Ninja Ijo [LuChan]

814 93 39
                                    

...


Sore itu Haechan baru saja keluar dari kelas. Berjalan seorang diri menuju gerbang macam jones. Dua buntalan lemak yang katanya sahabatnya itu sudah kabur, yang satu diseret pulang paksa pacarnya, yang satu lagi katanya sudah ditunggu pacarnya di depan.

Yang begitu katanya sahabat.

Tumben sekali sore ini langit masih cerah, padahal kemarin waktu mau pulang Haechan harus rela basah kena air hujan berlari ke halte.

"Huh, mau pulang" keluhnya.

Haechan lelah omong-omong. Tadi pagi Haechan telat ke sekolah karena bajunya yang masih basah. Belum lagi pacarnya yang katanya mau menjemput untuk diantar ke sekolah sudah jam tujuh kurang sepuluh belum juga memunculkan batang hidungnya. Dan berakhir Haechan diantar bang Taeil setelah sebelumnya diomeli habis-habisan mama dan kakak ipar–istri bang Taeil–nya.

Waktu jam istirahat tadi, Haechan baru ingat kalau lupa meminta uang saku ke abangnya. Untung Renjun baik hati mau memalak pacaranya untuk membelikan Haechan sebungkus cilok.

Dengan malas Haechan melanjutkan jalannya menuju gerbang. Lumayan sepi. Karena memang bel pulang sudah berbunyi dari lima belas menit yang lalu, dan Haechan menghabiskan lima belas menitnya dengan memanfaatkan wifi kelas.

"Hoi"

Kepala Haechan memutar mencari seperti suara orang. Tapi yang dia temui adalah adik kelasnya yang berjalan menuju halte, mobil pak Bambang yang terparkir di depan pagar dan laki-laki diatas motor ninja warna hijau berhelm hitam full face dan jaket hitam sedikit agak jauh darinya.

Haechan mengedik, mungkin tadi dia salah dengar. Jadi Haechan lebih memilih mengeluarkan hpnya dan mengechat abangnya, minta dijemput.

"Neng"

Haechan mengernyit, seperti mengenali suara yang baru saja tiba-tiba lewat ditelinganya. Tapi lagi-lagi yang Haechan dapati malah si laki-laki dengan ninja hijaunya, yang sekarang malah berhenti di depannya.

Maunya Haechan kabur saja, siapa tau kalau laki-laki didepannya itu penculik, begal atau semacamnya. Haechan yang manis nan lucu ini kan tidak mau diculik.

Haechan sudah siap-siap mau kabur kembali ke dalam sekolah, mumpung pak Tono masih di pos satpam. Tapi tangan Haechan tiba-tiba dipegang, ditarik supaya tidak kabur.

"Om, ampun om. Jangan culik saya om. Saya nggak punya apa-apa om" jerit Haechan histeris.

Si jaket hitam itu reflek turun dari motor dan membungkam mulut Haechan pakai tangannya.

"Neng. Ini abang"

Haechan terus meronta-ronta mau melepaskan diri dari yang kata dia penculik itu. Kakinya sampai menendang-nendang dan tidak sengaja menendang tulang kering laki-laki itu.

"Aarrggh"

Haechan bisa lepas, tapi tidak juga kabur. Suaranya, kayak kenal.

Haechan menarik paksa helm yang untungnya pengaitnya sudah dilepas. Rambut coklat karena si pemiliknya yang menunduk memegangi kakinya yang pertama dia lihat.

"Abang!!" lalu Haechan kembali berteriak.

.

.

"Pelan-pelan dong neng makannya"

Haechan merengut dengan mulut penuh dengan satu bulat bakso menatap sebal pada yang dia kata penculik di depannya. Dimeja hadapannya ada dua mangkok bakso dan dua gelas es jeruk.

"Abang jangan ngajak ngomong eneng ya. Eneng lagi ngambek sama abang"

Si yang disebut abang itu mendengus. "Salah abang apalagi sih neng"

Tentang KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang