29.Trauma

2.2K 162 1
                                    


Hari ini adalah hari minggu waktu dimana Luna dan Alif terbebas dari aktivitasnya dikampus. Walau begitu mereka sibuk dengan kegiatannya masing masing. Alif yang sibuk memberi makan burung peliharaanya dan Luna yang asyik menyirami tumbuhan dan berbagai macam bunga favoritnya.
Karena jujur Luna masih belum terlalu berani jika berhadapan lama lama dengan Alif.

Suara ketokan pintu terdengar dati Luar. Dengan langkah cepat Luna membukakan pintunya dan betapa terkejutnya ia saat melihat lelaki yang membuat Luna jijik akan perilakunya.
Luna masih dilanda takut jika melihat lelaki itu. Makanya berbagai cara Luna lakukan agar terhindar dari dia. Termasuk sering bolos kuliah belakangan ini.Luna trauma. ia trauma dengan lelaki yang mengaku mencintainya namun nyatanya hanya obsesi sepintas.

Luna lari terbirit menuju kamar. Ia tak memperdulikan lelaki itu yang masih setia berdiri didepan pintu. Ia menangis dengan tubuh yang kembali bergetar disana. Alif yang mendengar isakan itu, menghampiri Luna yang meringkuk disamping lemari pakaian.

Perlahan ia menepuk bahu Luna. Namun Luna hanya menggeleng gelengkan kepalanya.
Alif bingung hal apa yang membuat istrinya bisa setakut ini.

"PERGI!PER...GI!SAYA MOHON TOLONG JANGAN GANGGU SAYA!"Teriaknya histeris membuat Alif semakin bingung.

"Luna kamu kenapa?hey, lihat saya,"Luna kembali menggelengkan kepalanya.

"Luna, ini saya Alif suami kamu. Sebenarnya apa yang terjadi?kenapa kamu bisa setakut ini?"Luna mendongak menatap manik coklat terang milik Alif.Tanpa sadar ia langsung menubrukan tubuhnya pada dada bidang suaminya itu.

"Lu.. luna takut...hiks...di...dia kembali...dia kembali...Luna...hiks...takut"ucapnya terbata.

"Di...dia siapa maksud kamu?"tanya Alif sambil mengusap punggung Luna.

"Luna...hiks.. takut...dia kembali"

Alif semakin tak paham dengan arah pembicaraan Luna.
Ia menangkupkan wajah Luna yang terlihat sembab agar menatap matanya. Namun nihil, sampai sekarang Luna sama sekali masih enggan berkontak mata lama lama dengannya. Luna malah menunduk dalam, menatap lantai yang mungkin lebih menarik untuk dipandang daripada dirinya.

"Ssttt...sudah ya jangan nangis lagi. Sekarang kita temui orang itu"
Luna menggeleng
"Luna takut...suruh dia pergi."rengeknya seperti anak kecil.

Alif menghela nafas kasar.
"Dia ada dimana sekarang?"

"Ada didepan pintu."jawab luna polos

Alif menggeret tangan Luna. Awalnya Luna sempat menolak tapi Alif memberikannya isyarat bahwa tidak akan terjadi apa apa dan akhirnya Luna menurut.

Alif mendekati lelaki itu. Ia tak asing dengan postur tubuhnya bahkan sangat paham. Sedangkan Luna bersembunyi dibelakang tubuh gagahnya sambil mencengkram erat kaos putih yang ia kenakan.

"Rian!mau apalagi lo kesini?"Tanya Alif tak suka.

Afrian membalikan badannya
"Alif...gue kesini cuma mau minta maaf. Gue merasa bersalah atas kejadian kemarin. Gue sadar gak seharusnya gue lakuin itu ke Luna."

"Gue gak ada waktu!"balas Alif dingin

"Gue mohon sebentar aja, kalo masalah kita gak kelar hidup gue gak bakalan tenang. Gue terus terusan dihantui tasa bersalah."Ucap Afrian memohon.

Lelaki itu diam sejenak.
"Masuk!"perintah Alif dan Afrian menurutinya.

