. [LuChan]

1.9K 164 45
                                    

...

Waktu itu tengah malam saat Lucas merasa haus. Dengan terpaksa akhirnya Lucas bangun dari tempat tidurnya. Berjalan dengan mata yang setengah terbuka ke arah pintu.

Setelah pintu kamarnya terbuka, dahi Lucas mengernyit. Menemui pemandangan ruang tengahnya yang sangat gelap. Tangannya meraba dinding kamarnya untuk mencari saklar lampu. Mencoba menyalakannya. Dan ternyata tetap gelap.

"Hhh.. Mati lampu" gumamnya.

Akhirnya Lucas kembali kedalam kamarnya. Mencari senter yang dia lupa dimana terakhir kali dirinya letakkan. Sampai tangannya tidak sengaja menyenggol tempat bedak milik Haechan di meja.

"Kak?!"

Lucas menoleh. Dan mendapati Haechan yang terbangun karena suara berisik Lucas. Lucas melihat dalam remang-remang Haechan yang duduk diatas kasur mengucek matanya.

"Cari apa sih?" tanya Haechan yang masih mengantuk.

"Cari senter. Kamu tau dimana?"

Haechan hampir terjungkal karena akan kembali tertidur dengan posisi duduk. Lalu tangannya kembali mengucek matanya yang masih terasa sangat berat hanya untuk sekedar terbuka.

"Buat apa tengah malam cari senter?"

"Mati lampu. Aku mau ambil minum di dapur. Sekalian lihat Yangyang. Takutnya dia ketakutan karena gelap"

Haechan mengangguk mendengar jawaban Lucas yang masih sibuk mengubek meja. Matanya dia paksa terbuka untuk membantu suaminya itu mencari senter. Tangannya mengusap perut buncitnya sebelum merangkak turun dari tempat tidur.

"Pakai senter hp aja"

Lucas terdiam di dekat almari. Benar juga, kenapa harus repot-repot mencari senter yang tidak karuan tempatnya jika hpnya bisa. Lalu Lucas mengikuti Haechan yang sudah menyalakan senter di hpnya.

Keduanya berjalan keluar kamar dengan penerangan masing-masing. Haechan berjalan lebih dulu menuju kamar anak mereka yang bersebelahan dengan kamarnya. Sementara Lucas berjalan melewati ruang tengah untuk ke dapur.

Belum juga tungkainya sampai di dapur, Lucas merasa bulu kuduknya berdiri. Udara yang sebelumnya tidak terlalu dingin menjadi lebih dingin. Sampai membuat tangan dan kakinya merinding.

Lucas menggeleng pelan untuk menepis rasa takut yang entah dari mana mengganggunya. Ingin kembali melanjutkan perjalanannya ke dapur.

Cahaya lampu dari hp Lucas dia arahkan untuk mengitari ruangan. Sampai akhirnya Lucas berlari kembali menyusul Haechan yang masih menunggui Yangyang. Setelah senternya tidak sengaja terarah pada jendela yang tirainya terbuka.

"Kamu kenapa?" tanya Haechan dengan wajah terkejutnya.

Lucas menggeleng. Lalu ikut mendudukkan bokongnya di kasur Yangyang yang ternyata terbangun.

"Mmm, nggak apapa"

"Ma, pipis"

Lucas menegang mendengar kalimat Yangyang. Keringat dingin tiba-tiba membasahi wajah dan punggungnya.

"Ya sudah, ayo"

Haechan berjalan memimpin jalan. Sementara Lucas dibelakangnya menggendong Yangyang yang merengek minta digendong papanya.

Jantung Lucas sudah berdetak tidak karuan setelah keluar dari kamar Yangyang. Menelan ludahnya kasar, Lucas serasa memasuki rumah hantu—padahal dirumahnya sendiri.

"Pa, itu tante-tantenya kenapa duduk di pohon?" kata Yangyang menunjuk pada jendela yang tirainya terbuka. Dimana ada pemandangan pohon mangga besar diluarnya.

Keringat Lucas mengalir semakin banyak. Bahkan kini jantungnya sudah seperti ingin lepas. Kakinya tiba-tiba terasa lemas.

"Sudah jangan dilihat. Sini kepalanya senderin di dada papa aja"

Tangan Lucas meraih kepala Yangyang untuk disenderkan di dadanya. Menutupi mata anaknya dengan telapak tangannya. Agar anak itu tidak melihat kemana-mana lagi.

"Ada apa?" Haechan yang hampir sampai di dapur menoleh. Mendapati anak dan suaminya yang masih berdiri tidak bergerak di dekat sofa. Lalu Haechan menghampirinya.

"Eh? Nggak, bukan apapa"

"Loh, kok tirainya kebuka" setelah berucap demikian, Haechan berjalan santai ke arah jendela.

Lagi, Lucas merasa jantungnya akan pindah ke perut. Matanya bahkan sudah tertutup, menghindari kemungkinan buruk yang sekiranya akan dia lihat. Tapi,

"Eh!" Haechan memekik pelan.

Lucas panik tapi juga takut untuk mendekat. Tapi, melihat Haechan yang kembali mendekatinya dengan wajah santai, Lucas dapat membuang napasnya yang dia tahan sejak tadi.

"Udah gapapa. Ayok"

Selanjutnya mereka kembali berjalan ke dapur dan mengantar Yangyang ke kamar mandi. Anak itu menjadi sedikit rewel setelah kejadian tadi. Dan setelah mereka kembali ke kamar, Yangyang merengek minta tidur dengan mama papanya.

...

Hehe
Nda tau aku nda tau

Salam dari kapal selamku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Salam dari kapal selamku

Tentang KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang