Sebuah bantal sofa warna abu-abu itu melayang tepat mengenai wajah tampan Jeno.
"Nana sayang, kenapa kamu brutal banget sih" Mark segera menahan tangan Jaemin yang sudah memegang remot siap untuk kembali dilemparkan. Bisa gawat kalau sampai benar-benar melayang mengenai kepala Jeno.
"Kamu tuh kalau emang lagi ribut sama Renjun jangan kesini dong. Aku kan juga mau mesra-mesraan sama suamiku. Kamu ganggu tau gak"
Jeno tidak merasa risih dengan omelan Jaemin. Sudah pasti ada sesuatu dengan laki-laki ini. Pesan dan panggilan dari Renjun yang masuk sedari tadi terus Jeno abaikan. Maka Jaemin berinisiatif untuk menelepon sahabat sekaligus kakak iparnya ini. Memberitahu kalau bayi besarnya tengah merajuk.
Lima belas menit kemudian Renjun datang, menumpang abang ojek berjaket hijau. Jaemin tersenyum senang. Menyambut kedatangan si kakak ipar dengan senyum lebar.
"Kenapa sih?" Begitu tanyanya padahal belum juga sampai di depan pintu.
"Bawa suamimu pulang sana. Aku mau buat anak sama kak Mark"
Ah, mohon untuk dimaklumi, Jaemin dan mulut bejatnya.
.
Jeno benar-benar diusir oleh Jaemin. Didorong paksa dari ambang pintu sampai hampir terjatuh. Untung saja Renjun cepat menangkap meski hasilnya mereka hampir jatuh bersama.
Diperjalanan pulang Jeno masih memasang wajah merajuknya. Melipat tangan di dada dan berpaling muka.
Yap, betul. Renjun yang mengemudi.
Sebelum pulang tadi Renjun menawarkan diri. Melihat suami tampannya yang merajuk begini sepertinya terlalu beresiko jikalau dibiarkan.
"Biar aku aja yang bawa mobilnya"
"Ngapain?"
"Aku gak mau mati muda"
Sampai di rumah pun Jeno masih mendiamkan Renjun. Sebenarnya, ada apa sih dengan suaminya ini. Apa Renjun baru saja membuat kesalahan sampai Jeno merajuk begini. Seingat Renjun, pagi tadi Jeno masih manja seperti biasa.
Jeno sudah melenggang ke kamar mereka untuk membersihkan diri. Sementara Renjun berbelok ke dapur untuk menghangatkan makanan. Sudah pasti bayi besar kesayangannya itu belum makan malam.
Lima belas menit Renjun menunggu di depan makanan yang hampir kembali mendingin. Kalau saja Jeno tidak segera datang, si manis ini pasti sudah menyeret suaminya ke meja makan. Karena sejujurnya Renjun memang menunggu Jeno untuk makan bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Kita
De Todo[Tentang aku, kau dan dia] Versi lain dari "ketika aku" yang sudah ditamatkan Markmin, Jenren, Luchan Ldr