25.Nyaman

1.9K 168 0
                                    

Angin berhembus kencang merasuki kulit seorang gadis yang kini tengah tertidur dipelukan suaminya. Entah sejak kapan dia berada disini ,seingat dia terakhir kali ada dilapangan sedang menjalankan hukuman.
Kepalanya berdenyut nyeri serta tenggorokannya terasa kering. Luna ingin mengambil air minum didapur untuk membasuh kerongkongannya. Namun, saat ia hendak beranjak dari ranjang ada sebuah tangan kekar yang menindihi perutnya.
Luna terlonjak kaget. Reflek ia mendorong tubuh Lelaki itu hingģa terjerembab ke lantai.

Luna meringis saat menyadari apa yang telah dia lakukan. Sedangkan Alif berdecak sambil memegangi punggungnya yang terasa nyeri akibat terbentur meja nakas.

"Ma...maaf Mas, Luna gak bermaksud. Tadi Luna kaget jadinya reflek Luna dorong kamu."ucap Luna merasa bersalah seraya turun dari ranjang dan mengulurkan tangannya untuk membantu Alif berdiri.

Alif hanya diam menatap Luna tajam. Ia berdiri tanpa menerima uluran tangan Luna. Gadis itu menarik tangannya.

"Sekali lagi a-aku minta maaf!"ucap Luna tertunduk. Alif hanya berdehem kecil.

Tapi Luna heran dengan Alif yang tiba tiba satu ranjang dengannya. Biasanya mereka tidur terpisah walaupun dalam satu kamar. Alif yang tidur disofa dan Luna yang tidur di kasur King Size nya. Lalu, kenapa tiba tiba malam ini Alif bisa tidur bersamanya.

"Ken-kenapa Mas Alif bisa-"

"Ck...jangan ge-er dulu. Saya ngelakuin itu karena kemaren kamu sakit. Awalnya saya mau belikan kamu obat tapi waktu saya tinggal kamu ngigo terus. Daripada berisik gak jelas, saya berinisiatif untuk tidur disampingmu dan benar setelahnya kamu menjadi lebih tenang."potong Alif saat mengetahui apa yang ingin Luna tanyakan. Tapi jujur saja, ia merasa nyaman bila didekat gadis itu.

"Tapi, mas tidurnya meluk Luna, dan itu membuat Luna sedikit kurang nyaman. Jujur aja Luna jarang berkontak fisik dengan laki laki selain keluarga Luna."cicitnya lirih yang masih bisa Alif dengar.
Jangankan dengan lelaki lain, sebenarnya dengan keluarganya saja ia tak terlalu dekat. Apalagi semenjak sang ayah membencinya.

Alif tak percaya dengan pengakuan Luna. Bagaimana bisa gadis itu tidak pernah berkontak fisik dengan laki laki lain kecuali keluarganya? secara diakan seorang bad girl dan yang biasanya juga play girl.

"Ma... mana ada troublemaker gak pernah kontak fisik sama laki-laki. Saya yakin biasanya gadis seperti itu sering ganti pacar."balas Alif tak mau kalah. Walaupun jujur ia malu saat Luna mengatakan ia tidur sambil memeluknya.

Luna tertawa simpul.
"Hhha...gak semuanya seperti itu Mas,"kata Luna.

"Saya gak percaya!"ucap Alif yang tak mau argumennya dibantah.

"Beneran Mas... buktinya aku! Senakal- nakalnya aku dulu, gak pernah yang namanya sekalipun Luna masuk kedalam dunia pacaran. Walaupun Luna gak pernah sholat, suka buat onar tapi Luna masih tahu batasan. Luna tahu kalo pacaran itu dosa dan gerbang perzinaan, maka dari itu Luna menghindarinya. Meski Luna belum bisa menjadi muslimah yang mematuhi semua aturan agama, setidaknya Luna tidak menambah dosa dengan berpacaran, dan satu lagi..Luna sulit untuk jatuh cinta."terangnya.

"Lagipula ada Zalwa yang selalu ingetin Luna dan Rere kalau kita salah,"lanjutnya.

