Tak terasa waktu semakin berlalu. Dari jam yang berganti hari, hari berganti minggu, dan minggu berganti bulan. Setelah melewati berbagai macam mapel Ujian yang sangat menguras otak, tibalah saat dimana siswa-siswi SMA Garuda akan mengadakan kelulusan sekaligus perpisahan sekolah. Tak terkecuali dengan Luna, yang kini telah cantik dengan balutan kebaya berwarna navy membungkus tubuh indahnya."Luna, gue seneng banget. Akhirnya kita lulus juga!"
Seru Rere dengan suara cemprengnya, membuat Luna dan Zalwa menutup telinga."Gue juga seneng. Selamat buat kalian karena berhasil mencapai nila yang memuaskan."sahut Luna.
"Pokoknya gue gak mau tau! Kita harus satu universitas besok!"kata Zalwa sambil membenahi jilbabnya yang agak berantakan.
"Sip. Always together donk," Balas Rere
"Btw kira- kira yng jadi lulusan terbaik tahun ini siapa ya?"tanya Luna
"Gue rasa elo deh Lun ,"jawab Zalwa
"Ngaco...ya gak mungkin lah!gue rasa sih Alana...secara diakan selalu ngerasa paling pintar dan segalanya."kata Luna sedikit menyindir Alana yang kebetulan sedang lewat bersama kawannya.
"Tcihhh, gak ikhlas gue. Belum apa-apa aja dia udah belagu apalagi kalo udah iya. Beeeeee...bisa terbang ampe ke langit tujuh kali." Rere menimpali.
Alana yang merasa dirinya disindir menghentikan langkah sejenak dan menatap Luna sengit.
"Sirik aja lo!"ketus Alana
"Pengumuman untuk semua siswa dan wali murid harap duduk ditempat masing masing."ucap ibu Lila, Selaku Kepala Sekolah SMA Garuda.
Luna, Rere, dan Zalwa duduk dikursinya. Sesekali mereka melemparkan guyonan satu sama lain untuk menghilangkan kebosanan.
Setelah menyelesaikan basa-basinya, Bu Lila melanjutkan tujuan utama untuk mengumumkan siswa siswi berprestasi tahun ini.
"Langsung saja... saya akan mengumumkan beberapa siswa siswi yang menjadi lulusan terbaik tahun ini."
"Papa, Mama, Al yakin, kalo Al bakal dapet nilai paling bagus. Secara kan kemaren Al udah belajar maksimal."Kata Alana yakin.
"Iya sayang, papa selalu doain yang terbaik buat Alana."balas Rudi sambil mengelus lembut kepala anaknya.
Luna merasa iri melihat pemandangan itu. Ia sangat merindukan papanya. Merindukan kasih sayangnya, canda tawanya, kehangatan pelukannya.
Rania melirik Luna sekilas. Ia paham betul perasaan putrinya. Perlahan kristal bening itu meluncur membasahi pipinya. Hatinya ikut tersayat tatkala melihat suaminya yang samasekali bersikap tak peduli kepada Luna.
Wanita itu mengusap kasar air matanya. Rania percaya, Luna adalah gadis yang kuat. Itulah kata yang selalu Rania tanamkan dalam hatinya. Menghalau perasaan sakit yang berkecambuk saat melihat Luna bersedih.
Tak banyak yang bisa Rania lakukan. Hanya senyum tipis yang Rania lontarkan sebagai isyarat untuk menyemangati putrinya.
"Luna kuat, sayang." Seolah kalimat itu yang Rania katakan melalui sorotan matanya.
Luna membalas senyuman Rania. Ia bersyukur. Meskipun Luna kekurangan kasih sayang dari papanya, setidaknya masih ada Rania yang peduli terhadapnya.
Semua tatapan kembali terpusatkan pada Bu Lila diatas podium. Wanita itu memegang lembaran kertas yang berisi daftar siswa dengan peringkat tertinggi.
"Siswa yang mendapatkan nilai tahun ini adalah..." wanita itu menggantung ucapannya, membuat semua orang tegang.
Deg deg deg
KAMU SEDANG MEMBACA
Alone in Love (Revisi)
Spiritualkisah seorang gadis troublemaker yang tak selalu mulus jalannya.Caci maki adalah makanan sehari harinya.Siapa sangka,gadis yang diluar selalu terlihat ceria dan bertindak seenaknya...ternyata menyimpan beribu luka. Tentang cinta?Tak sedikit pria yan...