Semua murid di kelas itu terlihat diam. Mata mereka tertuju pada Sujin yang berdiri dari bangkunya.
"Han songsaenim... sepertinya tidak akan ada yang mau mengaku. Bagaimana kalau kita telpon saja ponsel miliknya. Ponselnya akan berdering dan kita bisa tahu dimana ponselnya serta siapa yang mengambilnya."
Sujin mengambil ponselnya dari dalam tas lalu menelpon nomor Juwon. Tak berselang lama terdengar suara ponsel berdering. Semua orang langsung mengarahkan pandangannya ke sumber suara itu. Jisu yang duduk di bangkunya terkejut ketika semua orang melihat ke arahnya. Beberapa detik kemudian ia menyadari bahwa suara itu berasal dari dalam tasnya. Ia mengambil tasnya dan melihat di dalamnya ada sebuah ponsel yang sedang berdering.
Sujin berjalan ke arah Jisu dan merebut tas milik Jisu.
"Han Ssaem, ponselnya ada di dalam tas Jisu!" kata Sujin sambil mengambil ponsel itu dari dalam tas Jisu dan mengacungkannya tinggi-tinggi.
Jisu berdiri dari bangkunya. "Tapi ssaem, bukan saya yang mengambilnya."
"Lalu kenapa ponsel ini ada di dalam tasmu?" tanya Sujin dengan nada menuduh.
Raut wajah Jisu tampak terkejut bercampur bingung. Bagaimana bisa ponsel itu ada di dalam tasnya tanpa sepengetahuan dirinya? Sejak kapan ponsel itu ada di dalam tas miliknya?
"Kim Jisu, kenapa kau masih mengelaknya? Jelas-jelas ponsel itu ada di dalam tasmu." ujar salah satu murid di kelas itu. Sayup-sayup mulai terdengar kalimat-kalimat yang menyerang Jisu.
"Siapa yang mengira bahwa murid baru ini adalah seorang pencuri?"
"Aku tak menyangka dia adalah pelakunya."
"Sekarang aku mengerti kenapa ada pepatah yang mengatakan jangan menilai sebuah buku hanya dari luarnya saja. Wajah cantinya tak sesuai dengan tingkah lakunya."
Tiba-tiba terdengar celetukan dari salah seorang murid laki-laki di kelas itu, "Hei Kim Jisu, apa kau sadar kelakuanmu ini hampir membuat kami satu kelas terkena hukuman? Kenapa kau tak mengaku saja dari awal, dasar pencuri!"
Murid laki-laki itu kemudian melemparkan sebuah botol minuman ringan yang masih penuh isinya ke arah Jisu. Botol itu tepat mengenai kepala Jisu. Jisu memegangi kepalanya yang terkena lemparan sambil menahan sakit.
Melihat kejadian itu Taewu beranjak dari tempat duduknya dan menghampiri murid yang baru saja melempari Jisu. Dengan wajah geram Taewu menggenggam kerah baju murid itu lalu mengangkatnya dan mendudukkannya dengan keras di atas meja.
"Kau bilang apa tadi? Pencuri? Jangan bicara sembarangan! Bisa saja ada orang lain yang sengaja menaruh ponsel itu ke dalam tasnya! Gunakan otakmu sebelum bicara brengsek!"
Taewu kemudian mendaratkan sebuah pukulan ke wajah murid laki-laki itu. Melihat hal itu beberapa murid yang berada di dekatnya langsung berusaha untuk melerainya.
Seketika guru Han memukulkan sebuah penggaris panjang ke papan tulis dengan keras. "Gong Taewu! Jangan berbuat onar atau kau juga akan terkena hukuman!"
Beberapa murid yang melerainya berhasil memisahkan Taewu dari murid laki-laki itu. Taewu mengibaskan lengannya berusaha melepaskan genggaman dua murid di sampingnya yang sedang memegangi dirinya. Setelah berhasil lepas Taewu berjalan mendekat ke arah murid yang melempari Jisu. Ia menatap murid itu dengan tajam lalu berbisik dengan suara yang dalam, "Pukulanku tadi untuk lemparanmu yang mengenai Jisu. Sekali lagi kau melakukannya akan kupatahkan tanganmu."
Taewu berjalan kembali ke bangkunya sambil merapikan bajunya yang berantakan.
"Han songsaenim benar apa yang dikatakan Taewu sunbae, bisa saja ada orang lain yang menaruh ponsel itu di dalam tas Jisu eonnie. Eonnie tak mungkin mencuri ponsel itu. Aku saksinya. Eonnie keluar bersamaku lebih dulu dari ruang kedisiplinan dan Sujin sunbaenim keluar terakhir." ungkap Jeni berusaha membela Jisu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Warna
FanfictionMenjadi kaya? Menjadi terkenal? Bukan. Ini bukan tentang itu. Ini tentang pengorbanan untuk meraih apa yang diimpikan. Ini tentang kerja keras untuk menjadi apa yang didambakan Catatan : Semua tokoh diluar Blackpink adalah fiktif Peringkat: #153 Jis...