Insomnia [MarkMin]

1.3K 143 12
                                    

...

Jam yang menggantung di dinding bercat putih itu sudah menunjukkan pukul duabelas kurang tiga menit. Tapi Jaemin dengan wajah manisnya yang berantakan itu masih terdiam dengan mata terbuka lebar tidur terlantang di sofa memperhatikan layar tv yg sudah dimatikan dari satu jam yang lalu.

Dan seharusnya dari dua jam yang lalu matanya terpejam dan sudah mengarungi alam mimpi. Ya seharusnya. Tapi lagi-lagi sayangnya insomnia yang sebenarnya sudah lama tidak dialaminya karena kehadiran laki-laki pujaannya itu kini kembali karena beberapa hari terakhir si manis harus terjaga sampai hampir pagi mengerjakan tugas-tugasnya.

"Hhhh" helaan napas panjang keluar dari bibir tipis Jaemin. Badannya dia tegakkan, lalu mengambil gelas berisi air di meja dan ditenggak sampai habis.

Mark, kekasihnya itu harusnya sudah kembali dari studio dari sejam yang lalu, waktu yang janjikan saat laki-laki itu menelpon Jaemin dan mengabarinya jika akan pulang terlambat. Dan terlambat bagi Mark adalah terlambat dari waktu yang sudah dijanjikan.

Suara pintu yang terbuka terdengar. Jaemin menegakkan kepalanya, menoleh untuk mendapati kekasihnya yang sedikit kesusahan membuka sepatu dengan tangan membawa kantong kresek dan tas gitar besar.

Jaemin tetap diam. Pun tidak berniat bangkit hanya untuk sekedar menyalakan lampu. Malas, tentu saja. Lagi pula biar saja laki-laki itu nanti yang akan terkaget karena melihat Jaemin yang masih duduk manis di ruang tengah.

"Loh Jaemin?" nah kan.

Mark sampai harus terdiam sebentar di pintu dapur sebelum meletakkan kresek yang dia bawa tadi dan menghampiri Jaemin. Setelah meletakkan barang bawaannya dan melepas jaket, Mark mendekat pada Jaemin, mencium keningnya.

"Kenapa hm?"

Tidak ada jawaban dari Jaemin.

Kesal, iya. Jaemin kesal karena Mark yang tidak menepati janjinya. Tapi, tapi rindu lebih memdominasi dari kekesalannya. Iya rindu, sudah dua hari kekasihnya itu tidak pulang dari studio. Dan rencananya malam itu mereka akan makan malam bersama di luar, jika saja Mark tidak menelpon dan mengatakan jika akan pulang tapi sangat terlambat.

"Maaf"

Jaemin menubrukkan tubuhnya pada Mark. Mark belum mandi, Jaemin yakin. Tapi, tapi siapa peduli. Jaemin menyukai Mark apa adanya, walaupun belum mandi tidak adan mengurangi rasa suka Jaemin pada Mark.

"Jahat" suara Jaemin teredam di dada Mark.

Kekehan pelan keluar dari celah bibir Mark. Lalu disusul suara ringisan, akibat cubitan jari Jaemin di perut Mark.

"Insom, hm?"

Kepala Jaemin mengangguk pelan.

Tangan Mark mengelus punggung dan rambut Jaemin. Biasanya jika insomnia Jaemin kambuh, maka Mark akan memeluk dan mengusap rambut Jaemin sepanjang malam sampai Jaemin tertidur.

Kini kedua pasangan itu sudah bergelung nyaman dibalik selimut, setelah Mark memaksa ingin mandi karena merasa badannya lengket.

"Kak!" Jaemin memanggil pelan.

Tapi tidak ada sahutan. Jaemin yakin pasti kekasihnya itu sudah terlelap. Mark pasti sangat lelah. Belum lagi harus menanggapi rengekan Jaemin yang mengeluh tidak bisa tidur.

"Hmm, malam kak. Jangan mimipiin aku ya. Love you" Jaemin mengecup singkat bibir Mark. Mengeratkan pelukannya pada Mark untuk mencati posisi tidur ternyaman, lalu perlahan-lahan mulai memasuki alak mimpi.

...


Jadi ini karna aku nulisnya tadi malam dan sudah ngantuk, tulisannya jadi ngulon semua 😪

Pay pay

Tentang KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang