Jeni berjalan menyusuri koridor kelasnya sambil sebelah tangannya menempelkan ponsel ke telinganya. Ia sudah beberapa kali mencoba menelpon Lisa tapi gadis itu tak mengangkatnya. Ia juga sudah belasan kali mengirim pesan pada Lisa tapi tak ada satupun yang dibalas. Sejak kemarin Lisa memang tidak menampakkan diri. Terakhir kali mereka bertemu adalah saat makan malam di kantin setelah evaluasi bulanan dua hari yang lalu.
Jeni menghentikan langkahnya.Telponnya masih tak diangkat. Ia memandangi ponselnya dengan tatapan kesal. "Kenapa kau tak mengangkat telponku Lalisa Manoban? Sesibuk apa dirimu sampai kau tak mau mengangkat telponku? Sesibuk apa dirimu sampai kau tak datang latihan hah?"
Jeni mendesah pelan. Kini dia malah berbicara sendiri dengan ponselnya seperti orang gila. Tiba-tiba pikiran buruk terlintas di otak Jeni. Bagaimana jika terjadi sesuatu pada Lisa? Bagaimana jika sesuatu yang buruk sedang menimpa Lisa? Ia tidak datang latihan kemarin dan tak bisa dihubungi sampai saat ini.
Jeni memijat keningnya. Tidak, tidak. Lisa adalah gadis yang kuat. Dia bisa mengalahkan seorang perampok dengan tangan kosong. Jadi tak ada yang perlu dikhawatirkan. Mungkin saja saat ini ia sedang menuju tempat latihan atau malah sudah berada di sana. Ya, tak ada yang perlu dikhawatirkan.
Jeni baru saja akan beranjak dari tempat ia berdiri ketika tiba-tiba matanya melihat sesuatu. Ia baru menyadari bahwa dirinya dari tadi berdiri tepat di depan mading sekolahnya. Sebenarnya setiap hari ia sering melewati mading yang ada di salah satu dinding koridor sekolahnya. Tapi ia tak pernah benar-benar tertarik dengan mading itu. Namun kali ini ada yang membuat ia tertarik. Ada selebaran berisi tata aturan berpakaian di lingkungan sekolah lengkap dengan gambar seorang laki-laki dan perempuan yang menjadi modelnya. Yang membuatnya tertarik bukan tentang aturannya. Tapi foto gadis yang menjadi modelnya.
"Dia.... " Jeni bergumam pada dirinya sendiri. Ia merasa pernah melihat gadis itu. Tapi ia tak ingat siapa dan dimana.
Matanya Jeni terbuka lebar ketika ia mengingat sesuatu.
"Jadi dia satu sekolah denganku? Astaga! Kenapa aku baru tahu sekarang?"
Jeni masih bergumam sibuk dengan pikirannya sendiri.
"Tapi kenapa aku tak pernah melihatnya di sekolah? Mungkin dia hanya disewa pihak sekolah untuk menjadi modelnya?"
Tiba-tiba perdebatan yang ia buat sendiri itu buyar ketika ponselnya berbunyi. Ia langsung mengangkat telponnya ketika tau siapa yang menghubunginya
"Halo? Lisa? Kau dimana? Aku sudah menelponmu sejak kemarin kenapa tak diangkat? Pesanku juga tak ada yang kau balas. Kau kenapa? Kenapa tak datang latihan?" Jeni langsung menghujani dengan serentetan pertanyaan begitu telponnya diangkat.
Tak ada jawaban dari Lisa. Jeni mengerutkan dahi. "Lisa?"
"Halo? Ini temannya Mano ya?" Terdengar suara rendah seorang laki-laki di seberang telepon.
Jeni mengerjap. Mano? Siapa Mano? Dan kenapa ada suara laki-laki di ponsel Lisa?
"Maaf, ini nomornya Lisa kan?" Jeni bertanya dengan ragu.
"Iya, Mano sedang tidur. Dia sedang istirahat." jawab laki-laki itu ringan.
Sejak kapan Lisa berubah nama jadi.... Tunggu Lisa sedang tidur katanya? Dan ada laki-laki yang mengangkat telponnya? Itu artinya laki-laki itu ada di dalam kamar Lisa bukan? Laki-laki itu pasti bukan ayah Lisa karena Jeni yakin ayah Lisa juga tak bisa bahasa Korea seperti Lisa. Pikiran buruk yang tadi sempat muncul kini tiba-tiba terlintas lagi di benak Jeni. Ia menutup telponnya lalu bergegas menuju apartemen Lisa.
Kini Jeni berdiri tepat di depan pintu apartemen Lisa. Pintunya tidak dikunci. Ia melangkah masuk kedalam lalu mengambil sapu yang ada di samping pintu. Jeni menyebarkan pandangan ke segala penjuru ruangan. Ada tas punggung yang warnanya mulai pudar tergeletak di sofa di ruang tengah. Ada juga sebuah bungkusan plastik kecil di samping tas itu yang entah itu isinya apa.
![](https://img.wattpad.com/cover/183220276-288-k214670.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Warna
FanfictionMenjadi kaya? Menjadi terkenal? Bukan. Ini bukan tentang itu. Ini tentang pengorbanan untuk meraih apa yang diimpikan. Ini tentang kerja keras untuk menjadi apa yang didambakan Catatan : Semua tokoh diluar Blackpink adalah fiktif Peringkat: #153 Jis...