Jisu berjalan menuju kamar Lisa dan Rose. Ia baru saja selesai mandi sepulang dari evaluasi hari ini. Ia ingin meminjam pengering rambut milik Rose. Saat itu pintu kamar Lisa dan Rose terbuka sedikit. Jisu mendekat dan melongok ke dalam.
"Park Chaeyoung? boleh aku pinjam pengering rambutmu?" pinta Jisu
"Tentu, ambillah. Ada di atas meja." kata Rose sambil mengarahkan kepalanya ke meja rias di depan tempat tidurnya.
Jisu berjalan ke arah yang dimaksud dan mengambil pengering rambut yang tergeletak di atas meja.
"Seperti ini?" Tanya Lisa yang duduk di depan Rose sambil meletakkan jari-jarinya di atas senar gitar milik Rose.
"Bukan, itu kunci E. Kalau kunci C letakkan jarimu yang ini di senar ini dan jari ini di senar ini." kata Rose sambil membetulkann posisi jari Lisa.
Jisu menoleh ke arah Lisa dan Rose "Kalian belum tidur?"
"Belum, Lisa memintaku mengajarinya cara bermain gitar" sahut Rose.
"Sudah hampir setengah dua belas malam. Jangan tidur terlalu malam. Park Chaeyoung kupinjam dulu pengering rambutmu." Jisu menutup pintu kamar Lisa dan Rose lalu berjalan menuju kamarnya.
Jisu duduk di depan meja rias sambil menatap ke arah cermin lalu menyalakan pengering rambut itu dan mengarahkannya ke kepala. Dari cermin ia melihat Jeni yang tidur di atas tempat tidurnya dengan wajah murung sambil memeluk guling.
"Kau belum tidur?" tanya Jisu sambil tetap menatap cermin dan mengarahkan pengering rambut itu ke kepalanya.
"Aku tidak bisa tidur."
"Kenapa? Karena evaluasi tadi? Karena Lia dan Renata tereliminasi?
Jeni diam tak menjawab.
Jisu menghela napas pelan "Aku tahu kau yang paling lama dengan mereka. Kau pasti sedikit sulit menerima bahwa mereka bukan bagian dari kita lagi. Mau bagaimana lagi? Kita harus menerimanya. Setiap orang punya jalannya masing-masing."
Jisu melirik dari cermin dan melihat Jeni yang mulai terisak. Jisu mematikan pengering rambut itu lalu berjalan ke tempat tidur Jeni dan duduk di sampingnya.
"Sudahlah jangan menangis. Jangan sampai tereliminasinya mereka berdua membuatmu lupa dengan tujuan awalmu di sini. Kau harus tetap bergerak kedepan. Jangan sedih berlarut-larut seperti ini. Lagipula mereka berdua tidak kemana-mana. Mereka masih ada di Korea. Kau masih bisa bertemu dengan mereka di luar YG bukan?"
Jeni mengangguk lalu bangkit dan duduk disamping Jisu. Jeni mengusap kedua matanya lalu menyandarkan kepalanya di bahu Jisu.
"Daripada memikirkan hal itu lebih baik kau memikirkan nama panggungmu seperti yang dikatakan sajangnim tadi." Ujar Jisu
"Kau sudah menemukan nama panggungmu?" tanya Jeni
"Ummmm.... Karena aku suka pikachu bagaimana kalau Jisu digabung dengan pikachu menjadi... Jichu!" kata Jisu dengan nada yang dibuat seimut mungkin.
Jeni terkekeh "Apa kau yakin akan mengunakan nama.... Jichu!" ujar Jeni sambil menirukan bagaimana Jisu menyebut nama itu.
Mereka tertawa geli mendengar bagaimana cara mereka menyebut nama itu.
"Apa kau punya ide untuk nama panggungku?" tanya Jeni
Jisu memandangi langit langit kamarnya sambil berpikir "Mungkin nama Jendeuk cocok untukmu. Lihatlah, kau sering sekali menempel padaku seperti sekarang ini. Jadi nama Jendeuk sangat cocok sebagai nama panggungmu." Gurau Jisu
Jeni menyingkirkan kepalanya dari bahu Jisu lalu menepuk Jisu dengan kesal "Hei! Kenapa kau memberi nama yang imut untukmu sendiri sementara untukku malah nama Jendeuk?"
![](https://img.wattpad.com/cover/183220276-288-k214670.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Warna
FanfictionMenjadi kaya? Menjadi terkenal? Bukan. Ini bukan tentang itu. Ini tentang pengorbanan untuk meraih apa yang diimpikan. Ini tentang kerja keras untuk menjadi apa yang didambakan Catatan : Semua tokoh diluar Blackpink adalah fiktif Peringkat: #153 Jis...