"Dalam proses pelarutan suatu garam tidak selalu menghasilkan larutan yang bersifat netral. Sebagai contoh, tembaga (II) sulfida bersifat asam, natrium asetat bersifat basa, sementara natrium klorida bersifat netral. Hal ini disebabkan oleh reaksi disosiasi garam di dalam air yang membentuk ion."
Jisu sedang membaca buku catatan miliknya di meja kasir sambil bertopang dagu. Ia kemudian melirik dengan ragu ke arah meja di bagian paling belakang deretan rak yang ada di minimarket itu.
Pria itu masih di sana. Pria yang datang saat Sujin menjambak Jisu kemarin itu mengamati Jisu dari kejauhan sambil sesekali mengetik sesuatu di ponselnya. Selesai mengetik sesuatu, ia memperhatikan lagi Jisu yang berada di meja kasir. Ia terus mengulangi apa yang ia lakukan itu sejak 30 menit yang lalu. Ia tidak makan, minum, bahkan tidak membeli apapun. Ia hanya duduk di sana sambil menatap Jisu.
Pria itu tiba-tiba bangkit lalu berjalan menuju rak makanan instan. Ia mengambil satu bungkus ramyeon dan mengguyurnya dengan air hangat dari sebuah mesin di sudut belakang minimarket lalu kembali ke tempat duduknya tadi.
Pria itu memakan ramyeon di depannya sambil tetap menatap Jisu. Ia melihat Jisu yang sedang membaca sesuatu sambil sesekali Jisu melirik ke arahnya dengan canggung dan kembali menunduk ketika mata mereka bertemu lalu pura-pura membaca lagi seolah tidak terjadi apa-apa.
Pria itu tersenyum lalu memanggil Jisu. "Hei, kemarilah."
Jisu melihat ke arah pria itu dan langsung berjalan menghampirinya. Walaupun merasa canggung karena pria itu terus melihatnya sejak tadi, ia tetap menghampiri pria itu karena sudah jadi tugas Jisu untuk membantu pembeli jika pembeli memerlukan sesuatu.
"Ada yang bisa saya bantu?" tanya Jisu ramah.
"Duduklah dan temani aku makan di sini. Daripada terus menunduk membaca sesuatu di sana lebih baik kau di sini." ujar pria itu sambil menarik kursi di sampingnya dan mempersilakan Jisu duduk.
"Ahjussi, tapi saya harus tetap berada di meja kasir." sahut Jisu sambil menoleh ke arah meja kasir.
"Apa bedanya duduk di sana dan di sini?" balas pria itu.
Jisu menarik kursi di depan pria itu dan duduk di depannya dengan ragu alih-alih duduk di sampingnya. Tentu saja dia tidak bisa duduk di samping pria asing yang baru ditemuinya dua hari ini.
Pria itu kembali menyantap ramyeon di hadapannya. Baru beberapa suap ia memasukkan gulungan ramyeon itu tiba-tiba ia menghentikan makannya. Ia menatap Jisu sambil menghela napas.
"Kenapa kau tidak makan?"
"Makan?"
"Kau harusnya tahu arti dari kalimat -temani aku makan- bukan? Itu artinya kau juga harus ikut makan. Ambillah sesuatu dan makanlah bersamaku." kata pria itu sambil menggerak-gerakkan sumpitnya mengikuti irama bicara.
Jisu menggeleng. "Ahjussi, saya tidak mungkin melakukannya. Saya tidak bisa meninggalkan meja kasir begitu saja dan makan bersama anda. Itu sama saja saya memakan barang dagangan saya. Itu melanggar aturan."
"Hanya sedikit orang yang datang ke minimarket malam hari. Kau sejak tadi hanya duduk menunduk di sana sambil membaca entah apa. Makanlah sesuatu dan istirahatlah." gumam pria itu.
Pria itu kembali menghela napas lalu berdiri. Ia berjalan meninggalkan Jisu sebentar lalu kembali sambil membawa ramyeon yang sama dengan yang ia makan. Ramyeon itu telah diseduh dan siap untuk di makan.
Pria itu duduk kembali ke kursinya sambil menyerahkan ramyeon yang ia bawa tadi pada Jisu.
"Makanlah, aku yang mentraktirmu."

KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Warna
Fiksi PenggemarMenjadi kaya? Menjadi terkenal? Bukan. Ini bukan tentang itu. Ini tentang pengorbanan untuk meraih apa yang diimpikan. Ini tentang kerja keras untuk menjadi apa yang didambakan Catatan : Semua tokoh diluar Blackpink adalah fiktif Peringkat: #153 Jis...