7.Modusnya Alana

1.8K 161 0
                                    

Brakkk!!

"Lo pasti sengaja kan modusin Pak Alif?" sentak Alana tepat dihadapan Luna. Gadis yang sedari tadi sibuk membaca buku, kini mengangkat sebelah alisnya.

" Masud Lo?"

"Nggak usah pura-pura bego! Lo, kalo mau ngimpi nggak usah ketinggian deh Lun! Lo itu harusnya sadar diri lo itu siapa!"

"Lo cemburu?"balas Luna santai.

"Kalo iya emang kenapa?Masalah buat lo?!"

Luna menutup bukunya. Gadis itu bangkit dari duduk, lantas berjalan dihadapan Alana.
"Hmmmm... tapi sayangnya gue nggak peduli tuh."balas Luna meninggalkan Alana. Alana dibuat kesal olehnya. Sedari tadi mulut Alana tak henti hentinya menggerutu dan menyumpah serapahi Luna.

"Dasar cewek brengsek! Awas aja loh ya!"

Dikantin

"Lo kenapa sih Al?manyun-manyun gitu. Jelek tauk!"ucap Melda seraya menyedot es tehnya.

"Biasa, pasti ada hubungannya sama si adek!"sahut Feni.

"Tcihhh...Jangan pernah sebut cewek berandalan itu adek gue! Nggak sudi!"ucap Alana dengan nada tak suka.

Melda meringis merasa dirinya salah bicara.

"Iya, iya, sorry. Eh Al, ada Pak Alif tuh."tunjuk Melda pada meja   disebrang mereka yang diduduki oleh Alif dan temannya-Afrian.

"Iya tuh Al, samperin gih!"suruh Feni. Ia sibuk mengamati Alif dan Afrian yang tengah bercengkrama.

"Ini tu kesempatan emas buat lo"lanjutnya.

Alana menatap Feni serius.
"Nggak ah! Emangnya gue cewek apaan?!Ntar kalo dia ilfeel gimana?"

Memang benar, semenjak bertemu Alif dalam sosialisasi di sekolahnya waktu itu, Alana langsung jatuh hati pada pria itu. Menurutnya, Alif memenuhi kriteria pria idamannya.

"Apa salahnya dicoba sih Al,"imbuh Melda.

"Gue nggak Pd. Nanti kalau dia nolak gue gimana?"Alana menggigit bibir bawahnya.

"Nolak lo? Hello, kenapa lo jadi psimis gini sih Al? Mana Alana yang gue kenal? Lo itu cantik, sexy, modis, cowok mana coba, yang nggak tertarik sama lo."

Alana menghembuskan nafas berat.
"Iya sih, tapi gimana caranya biar gue bisa deketin dia?"

"Ishhh, nih ya lo pura-pura gimana gitu, nganterin makanan apa minuman kek!Dimana otak cerdas lo sayang?"ujar  Feni

Alana tampak berpikir, menimang ucapan sahabatnya.
"Bener juga lo! Tumben otak Lo jalan,"

"Ck...lo aja yang nggak tau kalo gue tu sebenarnya pinter!"
Alana mencibik medengar balasan Feni.

Alana mempersiapkan diri untuk mendekati Alif. Ia sedikit merapikan pakaiannya dan rambutnya yang sedikit berantakan.

"Bu, pesanan ini buat siapa?"tanya Alana pada Ibu penjaga kantin.

"Buat meja nomor lima Mbak, "jawab ibu kantin.

"Biar saya aja Bu,"kata Alana sambil merebut nampan dari wanita dihadapannya.

"Nggak perlu repot-repot Mbak, saya bisa sendiri kok."tolak Bu Sri halus. Bagaimanapun juga, ia merasa tidak enak ada Alana.

"Nggak masalah Bu, sekalian aja.
Udah, mendingan ibu siapin pesanan yang lainnya aja. Biar cepet kan?kasian yang udah nunggu." Alana membujuk.

"Oke Mbak, makasih ya." katanya tulus.
Alan tersenyum sambil berjalan menuju meja Alif.

Setibanya dimeja Alif, Alana memasang senyum manis. Sedangkan dari kejauhan, Feni dan Melda setia memperhatikan Alana.

"Lo yakin, cara ini bakal berhasil? Kalo Pak Alif nolak sih Al gimana?"tanya Melda.