Luna sedari tadi tak berhenti menangis. Ia tak berani bergerak barang sedikitpun. Trauma dalam dirinya semakin menjadi.

Alif yang menyadari keterpakuan Luna kembali dan menuntun Luna agar ikut bersamanya menyusul Afrian yang sudah duduk diruang tamu. Namun Alif merasa aneh dengan Luna, tubuh Luna tiba tiba kaku dan sulit untuk digerakkan.

"Luna?kamu kenapa?"tanya alif lembut

"Pergi!dia gak boleh ada disini."

"Ssttt, udah ya kita bicarain ini baik baik."

"Luna!"

"Badan luna kaku mas...susah...hiks buat digerakkin"katanya. Memang dari dulu jika Luna mengalami ketakutan yang berlebih maka akan seperti itu.

Sebenarnya Alif memang sudah menyadari hal itu. Tapi ia pikir mungkín hanya perasaannya saja.

Tanpa pikir panjang Alif langsung membopong Luna ala bridel style yang membuat Afrian merasa cemburu. Tapi ia segera menepikan pikiran itu. Ia tahu kalau Luna adalah istri sahabatnya.

Alif mendudukan Luna tepat disampingnya. Ia menatap Afrian tajam. Gara gara dia istrinya jadi trauma berat seperti ini.

"Luna!"Panggil Afrian. Dan lagi Luna hanya menggelengkan kepalanya seraya bergumam 'enggak' 'pergi' 'jangan ganggu saya'. Afrian semakin merasa bersalah.

"Luna...kamu tenang yah!dia kesini cuma mau minta maaf sama kita."terang alif

"Pergi kamu pergi!Saya mohon jangan ganggu saya!"racau Luna

Alif menarik Luna kedalam pelukannya. Tangisannya sedikit berkurang membuat Alif bernafas lega.

"Puas lo udah buat Luna sampe kek gini!"kata Alif menyalahkan Afrian

"Lif...gue bener bener minta maaf atas kejadian tempo lalu .Gue khilaf lif gue khilaf"mohon Afrian.

"Lo liat!Istri gue sampe ketakutan kek gini, dan ini semua gara gara lo!"sudut  Alif

"Gue minta maaf, tolong maafin gue!Gue janji setelah ini gue gak akan ganggu kalian lagi"kata Afrian mantap

"Gue minta sekarang lo pergi dari rumah gue!"

"Tapi Lif masalah kita belum kelar!dan gue gak bakal tenang kalo belum dapet maaf dari lo maupun Luna"

"Gue mohon ngertiin gue yan!!Kita bahas nanti tapi gak disini!kasih gue waktu buat neñangin istri gue!"Afrian mengangguk seraya meninggalkan Alif dan Luna. Ingin rasanya Afrian memeluk Luna tapi ia cukup sdar diri kalau ia bukan siapa siapa Luna.

Alif  membopong tubuh Luna menuju kamar mereka Ia merebahkan Luna yang baru saja terlelap mungkin karena kecapekan menangis.

Alif tak tega melihat istrinya tertekan seperti itu. Bersamanya saja air matanya sering jatuh ditambah lagi semenjak sahabatnya menganggu hidup Luna, membuatnya semakin menjadi.

Diamatinya tubuh Luna yang semakin hari nampak kurus. Apakah istrinya tak pernah merasakan kebahagian sedikitpun selama ini. Mungkin iya, karena Alif pun sadar ia sering menyakiti gadis itu. Ia juga tahu hampir setiap malam Luna menangis setelah sholat tapi Alif tak begitu memikirkannya. Yang ada diotaknya hanyalah Sasha. Bagaimanapun caranya Sasha harus bahagia hidup bersamanya kelak.

Alif ikut membaringkan tubuhnya disamping Luna. Disingkirkannya anak rambut yang menutupi wajah cantik istrinya. Hidung wanita itu terlihat memerah. Diamatinya wajah itu dari dekat. Pipinya juga bertambah tirus dari sebelumnya.
Lelaki itu mengecup lama kening Luna. Tak lupa juga memberikan kecupan singkat pada bibir istrinya. Setelahnya ia menyusul Luna menelusuri alam mimpi.

Alone in Love (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang