28.Mencarinya

2.4K 167 2
                                    

Adzan Subuh berkumandang membuat Luna terbangun dari tidurnya. Ia mendedarkan pandangannya kesegala ruangan. Ditatapnya Alif yang tidur disampingnya dengan wajah polos. Luna jadi teringat kejadian kemarin yang sangat tidak mengenakan. Ia kembali terisak. Walaupun ada sedikit rasa senang dalam benaknya karena ia telah menjadi istri yang sesungguhnya, tapi tetap saja bayang- bayang kemarin masih membuatnya trauma. Suaminya mrmperlakukan ia persis seperti jalang, dan itu cukup membuat hatinya sakit.

Luna bangkit dari tidurnya lalu melangkahkan kakinya pelan menuju kamar mandi. Ingin membangunkan Alif, tapi rasanya ia belum siap jika harus bersitatap dengan wajah pria itu.

Aliran air yang berasal dari sanyo mengguyur tubuh Luna hingga membuatnya kembali segar. Setelah dirasanya cukup, ia menyelesaikan ritual mandinya dan mengambil air wudhu untuk melaksanakan sholat subuh.

Luna mengambil mukena yang tersimpan diatas nakas lalu memakainya. Dilaksanakannya dua rokaat subuh yang setelahnya ia tak lupa untuk merapalkan doa.

Sesudah melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslimah, Luna kembali berkutik didapur untuk membuatkan Alif sarapan. Tak membutuhkan waktu lama hanya sekitar satu jam masakannya telah siap untuk dihidangkan. Ada beberapa macam makanan yang ia buat seperti cah kangkung, ayam goreng, dan telur ceplok.

Tap tap tap...

Derap langkah seseorang memasuki indra pendengaran  Luna. Ia yakin kalau Alif sudah bangun dan sedang menuju kesini. Lagipula siapa lagi kalau bukan Alif?karena yang tinggal dirumah ini hanyalah mereka berdua.

Sebenarnya sejak insiden itu, Alif merasa lebih canggung terhadap Luna. Tapi mau bagaimana lagi semuanya sudah terlanjur. Lagipula mereka kan suami istri. Ia seorang lelaki jadi harus pandai mencairkan suasana.

Alif mendaratkan tubuhnya dikursi tepat  yang berada didepan Luna. Dilihatnya Luna yang masih sibuk dengan tatanan piringnya. Hendak membuka suara namun keburu ditinggal mondar mandir oleh Luna. Alif merasa seperti makhluk astral saja yang keberadaannya tak dianggap.

"Hm hmm, Luna saya-"

"Sarapannya sudah Luna siapkan. Maaf tidak bisa menemani karena Luna harus buru buru pergi."ucap Luna tanpa menatap Alif. Alif hanya diam melihat punggung Luna yang semakin mengecil.
Semarah marahnya Luna pada Alif, ia tetap berbakti dengan menyiapkan semua keperluannya.

Tak bisa dipungkiri bahwa Alif merasa sangat bersalah telah merampas sesuatu yang berharga dari Luna dengan cara paksa. Jika seperti itu, sama saja ia memperlakukan Luna layaknya seorang perempuan murahan.

Alif mengusap wajahnya kasar. Ia tak tahu apa yang harus ia lakukan saat bertemu dengan Luna nanti.
Bodoh!mungkin kata itu tak cukup untuk mengungkapkan semua perbuatannya yang mungkin terbilang keji pada Luna.

Dilain tempat tepatnya dirumah Luna, ia menghampiri sang ibunda dengan memeluknya erat. Gadis itu menangis sesenggukan. Luna tak bermaksud untuk membohongi Alif karena tidak kekampus...eits Luna tak salah bukan ia kan hanya bilang "buru buru pergi" bukan ijin kekampus.

Rania menatap putrinya bingung. Tiba tiba saja Luna datang dengan tangisannya yang pecah.Untung saja suaminya Rudi, sudah berangkat kekantor jadinya aman aman saja.

Tak luput dari itu, Rania mengelus lembut punggung putrinya untuk menenangkan. Saat tangisan Luna mulai reda Rania membuka suara bertanya sesuatu apa yang membuatnya menangis.

"Sst, ada apa sayang? Cerita sama Mama,"

Luna meleraikan pelukannya seraya menatap sang Mama. Ia menggelengkan kepala. Luna tidak mau membuat mamanya khawatir, apalagi menambahkan beban pikiran wanita itu. 

Alone in Love (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang