3.Gadis Tengil

2.1K 199 0
                                    

Hujan mengguyur kota jakarta dengan sangat derasnya. Jalanan yang biasanya ramai sekarang terlihat begitu sepi.
Saat ini, Luna sedang duduk santai dibalkon rumahnya. Waktu hujan adalah waktu yang paling ia sukai. Karena dikala hujan, Ia dapat menangis sepuasnya tanpa ada yang mendengar. Walupun diluar Luna selalu bersifat seenaknya sendiri, tapi siapa sangka jika didalamnya ia menyimpan beribu luka yang ia pendam sendiri.

Luna jadi teringat disaat kakeknya masih hidup dulu. Saat ia bandel lalu dijewer kupingnya, saat ia butuh sandaran kakeknya yang selalu menjadi bahu untuknya. Dan disaat ia merasa tak bisa melewati masalahnya, kakeknya yang selalu menyemangati dan menasihatinya. Namun sekarang ia tak bisa merasakannya lagi karena sang kakek telah tenang dialam sana.

"Kakek... Luna rindu,"gumamnya sambil mengusap air matanya yang tiba-tiba menetes.

"Andai saja waktu itu Luna gak bandel pas dibilangin. Mungkin aja sekarang kakek masih ada disini, disisi Luna. Mungkin juga Luna gak akan merasakan sakitnya dibenci oleh ayah sendiri."

Flashback on

Saat Usia luna menginjak 13 tahun, ia meminta sang kakek untuk menemaninya berlatih mobil. Walaupun kakeknya telah melarang karena usianya masih terlalu muda, tapi ia masih saja kekeuh. Kedua orang tuanya pun pasrah karena jika luna sudah meminta haruslah dituruti dan tak boleh ditentang. karena pernah sekali Kedua orang tuanya tak mengikuti keinginan luna, ia jadi jatuh sakit selama seminggu.

Saat tengah asik mengendarai mobil dan sang kakek yang berada disampingnya untuk mengawasi, tiba tiba ada dua buah truk besar muncul dari arah berlawananàn. Luna yang belum terlalu pandai menyetir akhirnya mengalah untuk menabrakan mobilnya disebuah pohon besar. Karena saat ia menekan pedal rem pun rem nya blong.

Dirinya baik saja. Namun nyawa sang kakek harus terkorbankan dalam kejadian mengenaskan itu meskipun sebelumnya sempat menyadarkan diri saat dirumah sakit. Sungguh ia menyesal karena tak mau nurut saat dinasehati.

Plakkk!
Satu tamparan mengenai pipi kanan Luna

"INI SEMUA GARA GARA KAMU ANAK SIALAN!KALO SAMPAI TERJADI APA APA PADA AYAHKU, SUNGGUH AKU TAK AKAN PERNAH MEMAAFKANMU!!"ucap Rudi kasar.

Luna menangis. Sedangkan sang bunda bingung harus berbuat apa. Disatu sisi, Ia juga kecewa terhadap Aluna. namun disisi lain, ia tak tega melihat Aluna diperlakukan kasar oleh ayahnya. Bagaimanapun semua kejadian ini adalah musibah.

Selang beberapa menit seorang lelaki berjas putih keluar dari ruangan.

"Bagaimana dok?keadaan ayah saya?"tanya Rudi panik

"Maaf...Pak Ridwan tidak dapat terslamatkan. Beliau kehilangan banyak darah."

Tubuh Rudi seketika melemas. Tangis Rania semakin pecah. Alana?ia hanya diam seribu bahasa. Alana juga teramat sangat menyayangi kakeknya. Ia sungguh benci ini semua. Ia membenci keadaan ini.
Aluna...iya..dialah penyebab musibah ini terjadi. Alana benci Aluna. Ia muak melihat kelakuan Aluna.

"Dasar PEMBUNUHH!!"teriak Rudi sambil mendorong tubuh luna.

"Aluna...ini semua salah lo!seandainya lo gak ngotot buat diajari mobil sama kakek, ini semua pasti gak akan pernah terjadi!!"bentak Alana menarik ujung jilbab Luna hingga ia meringis kesakitan.
Aluna hanya diam meratapi kesalahannya.

"Sebelum pak Ridwan menghembuskan nafasnya yang terakhir, beliau menitipkan surat wasiat ini pada Pak Rudi."kata Dokter

Rudi menerima secarik kertas tersebut. Dibacanya dengan teliti. Isinya adalah pembagian harta waris yang dimana sebagian besar harta ayahnya jatuh ketangan Luna. Apa apaan ayahnya ini...memberikan hartanya untuk seseorang yang sudah membunuhnya. What?Pembunuh kata Rudi. Terlalu kejam kata kata itu untuk Luna dapati. Padahal kejadian ini sama sekali diluar dugaannya. Jika dipikir kembali semua ini bukanlah sepenuhnya salah Luna. Karena jodoh, rejeki, dan mati itu semua sudah ada yang mengatur.

Flashback off

Itulah mengapa alasan Rudi sangat membenci Luna hingga sekarang.Dan sejak saat itu juga Luna melepaskan hijabnya.

  ***


Pondok Pesantren Al Bachtiar

Alif berjalan gontai menuju kamarnya. Badannya sungguh lelah. Ditambah lagi pekerjaan hari ini yang begitu menumpuk hingga membuatnya harus lembur. Tepat pukul 07.30 Alif baru sampai dirumahnya.

Setelah selesai beberes tadi, Alif langsung merebahkan tubuhnya di kasur king size kesayangannya. Baru saja hendak memejamkan mata, suara ketokan pintu terdengar.

Seorang wanita paruh baya dengan khimar  besar hampir sepaha, memasuki kamarnya. Walaupun usianya sudah hampir setengah abad tapi hal itu tak mengurangi sedikitpun kecantikan yang selalu terpancar diwajahnya.

"Umi,"ucap Alif sambil menyalami punggung tangan Uminya.

"Kamu lagi apa Bang?" balas Umi Aisyah duduk disamping Alif. Senyum indah selalu terpatri diwajah cantiknya.

"Gak lagi ngapa,-ngapain kok Mi, tumben Umi kesini?"

"Jadi umi gak boleh kesini nih ceritanya, padahal Umi kangen banget lo sama anak sulung umi yang satu ini."ucap Umi Aisyah dengan nada lembut khasnya.

Alif menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Pria itu menyengir, menampakan deretan gigi rapinya.
"Ya gak gitu juga mihh, ada yang mau Umi sampaikan sama Alif?"tanyanya.

"Kamu kapan bawakan Umi mantu Nak?"

Deg

Sudah ia duga, pembicaraan Uminya tak akan pernah melenceng jauh dari hal yang berbau pernikahan.

"Insyaa Allah secepatnya Mi. Doakan saja yang terbaik bua Alif. Kalau untuk saat ini, Alif rasa belum ada yang cocok."

"Ingat Nak, usiamu sudah 25 tahun, usia yang sangat ideal bagi seorang pria untuk membina sebuah rumah tangga!"

"Alif gak ingin salah pilih Mi, Alif cuma mau menikah sekali seumur hidup. Alif mau memantaskan diri dulu."

"Gak sedikit lo Lif cewek cewek yang antriin kamu. Kemaren aja ada sepuluh santri putri yang lamar kamu secara blak-blakan, apa gak ada satupun yang pas dihati kamu?"
Memang benar, tak hanya mahasiswinya yang secara terang-terangan menunjukkan perasaannya pada Alif. Bahkan santri putri dipondok abinya saja sampai tak sungkan  mengejar Alif.

"Umi kasih kamu waktu dua bulan dari sēkarang. Jika kamu belum menemukan juga, mau gak mau kamu akan umi dan abi jodohkan dengan salah satu putri dari  sahabat dekat abimu."ucap Umi Aisyah sambil beranjak.

"Iya Mi, Alif usahakan."

"Umi tunggu." wanita itu beranjak seraya mengusap sayang kepala putranya.

Sepeninggalan umi, entah mengapa wajah gadis tengil itu muncul dipikirannya. Siapa lagi coba jika bukan Luna?Gadis yang berbeda dari kebanyakan gadis pada umumnya. Gadis yang apa adanya dan selalu bertindak seenaknya sendiri.
Disaat semua wanita berusaha  mencuri perhatiannya dan memuji ketampanannya, dia lah gadis yang pertama kali menyebutnya cowok songong.

"Cantik sih," gumamnya tanpa sadar. Meski sifatnya sangat menyebalkan, tak bisa Alif pungkiri bahwa gadis tersebut memiliki paras yang indah.

"Astaghfirullah," pria itu mengusap kasar wajahnya. Ia paham, memikirkan seorang yang bukan mahromnya adalah perbuatan yang salah. Bisa saja Zina hati nantinya.

Lagipula saat ini Ia sedang menunggu seseorang. Wanita yang lima tahun belakangan ini menelusup dalam hatinya. Hanya saja, Alif tidak tahu keberadaan wanita itu. Hamir dua tahun ini wanita itu menghilang tanpa kabar. Alif sudah mencari informasi tentangnya, namun mungkin saja Allah belum mengijinkan dirinya untuk kembali bertemu dengan si dia. Alif yakin, suatu saat nanti jika memang ia dan tambatan hatinya memang berjodoh, pasti akan dipersatukan.

Jangan lupa tinggalkan vote dan komen.
Terima kasih telah membaca cerita ini.

Alone in Love (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang