Late Night [LuChan]

1K 105 14
                                        


...


Malam itu sudah pukul dua belas lebih, tapi Haechan belum juga tidur. Tidak, bukan karena Haechan terkena insomnia atau semacamnya, tapi Haechan benar-benar tidak ingin tidur, setidaknya belum. Ya, belum ingin tidur.

Meskipun sebenarnya matanya sudah sangat berat, dan sudah tidak terhitung berapa kali mulutnya menguap. Cangkir kopi kosong dihapannya juga belum berpindah.

"Huh, mau sampai kapan?" monolognya.

Berkali-kali Haechan hampir terjungkal karena hampir tertidur. Tapi dirinya masih memiliki urusan yang sangat penting, sangat penting sampai harus rela terjaga sampai selarut itu. Entah sebenarnya itu bisa dikatakan penting atau tidak, tapi menunggu telpon dari seseorang sampai tengah malam seperti ini menurut Haechan adalah hal yang sangat penting.

Berkali-kali Haechan melirik pada ponselnya yang tergeletak di samping kiri kakinya. Berharap layar hitam itu segera menyala dan menampilkan panggilan dari seseorang, yang seharusnya sudah dilakukan oleh orang itu sejak beberapa jam yang lalu.

"Astaga, aku mau minum kopi lagi"

Si manis dengan pipi gembulnya itu akan beranjak untuk membuat kopi kembali. Tapi pergerakannya terhenti ketika mendengar suara notifikasi dari ponselnya. Wajahnya sudah berseri, berharap jika notifikasi itu memang dari orang yang dia tunggu.

Tapi nyatanya bukan, itu notifikasi dari aplikasi kilogram. Wajah Haechan kembali seperti sebelumnya. Tapi lalu jari-jarinya mencoba membuka notifikasi itu karena sedikit penasaran.

"O-ow"

Beralih pada aplikasi chat, Haechan membuka ruang obrolan dengan kontak berenama 'Ko Luke' di ponselnya. Kuku ibu jarinya dia gigiti. Berpikir apa yang sekarang akan dia lakukan.

Merasa buntu Haechan mengusak rambutnya kasar. Bibirnya mencebik kebawah. Ponselnya dia lemparkan begitu saja dan memantul di atas kasur. Tubuhnya juga ikut dia hempaskan.

Saat matanya hampir terpejam, suara dering ponsel kembali menarik kesadarannya. Tangannya segera meraih benda pipih itu dan menggeser tombol hijau untuk menerima panggilan.

"Kak Lucas" panggil Haechan heboh.

Haechan lalu sedikit meringis karena ingat terlalu keras berteriak, apalagi di tengah malam seperti ini. Bisa-bisa dirinya diprotes tetangga membuat keributan tengah malam.

"Halo, bayi beruangku" sapa suara di seberang.

Kedua sudut bibir si manis itu tertarik, matanya yang terasa berat kini kembali terbuka lebar, kantuk yang sedari tadi hampir merenggut kesadarannya kini sudah hilang, hanya karena mendengar suara manusia di seberang telepon.

"Belum tidur hm?"

Haechan mencebik dengan tangan memainkan ujung kaosnya. "Aku nunggu telpon kak Lucas" katanya agak lirih.

Lucas dan seberang sana terdengar menghela napasnya. "Ngapain ditunggu? Pasti ngantuk banget kamu?"

"Iyaa" rengek Haechan. "Kak Lucas kan tadi janji mau telpon aku waktu sudah sampai rumah. Kak, sudah sampai rumah?"

Suara dengungan terdengar, lalu disusul suara kekehan dari bibir Lucas, "Kalau aku belum pulang ngapain telpon kamu?"

"Mbul, buka pintu dong"

"Ih. Apaan, horor. Tengah malem ini" Haechan kembali merengek.

Lucas di seberang sana terdengar mendengus, lalu terdengar suara seperti grusuk-grusuk, Haechan tidak tau itu suara apa.

"Nanti aku kasih tau kamu sesuatu kalau kamu sudah buka pintu"

"No, nanti kalo ada hanti gimana?"

Lagi-lagi Lucas mendengus, "Nggak ada hanti. Lihat dulu makanya"

Dengan sedikit ragu Haechan mengikuti perintah Lucas. Bukan salah Haechan kan jika tidak ingin membuka pintu di tengah malam. Sekali lagi tengah malam. Haechan saja sudah mau merinding karena mendengar suara burung hantu di luar jendelanya.

Seletah sampai di pintu, Haechan menelan ludahnya kasar. Tangannya perlahan menarik kunci dan membukanya. Haechan kaget, iya kaget. Bukan hantu yang didepannya. Tapi, "Kak Lucas?"

"Hai, bayi beruangku"

Haechan masih terdiam di tempatnya dengan tangan masih menempelkan ponsel ke telinganya, tidak memberi respon pada Lucas yang sudah merentangkan tangan dan siap untuk dipeluk.

"Kaget ya?"

"Ngapain sih ke sini. Hih ngeselin" setelah berkata seperti itu Haechan masuk ke dalam pelukan Lucas. Kekasihnya itu benar-benar. Kenapa harus membuat kejutan tengah malam sih.

Dan setelah acara mendrama Haechan yang tidak mau melepaskan pelukan Lucas, sementara mereka masih di depan pintu, kini dua manusia dengan perbedaan tinggi yang mencolok itu sudah duduk berpelukan di atas kasur empuk Haechan.

"Harusnya kamu marahin kak Mark. Kerja itu harus ingat waktu. Kalian jadi lebih sayang ke kerjaan daripada kita" cerocos Haechan memainkan jari-jari panjang Lucas.

Laki-laki Wong itu lalu memeluk semakin erat tubuh Haechan yang duduk dipangkuannya. Bibirnya menciumi pipi si manis yang terus menggerutu karena kekasihnya yang lebih sayang pada pekerjaannya daripada dirinya.

"Sudah dong. Ayo tidur, sudah mau pagi. Aku ngantuk"

Haechan mengangguk. Lalu turun dari pangkuan Lucas dan merebahkan tubuhnya di kasur kesayangannya. Tubuh Haechan kembali dipeluk erat tangan besar Lucas.

Sebelum benar-benar tidur Lucas mengecup sebentar bibir Haechan, lalu berpindah ke dahi. Haechan terkikik geli. Dan setelahnya mereka benar-benar tidur.

...

Aku nggak tau ini apa😬

Tentang KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang