...
Malam itu setelah mengantar Renjun pulang dari kencan mereka, Jeno memasuki rumahnya dengan perasaan bahagia. Wajahnya berseri-seri sampai matanya menghilang.
"Meow"
Jeno menunduk untuk melihat si pembuat suara. Diamatinya buntalan bulu putih yang duduk dengan ekor bergoyang-goyang dan menatap Jeno.
"Oii, injun" namanya. "Kenapa kamu mirip sekali dengan Renjunku. Ah kamu membuat ku rindu Renjun. Padahal belum satu jam kita berpisah"
Injun berjalan mendekat untuk menduselkan kepalanya di kaki Jeno. Tapi nyatanya si tuannya itu malah asik sendiri dengan dunianya.
Omong-omong, Injun itu kucing persia putih dengan mata biru yang Jeno temukan bersama Renjun di sekolan air depan rumah Renjun. Entah bagaimana kucing yang dulu sangat kecil itu bisa terperosok masuk ke dalam selokan.
Lalu Jeno merawat kucing itu sampai sebesar sekarang.
Kucing putih itu masih mendusel pada kaki Jeno berharap mendapat perhatian. Tapi, tapi nyatanya laki-laki itu pun masih asik dengan dunianya.
"Meow"
Jeno menunduk lagi, meraih injun untuk dia gendong seperti bayi. Tungkainya berjalan menuju pintu kamarnya. Lalu menurunkan injun di depan pintu.
Pintu kamarnya Jeno buka, lalu masuk begitu saja dan kembali menutupnya. Meninggalkan injun yang duduk dengan ekor bergoyang-goyang dan wajah memelas.
"Meow"
Merasa tidak mendapat respon, injun pun memilih untuk melingkarkan tubuhnya di lantai, di depan pintu kamar tuannya.
"Oii, injun. Masuk dong"
Lalu dengan cepat injun bangkit dan menyelip masuk diantara kaki Jeno dan pintu. Berlari cepat menaiki kasur Jeno dan kembali melingkarkan tubuhnya, mencari posisi ternyaman.
.
.
Jeno mengerang begitu cahaya pagi masuk mengisi kamarnya. Badannya menggeliat dan menarik selimutnya sampai menutupi setengah wajahya. Masih terlalu pagi untuk memulai aktifitas di hari minggu.
"Meow"
Ah buntalan bulu itu.
Setiap pagi injun selalu mengeong di depan wajah Jeno. Menduselkan badannya ke wajah Jeno. Kan geli. Belum lagi kadang injun menjilati wajahnya.
"Meow"
"Ah iya iya jangan dijilat"
Akhirnya Jeno bangun. Berjalan ke pintu lalu membukanya. Membiarkan injun keluar lalu kembali menutupnya. Jeno akan melanjutkan tidurnya. Terserah, biarkan injun merusuh bundanya di pagi hari.
.
.
Pukul delapan Jeno bangun karena merasa lapar. Cacing di perutnya tidak bisa diajak kompromi, padahal Jeno masih ingin melanjutkan tidurnya. Pun hasil ekskresinya semalam yang minta untuk dikeluarkan.
Dengan wajah bantal Jeno keluar kamar. Menuju dapur yang tumben sekali sepi. Biasanya di jam-jam seperti ini bundanya masih di dapur, apalagi ini hari minggu.
Kakaknya pun belum terlihat batang hidungnya. Ah, iya kakaknya kan bucin tingkat akut. Pasti pagi-pagi begini sudah diseret untuk lari pagi oleh pacarnya.
Jeno mengedikkan bahu lalu menarik kursi di ruang makan dan mendudukinya. Di depannya ada tahu goreng yang maaih hangat dengan cabe-cabe utuh di tepi piring.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Kita
Losowe[Tentang aku, kau dan dia] Versi lain dari "ketika aku" yang sudah ditamatkan Markmin, Jenren, Luchan Ldr