Motor itu berhenti tepat di depan Jeni yang sedang berdiri di halte bus seperti biasa. Seulas senyum langsung terbentuk di wajahnya begitu melihat Juwon datang. Hari ini entah kenapa suasana hatinya sedang baik. Apalagi setelah melihat laki-laki itu. Ia seperti menjadi orang paling bahagia di dunia saat ini.
"Selamat pagi nona detektif." sapa Juwon saat menghentikan motor di depan Jeni.
Jeni tidak membalas sapaan itu. Ia menyibakkan rambut ke belakang telinga lalu tersenyum sendiri sambil memandangi Juwon.
"Kenapa kau senyum-senyum seperti itu?" tanya Juwon sambil mengerutkan alis saat melihat tingkah gadis itu yang tidak biasa.
"Tidak apa-apa. Aku hanya sedang senang saja hari ini." jawab Jeni ringan.
"Mobilku sedang di bengkel karena kejadian kemarin. Jadi aku menjemputmu dengan motor hari ini. Tidak apa-apa bukan?" tanya Juwon sembari mengulurkan helm yang ia ambil dari belakang motor.
"Tentu saja tidak apa-apa." jawab Jeni yang kemudian memakai helm itu lalu naik ke jok belakang motor Juwon.
Juwon segera memacu motornya setelah Jeni naik di belakang. Jeni langsung melingkarkan tangan di pinggang Juwon begitu motor itu mulai bergerak. Juwon yang menyadari hal itu sedikit terkejut dengan apa yang dilakukan Jeni. Ia mengarahkan pandangannya sekilas pada tangan Jeni yang sedang berpegangan padanya. Ini adalah petama kalinya gadis itu berpegangan pada Juwon saat naik motor tanpa ia minta.
"Hei, kurasa aku lebih suka kaujemput menggunakan motor daripada mobil." ujar Jeni dengan suara lembut dari belakang tubuh Juwon.
"Karena jika menggunakan motor aku bisa memelukmu dari belakang dan bersandar di punggungmu seperti ini." lanjut Jeni yang kemudian meletakkan kepalanya di punggung Juwon dan mendekap erat tubuh laki-laki itu dari belakang.
Sayangnya dua kalimat tadi hanya ada di dalam kepala Jeni. Ia tentu saja tidak akan berani mengucapkan kalimat yang memalukan itu. Apalagi mengucapkannya pada Juwon.
"Aku memelukmu karena tidak ingin terjatuh dari motormu. Jadi jangan berpikir berlebihan." gumam Jeni yang menyadari Juwon langsung melirik kaca spion begitu ia memeluknya dan menyandarkan kepala pada laki-laki itu.
Dari kaca spionnya Juwon melihat Jeni yang sedang bersandar di punggungnya dengan tenang. Gadis itu diam sambil memejamkan mata dan tersenyum tipis. Juwon tersenyum saat menyadari satu hal. Dengan pose seperti itu, Jeni terlihat cantik sekali. Ini adalah kedua kalinya ia melihat Jeni seperti itu.
"Kau, jika diam seperti itu. Jika tidak sedang menggerutu dan mengomel memang ratusan kali lebih anggun dan cantik." ujar Juwon dengan suara pelan.
Jeni mengangkat kepalanya saat menyadari Juwon baru saja mengucapkan sesuatu. "Apa kau mengatakan sesuatu?"
Juwon mengangkat alisnya meskipun Jeni tidak dapat melihatnya. "Mengatakan apa? Aku tidak mengatakan apa-apa."
Jeni kemudian menaruh kepalanya di bahu kiri Juwon sambil melihat jalanan di depan mereka. "Ngomong-omong, darimana kau mendapatkan kalimat itu?"
Juwon menoleh sedikit. "Kalimat yang mana?"
"Saat kau menceramahi Park Boyoung soal cinta."
"Entahlah, aku hanya mengatakan apa yang terlintas di kepalaku saat itu. Memangnya kenapa? Apa aku terlihat keren?"
"Aku tidak menyangka kalimat itu bisa keluar dari mulut seorang Kwon Juwon."
"Jangan meremehkanku. Seharusnya kau berterimakasih padaku karena aku telah menyelamatkanmu."
"Aku tidak akan berterimakasih sampai kau menepati janjimu." ujar Jeni tiba-tiba.
"Janji? Janji apa?" tanya Juwon dengan nada bingung.
![](https://img.wattpad.com/cover/183220276-288-k214670.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Warna
FanficMenjadi kaya? Menjadi terkenal? Bukan. Ini bukan tentang itu. Ini tentang pengorbanan untuk meraih apa yang diimpikan. Ini tentang kerja keras untuk menjadi apa yang didambakan Catatan : Semua tokoh diluar Blackpink adalah fiktif Peringkat: #153 Jis...