Disinilah Luna berada sekarang, disebuah pondhok pesantren yang kental akan ajaran agama. Sanggup tak sanggup Luna harus terbiasa nantinya.
Suasana disini memang berbeda. Tapi jujur, Luna merasa sangat nyaman berada ditempat ini. Semuanya terasa begitu tentram dan damai.Usai membereskan semua barang-barangnya, Luna memutuskan untuk jalan-jalan sejenak, beradaptasi dengan lingkungan barunya.
Gadis itu berdiri disamping kolam ikan dekat gazebo. Luna terdiam saat mendengarkan suara indah tengah bermurotal. Sudah lama ia tak mendengarkan ayat ayat suci Al- qur'an. Kalau boleh jujur, ia rindu masa-masa itu. Masa dimana ia masih dekat dengan Tuhan-Nya, mencintai Rosul-Nya, haus akan ilmu agama, dan masih mengenakan khimar syar'inya. Berbeda dengan Alana yang sama sekali belum mau berhijab.Itulah yang membuat sang Kakek lebih menyayangi Luna dibandingkan Alana. Namun semuanya telah berubah sejak empat tahun lalu. Dimana Sang Kakek pergi meninggalkannya untuk selamanya. Dan dari situ lah ia berubah menjadi gadis nakal dan urakan.Air matanya kembali luruh. Ia rindu dengan semua itu.
Sebuah tepukan lembut menyapa pundaknya. Gadis itu dengan cepat menghapus air matanya.
"Luna, kamu kenapa nangis?"Tanya Umi Aisyah dengan nada khawatir.
Luna menarik kedua sudut bibirnya seraya menghela nafas panjang.
"Enggak kok Mi, Luna baik-baik aja.""Umi sudah menganggap kamu seperti anak kandung Umi sendiri Nak, jadi jangan sungkan buat cerita."
"Luna cuma ngerasa tentram aja saat denger suara indah yang melantunkan kalam Allah. Begitu tenang dan damai. Luna bahkan nggak punya banyak kata buat ngungkapin itu semua. Jujur, Luna rindu Umi,"katanya pelan, tertunduk diakhir kalimatnya.
Umi Aisyah tersenyum. Ia senang mendengar penuturan gadis dihadapannya. Atau mungkin saja, ini memang hidayah dari-Nya agar Luna segera berubah.
"Kamu mau berubah?"tanya Umi Aisyah penuh harap.
Gadis itu tak bergeming. Separuh hatinya masih menolak.
"Itu yang sedang mengaji siapa Mi?"tanya Luna mengalihkan pembicaraan.
Umi Aisyah paham betul perasaan Luna. Semua itu butuh proses, dan mungkin membawa Luna kejalan yang baik juga memerlukan waktu.
"Itu namanya Abidzar. "
Luna hanya ber 'oh' ria menanggapinya. Tatapannya terfokus pada ikan-ikan kecil yang tengah asyik berenang.
"Luna, habis ini kamu mau ikut Umi nggak?"tanya Umi aisyah
"Kemana?"
"Nanti juga kamu tau."
***
"Luna bangun Nak, sudah ashar ini."ucap Umi Aisyah sambil menggucangkan tubuh Luna. Gadis itu menggeliat kecil lantas bangun mengumpulkan nyawa.
"Iya Mi,"gadis itu mnguap beberapa kali.
"Katanya kamu mau ikut Umi kan?"
Luna mengerutkan dahi.Seketika ia teringat obrolannya dengan umi Aisyah siang tadi.
"Iya,"
Umi Aisyah berjalan menuju lorong masjid dan diikuti oleh Luna dibelakangnya.Tak sedikit para santri yang memandang Luna dengan tatapan aneh. Luna mengamati penampilannya dari atas hingga bawah yang mengenakan celana jeans dengan sedikit sobekan dibagian lutut. Dipadukan dengan tanktop hitam ditambah kemeja hem kotak-kotak sebagai lapisannya. Mungkinkah pakaiannya ada yang salah?pikir Luna.
"Umi, kok kita ada disini?"tanya Luna saat mereka tiba ditempat wudlu.
"Sekarang kamu ambil air wudhu yah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Alone in Love (Revisi)
Spiritualkisah seorang gadis troublemaker yang tak selalu mulus jalannya.Caci maki adalah makanan sehari harinya.Siapa sangka,gadis yang diluar selalu terlihat ceria dan bertindak seenaknya...ternyata menyimpan beribu luka. Tentang cinta?Tak sedikit pria yan...