Alif menatap Luna intens.
"Tapi saya pernah melihatmu diclub beberapa hari set-"

"Mungkin itu Alana!"potongnya.
Bibir Alif terkatup rapat. Ia sudah berprasangka buruk terhadap istrinya sendiri. Afrian benar, ia terlalu bodoh untuk memahami siapa Luna yang sebenarnya.

"Maaf."kata Alif menundukan kepala.

"Maaf untuk?"tanya Luna mengernyitkan dahinya bingung.

"Karena saya sering berprasangka buruk terhadapmu."

"Gak papa Mas, santay aja. Luna gak masukin hati kok."balas Luna sambil tersenyum. Sesekali melontarkan guyonan agar pembicaraannya dengan Alif tidak terlalu formal.

Alif baru sadar ternyata Luna ini orangnya asyik dan gampang diajak bercanda. Tidak mudah tersinggung dan selalu supel. Dia apa adanya.

"Mas!"Panggil Luna saat melihat suaminya tengah melamun.

"Iya"

"Kok melamun?"

"Gak papa. Saya mau bicara sesuatu sama kamu,"

"Apa?"

"Mulai malam ini kita tidur satu ranjang."

Netra gadis itu sontak membelalak.
"Tapi Luna-"

"Tidak ada tapi-tapian Luna! Kalau tidak begini kamu tidak akan terbiasa!"
'Setidaknya sampai pernikahan kita berakhir' lanjutnya dalam hati.

Luna menganggukkan kepalanya ragu.

Setelahnya ia melangkahkan kaki menuju dapur. Namun gerakannya terhenti sekejap saat Alif memanggilnya.

"Luna! kamu mau kemana?"

Gadis itu menoleh.
"Ambil minum, tenggorokan Luna rasanya kering."

"Biar saya saja!"

"Gak usah Mas, Luna masih bisa jalan sendiri." Ia bukanlah tipe orang yang suka merepotkan orang lain. Meski Luna tahu hidup itu saling membutuhkan. Tapi selagi ia bisa mengerjakan sendiri kenapa tidak?

"Tapi kamu itu sedang sakit!"

"Gak papa, lagipula Luna sekalian mau ambil bahan presentasi yang tertinggal di bawah."

Seketika Alif teringat oleh kejadian tadi siang. Sungguh ia merasa sangat bersalah karena telah tega menghukum istrinya padahal Luna sedang sakit.

"Luna, maaf kan saya soal tadi siang."pintanya

Luna menatap Alif dalam.
"Gak masalah dan gak usah dipikirin."jawabnya singkat.

"Saya merasa gagal menjadi suami yang baik."ungkapnya dengan nada melemah.

"Sudahlah Mas, gak perlu dibahas lagi. Lagipula pernikahan kita hanya tinggal menghitung bulan dan itu akan segera berakhir. Luna harap Mas Alif bisa bahagia dengan pilihan mas, Sasha. Luna akan selalu do'a kan yang terbaik untuk kalian."ucap Luna menahan bendungan air mata yang hendak meluncur.

Hati Alif seakan tercubit mendengarkan penuturan gadis itu. Ia memang menginginkan terbebas dari ikatannya dengan istrinya namun entah mengapa saat Luna mengatakan hal itu ada rasa tak rela. Ia takut, takut Luna akan benar-benar pergi darinya.

"Saya mohon jangan katakan itu! Saya tidak suka, Luna."tekan Alif.

"Memang kenyataannya bukan? kamu sendiri yang ingin segera pisah dari aku dan menikahi wanita pilihanmu."

"Kam-"

"Cukup Mas! Luna sedang tak ingin membahas perkara ini. Yang Luna ingin hanya bisa menikmati waktu waktu terakhir dengan suami  Luna,"ucap Luna berusaha tersenyum.

Sesudah mengatakan itu, Luna langsung pergi meninggalkan Alif yang masih termenung dikamarnya seorang diri.
Alif memang mencintai Sasha, mungkin sangat. Tapi ia tak suka jika Luna membicarakan perihal perpisahan.

Alone in Love (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang