Jaemin berjengit kaget waktu Mark tanpa aba-aba memeluknya dari belakang dan mencium pipinya. Bola matanya memutar malas dengan tingkah pacarnya yang menurut Jaemin agak berlebihan.
"Pengen jalan-jalan. Tapi males"
Mark tertawa dibelakang Jaemin lalu kembali mencium pipinya.
Omong-omong, semalam Mark menginap bersama Jaemin, yang mana menimbulkan protesan dari member lain yang katanya tidak mau tidurnya terganggu. Memangnya mereka kenapa sampai mengganggu member lain.
Tubuh Jaemin berbalik menyender pada batas balkon. Tangannya mengalung di leher Mark. Dua-duanya sama-sama senyum. Dan setelahnya pertemuan dua bibir tidak dapat dielakkan.
.
Haechan baru aja bangun, masih acak-acakan dan mata setengah terbuka. Berjalan ke ruang tengah, niatnya mau menikmati udara pagi yang sejuk. Tapi tumben sekali pagi ini sangat tenang dan sepi.
Bahu Haechan mengedik.
"Pagi semuanya" sapanya ke angin.
Haechan berjalan malas ke pintu yang memisahkan ruang tengah dengan balkon. Dia buka pelan, dan matanya seketika membulat.
Belum ada satu menit pintu itu dia tutup kembali. Bodohnya Haechan kenapa tidak melihat dulu sebelum membuka pintu kaca itu. Salahkan saja pada Renjun yang mengotot mau memasang tirai dibalik pintu kaca itu, membuat Haechan malas cuma sekedar membuka tirainya sebelum membuka pintu.
Dan sekarang Haechan merutuki kemalasannya itu.
"Pagi-pagi udah berbuat yang tidak senonoh"
Haechan mendengus, lalu mencebik. Melihat Mark yang memcium mesra Jaemin seperti tadi membuatnya merasa manusia terngenes.
.
"Jeno jangan dimakanin terus"
Jeno yang baru saja mendapat omelan dari pacar manisnya itu menyengir. Kembali mencomot potongan sosis goreng di meja makan.
"Kamu duduk aja deh"
"Aku mau peluk kamu gini aja"
Renjun mendengus. Dia coba singkirkan lengan Jeno yang melingkar di perutnya. Tapi malah semakik mengerat. Dan karena Renjun sudah lelah, memilih melanjutkan acara masaknya.
Jeno, dari lima belas menit yang lalu menemani Renjun memasak, yang dilakukan si mata bulan sabit itu cuma memeluk Renjun dari belakang dan mengikuti pacarnya itu kesana kemari, sambil sesekali mencuri ciuman di pipi dan bibir Renjun. Yang mana sebenarnya menimbulkan protesan dari Renjun karena sangat mengganggu.
Tapi, sebenarnya sih Renjun senang-senang saja. Lagi pula yang memeluknya kan Jeno, pacarnya yang kadang banyak tingkah tapi sangat Renjun sayang.
.
Haechan berjalan ke dapur, setelah terduduk di sofa ruang tengah untuk mengembalikan kesadarannya. Tenggorokannya terasa kering. Setelah kembali menutup pintu balkon tadi Haechan tidak berhenti mengomel entah ke siapa.
"Lama-lama beneran ngenes tinggal disini"
Di ambang dapur, lagi-lagi Haechan berhenti. Berdiri diam menatap lurus pada pasangan yang berbuat mesra tidak pada tempatnya.
Demi apa mereka bermesraan di dapur, di depan kompor yang menyala di pagi hari. Sialan.
"Kenapa Chan?"
Haechan masih diam, tidak menyahuti pertanyaan dari si mungil yang sering dia ajak bertengkar itu. Melanjutkan langkahnya ke dispenser dan mengambil segelas air dari kerannya. Meneguknya cepat lalu kembali berjalan pergi dari dapur. Meninggalkan tatapan heran dari dua manusia yang tersisa di dapur.
.
Mukanya mengkerut, bibirnya maju mengerucut, tangannya memeluk lututnya yang ditekuk. Haechan merajuk.
Begitu yang katanya sahabat. Sama pacar sebentar aja sudah lupa kalau punya sahabat.
Setelah berperang pikirannya, Haechan berdiri. Mengusap sebentar mukanya yang belum sempat dicuci, lalu merapikan sedikit rambutnya.
Haechan jadi ingat, ada yang bilang kalau dia tambah manis dengan rambut yang agak panjang. Sampai bibirnya tertarik membentuk senyuman.
Tapi lagi-lagi kembali datar begitu mengingat kelakuan teman-teman satu line-nya itu.
Haechan mau pergi jalan-jalan sebentar. Tidak apa-apa belum cuci muka, apalagi mandi. Haechan masih tetap manis kok.
Dengusan menjadi awal Haechan sebelum membuka pintu utama. Dan setelah memantapkan hatinya yang sebenarnya sangat berat itu Haechan membuka pintu itu.
Tapi lalu muka cemberutnya berubah cerah begitu mendapati seonggok manusia tinggi berdiri dengan tangan siap memencet bel.
"Kak Lucas" begitu jeritnya.
Lucas, yang baru saja sampai mau menemui Haechan itu hampir terjungkal karena serangan mendadak dari si manis fullsun itu.
"Kenapa baru kesini sih"
Tangan Haechan segera menangkup pipi Lucas, kakinya berjinjit untuk dapat mengecup bibir Lucas. Untung saja Lucas peka dan mengangkat sedikit tubuh Haechan untuk memudahkan.
Haechan terus mengecupi bibir tebal Lucas tanpa peduli. Sampai Lucas harus menjauhkan muka Haechan karena, ya lama-lama geli juga.
"Kamu kenapa sih tumben banget"
"Kangen tauk"
Setelahnya Haechan kembali mengalungkan tangannya ke pundak Lucas. Mendekatkan kembali mukanya untuk kembali memcium pacar bongsornya.
Tapi kembali Lucas menjauhkan mukanya, menimbulkan kerutan di bibir Haechan.
"Ini masih di koridor omong-omong. Nanti kalau ada orang lewat gimana?"
"Ayo ke kamar aku"
"Masih pagi udah mau kangen-kangenan?"
Kalau kangen-kangenan versi Lucas-Haechan itu ya, di kamar. Katanya lebih enak, tidak ada yang mengganggu, dan tidak akan ada yang lihat. Apalagi di sana masih ada anak kecil.
"Bukan gitu, pokoknya ayok"
Lucas menurut aja waktu Haechan menyeretnya dan membawanya ke kamar. Sampai Jaemin yang terlihat mau menyapanya di ruang tengah tadi urung.
Setelah pintu terkunci aman, Haechan kembali menubruk tubuh Lucas. Dan sekarang dua-duanya sudah berbaring di kasur dengan Haechan di atas Lucas.
"Gemesin banget sih pacar aku ini"
Yasudah lah. Tinggalkan saja dua manusia ini.
...
Aku gatau nulis apa :(
Kapal selamku yg tidak pernah berlayar T_T
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.