Seorang gadis dengan rambut indahnya yang tergerai sampai ke pinggang berdiri didepan balkon kamarnya yang berada di lantai empat. Sejak tinggal di negara barunya, gadis itu menjadi sangat pendiam dan sering melamun. Badannya semakin kurus karena banyak beban yang dipikulnya. Tak ada lagi yang membuatnya semangat. Semua harapan yang ia bangun sejak lama pupus sudah.Sean Defano tak tega melihat sahabat kecil kesayangannya kehilangan semangat hidup. Ingin sekali ia merangkul tubuh lemah itu, tapi ia tak mempunyai nyali. Jujur saja Def pernah mempunyai rasa pada gadis dihadapannya itu dan mungkin sekarang juga. Tapi ia tak berani untuk mengungkapkannya.
Perlahan kaki Def mendekati gadis itu. Dilihatnya ia yang sedang menghapus air mata. Tangan Def terulur untuk kedua bahu itu dengan lembut seakan ada isyarat untuk menyalurkan sebuah kekuatan. Gadis itu menoleh lalu menyandarkan kepalanya pada dada bidangnya. Def mengelus halus rambut serta sesekali mengecup pucuk kepalanya.
"Alana, sudahlah lupakan saja dia!barangkali dia memang bukan jodohmu."ucapnya lembut.
"Ak...aku gak bisa Def, aku gak bisa! Rasa ini sudah terlalu dalam."balas Alana tergugu.
Gadis itu adalah Alana yang dua hari lalu pindah ke london untuk melanjutkan studynya. Ralat, lebih tepatnya lagi untuk move on dari seseorang yang berhasil membuat hatinya hancur berkeping-keping.
Beruntung ia memiliki sahabat seperti Defano. Dia adalah sahabatnya masa kecil, tapi setelah usia Def memasuki dua belas tahun, ia harus ikut kedua orang tuanya pindah ke London karena ada urusan bisinis.
Alana tinggal disebuah apatermen milik keluarga Def, karena keluarganya dengan keluarga Def memang sangat dekat.
"Aku yakin kamu pasti bisa Al!"
Entah mengapa, Alana jika bersama Defano lebih suka menggunakan kata Aku-kamu dibandingkan Lo-Gue. Mungkin saja Def termasuk salah satu orang spesial dalam hidup Alana. Dan hal itu memang sudah menjadi kebiasaannya sejak kecil.
"Asal kamu tau, dia adalah lelaki satu- satunya yang pernah mematahkan hatiku terlalu dalam, dan Luna adalah salah satu penyebabnya! Karena dia, aku jadi kehilangan Alif dan karena dia juga aku kehilangan semua kebahagiaan dalam hidupku!"kata Alana dengan sorotan mata yang menyiratkan kedendaman.
"Ingat Al! Luna itu saudara kamu bahkan kembaran kamu! kalian berada dalam satu rahim yang sama, aku yakin kalo Luna gak ada niatan sama sekali buat ngrebut alif dari kamu! Aku tahu dia, walaupun dia terkadang bertindak sesukanya sendiri tapi aku yakin dia gak akan pernah tega buat nyakitin saudaranya demi apapun! Aku bisa Lihat dari sorotan matanya kalo dia sangat menyayangi kamu bahkan melebihi dirinya sendiri"
Alan terdiam. Def benar, Luna tak sejahat yang ia pikirkan. Alana lah yang selalu egois dalam hal ini. Ia yang membuat jalaran tapi tak mau mengaku salah.
Alana sadar selama ini dialah yang paling picik. Dia yang paling egois. Alana hanya memikirkan perasaannya sendiri tanpa pernah memikirkan perasaan Luna.
Alana memandang Def untuk meyakinkan.
"Benarkah?"Def mengangguk mantap."Lalu apa yang harus aku lakukan?"tanya Alana.
"Lupakan Alif dan coba berdamai dengan keadaan. Lapangkan hatimu dan belajar untuk bersabar serta menerima. Kamu harus yakin bahwa semua yang terjadi didunia ini sudah ada yang mengatur!"terang Def. Sungguh kata-kata Def membuatnya selalu tenang. Pikiran pria itu bijak dan dewasa. Tak salah jika Alana memilih Def sebagai tempat curhatnya.
"Kamu benar, makasih karena kamu selalu ada saat aku butuh."ucap Alana tersenyum manis.
"Jangan Lupa perbaiki hubunganmu dengan Luna dan luruskan semuanya. Kalau bisa kamu juga bantu hubungan Luna dengan Om Rudi agar baikan, ujur aku tak tega melihat Luna selalu dikucilkan dan tak dianggap oleh ayahnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Alone in Love (Revisi)
Espiritualkisah seorang gadis troublemaker yang tak selalu mulus jalannya.Caci maki adalah makanan sehari harinya.Siapa sangka,gadis yang diluar selalu terlihat ceria dan bertindak seenaknya...ternyata menyimpan beribu luka. Tentang cinta?Tak sedikit pria yan...