"Kau tidak berlatih bersama timmu? Biasanya di jam-jam seperti ini kau sedang berlatih."
Jisu berdiri tak jauh dari Taewu yang sedang duduk di kursi kayu panjang di atap sekolah.
"Aku izin hari ini. Tubuhku rasanya sakit semua setelah dibanting oleh Juwon tadi. Dia benar-benar kuat." sahut Taewu.
"Jadi, ada apa kau memanggilku ke sini?" tanya Jisu.
"Kemarilah, duduklah di sampingku." ujar Taewu sembari menepuk ruang yang masih kosong di sampingnya di kursi yang ia duduki.
Jisu menuruti permintaan laki-laki itu. Ia mendekati Taewu dan duduk di sampingnya. "Ada apa?"
Taewu menoleh pada Jisu. Ia menatap kedua pupil mata gadis itu dalam-dalam. Ia memandangi Jisu selama beberapa saat, lalu perlahan mendekatkan wajahnya pada Jisu. Taewu memiringkan kepalanya sedikit kemudian mengarahkan bibirnya pada bibir Jisu.
Jisu melebarkan matanya dan mengerjap cepat beberapa kali ketika sadar wajah mereka kini terlalu dekat satu sama lain. Wajah Jisu kini berubah menjadi tegang.
"G-Gong Taewu? A-apa yang kau lakukan?" ucap Jisu tergagap.
Tanpa sadar Jisu mulai bergerak mundur ketika laki-laki di depannya itu semakin dekat dengannya.
Taewu tak menggubris kata-kata Jisu. Ia melingkarkan tangannya pada pinggang Jisu agar gadis itu tidak bisa mundur lebih jauh lagi sembari terus mengarahkan bibirnya pada bibir Jisu.
"G-Gong Taewu! J-jika kau macam-macam aku akan melemparmu dari atap sini!" seru Jisu sambil mendorong bahu laki-laki itu menjauh darinya.
Namun laki-laki itu lebih kuat dari Jisu. Dorongan itu tidak berarti banyak pada Taewu. Taewu tetap berada di tempatnya sambil terus mendekatkan bibirnya pada bibir Jisu.
Wajah Jisu menjadi semakin tegang. Ia memejamkan matanya erat-erat sambil tetap berusaha mendorong bahu Taewu meskipun yang ia lakukan itu sia-sia.
Tiba-tiba Taewu menghentikan gerakannya tepat sebelum bibir mereka benar-benar saling bersentuhan.
"Jadi yang dikatakan Jeni memang benar." gumam Taewu sambil kini menjauhkan wajahnya dari Jisu.
Jisu membuka pelan matanya dan melihat laki-laki itu sudah menjaga jarak dengannya. Ia membuang napas yang ternyata sejak tadi dia tahan.
"Apa-apan itu tadi!" protes Jisu sambil menggeser sedikit tubuhnya menjauh dari Taewu.
"Hanya memastikan sesuatu."
"Apa?"
"Aku sudah tahu semuanya dari Jeni. Kau selama ini diancam oleh Sujin bukan?"
Taewu diam sejenak. Ia membuang napas pelan lalu berkata lagi. "Aneh sekali rasanya selama ini kau tidak pernah melawan Sujin. Setelah semua perlakuannya padamu aku belum pernah melihatmu sekalipun melawannya. Bukan karena tidak mau melawan, tapi kau tidak bisa melawan karena diancam. Kau bukan tipe orang yang dengan begitu saja pasrah akan sesuatu. Kau bukan orang yang mudah ditindas. Lihat saja tadi saat aku ingin melakukan sesuatu padamu kau langsung melawanku dan menolak. Tapi kenapa kau menjadi begitu tak berdaya saat berhadapan dengan Sujin? Kau selalu mengelak untuk membahasnya, kau selalu menunduk dan menatap ke bawah saat aku menyebut nama Sujin. Itu semua karena dia mengancammu bukan?"
Taewu mendongakkan kepalanya menatap langit di atasnya. "Aku mungkin akan dipanggil oleh komite kedisiplinan dalam beberapa hari lagi karena berkelahi dengan Juwon tadi. Saat itu tiba aku akan mengatakan segalanya pada mereka soal Juwon dan Sujin."
Jisu membuka mulutnya ingin mengatakan sesuatu. Namun Taewu buru-buru meletakkan telunjuknya di depan bibir Jisu. "Berhenti mengatakan -jangan lakukan itu-, atau -aku tidak ingin melibatkan orang lain-. Kali ini aku benar-benar harus melakukan sesuatu. Jadi jangan melarangku."

KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Warna
FanfictionMenjadi kaya? Menjadi terkenal? Bukan. Ini bukan tentang itu. Ini tentang pengorbanan untuk meraih apa yang diimpikan. Ini tentang kerja keras untuk menjadi apa yang didambakan Catatan : Semua tokoh diluar Blackpink adalah fiktif Peringkat: #153 Jis...