Feni berdecak kecil.
"Kok lo jadi ikutan nething gini sih, ayolah Mel, siapa sih cowok yang bisa nolak pesona seorang Alana?"

Melda hanya mengangguk saja. Gadis itu kembali pada aktivitas semula, memakan baksonya yang belum tuntas.

"Pak Alif,"panggil Alana.

Alif dan Afrian sontak menoleh. Didapatinya gadis mengenakan dress simple selutut tengah tersenyum manis terhadapnya.
"Iya, ada apa?"

"Saya mau antar pesanan Bapak."
Tanpa permisi, gadis itu duduk dikursi yang kosong. Membuat Alif dan Afrian menatap heran kearahnya.

"Silahkan Pak, dinikmati makanannya."

Kedua pria lajang itu hanya saling tatap.

"Kenapa? ada yang salah?" tanya Alana meneliti dirinya.

"Kamu yang terlambat tadi?"pertanyaan itu terlontar dari mulut Alif.

"Dia yang waku itu nabrak lo bukan sih, waktu sosialisasi."bisik Afrian.Namun, Alif tidak menanggapi sahabatnya.

"Eh, bukan Pak. Yang tadi kembaran saya."

Alif baru sadar saat melihat pakaian yang dikenakan keduanya berbeda. Jika diperhatikan, yang tadi kek ada manis-manisnya gitu. Berbeda dengan yang ada dihadapannya. Alana memang anghun, tapi cenderung dibuat-buat. Bukan murni dari sikapnya. Berneda dengan Luna. Meski menyebalkan, tapi Alif lebih menyukai sifat gadis itu.

Alif manggut-mamggut. Setelahnya pria itu tak banyak bicara.

 ***

"Lun!lo kenapa sih ngelamun mulu!"ucap Rere

"Luna!"panggilnya lagi

"Hah....apa?"Gadis yang sedari tadi di panggil itu, menengok ke arah kanan. Tepat dimana Rere berada.

"Lo mikirin apa?daritadi kita panggilin tapi gak nyahut nyahut!"

"Gak papa"

"Wahhh....jangan jangan lo mikirin Pak Alif yah"goda Zalwa

"Apaan sih!mana ada gue mikirin cowok songong kek dia!"Nada bicaranya dibuat tak suka.

"Emang kenapa?"tanya Rere polos

"Lo gak tau tadi Luna sama pak alif abis.....hmpfthmpft"

"Diem gak lo!"potong Luna sambil membekap mulut Zalwa
"Gak usah ember!"lnjutnya.Zalwa mengangguk sambil memberikan isyarat pada Luna untuk melepaskan bekapannya.

Huh...ha.....huhh....

"Gila lo ya lun!mau bikin gue mati apa!"sungut Zalwa

"Gak papa Zal kalo lo mati,gue kan jadi makan gratis nantinya"sahut Rere polos

"Lo nyumpahin gue mati!"kata Zalwa tak terima.Enak saja,dia masih sangat muda untuk mati sekarang.Belum juga nikah.Lagian Ia belum mempersiapkan bekal apa apa untuk diakhirat nanti.

"Hhe gak zal!gue bercanda kok!"kata Rere mengangkat jari tengah dan telunjuknya membentuk huruf 'V'.

"Emmm btw si temennya Pak Alif yang satunya itu namanya siapa yah?"cicit Zalwa lirih.

"Hayoooo....ada apa gerangan lo tanya tanya begituan.Naksir loh ya"ucap rere

"Pak Afrian.kenapa?lo suka sama dia?"sahut Luna

"Tapi kalo dipikir pikir dia ganteng juga...eits!mikir apa sih lo Re?Jangan bilang lo juga suka  sama dia"batin Rere dalam hati.

"Gu....gu...e anu...gak...gi...gi...tu kok lun...gu...e cu...ma ngefens aja iya ngefens...."balas Zalwa gugup.

"Ngefens apa ngefens zal?lo kalo mau bilang suka juga gak papa kali zal"goda rere untuk mengenyahkan pikirannya yang sedikit melenceng.

"Paan sih...diem deh lo!"kesal Zalwa yang sebenarnya dihati tengah berbunga bunga.

"Ntar gue mintain no nya deh"kata Rere

"Rere...."plotot zalwa

Rere hanya mengandalkan cengiran khasnya.

Luna berpikir. Baru aja sehari mereka menimba ilmu disini, kenapa sahabatnya jadi ngebucin sih.

Alone in Love (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang