Bersatunya Dua Musuh

1.9K 210 27
                                    

Semua diam. Entah kenapa suasana di meja itu terasa hening. Hanya ada suara sendok beradu dengan tempat makan mereka yang sesekali masih terdengar. Tak ada satupun percakapan yang muncul diantara mereka bertiga. Semuanya hanya diam sambil menyantap makanan di depan masing-masing tanpa obrolan seperti yang selalu di lakukan pada pagi-pagi sebelumnya. Mereka bertiga sibuk dengan pikiran masing-masing sambil menggerakkan tangan memasukkan makanan ke dalam mulut.

Pagi itu untuk pertama kalinya Jeni, Jisu dan Rose hanya sarapan bertiga di kantin asrama. Tanpa Lisa yang biasanya duduk di samping Rose di depan Jeni. Kursi itu pagi ini kosong. Rasanya aneh sekali ketika salah satu dari mereka tak ada di sana. Mereka sudah terbiasa makan berempat dalam satu meja.

Jeni mengunyah makanan di dalam mulutnya dengan pelan. Suasana hatinya sedang tidak bagus. Sejujurnya ia tidak benar-benar ingin makan pagi itu. Ia hanya tidak ingin perutnya kosong sebelum memulai hari.

Jeni kemudian menatap kursi yang biasa diduduki Lisa dengan tatapan setengah melamun. Kini Lisa yang selalu berceloteh di depan Jeni sedang tidak ada di sana. Kini Lisa yang biasa berbalas lelucon konyol dengan Jisu telah pergi. Ada yang hilang. Ia tahu ada yang hilang.  Ia telah membuat salah satu temannya pergi. Seharusnya ia bisa menjaga temannya dengan baik. Ia adalah trainee terlama diantara yang lain di sini. Secara teknis ia adalah senior. Seharusnya ia bisa bersikap bijaksana pada junior-juniornya. Ia semestinya menghentikan Lisa kemarin malam. Bukan malah mengusirnya pergi. Apalagi dengan kondisi tubuhnya yang dipenuhi luka memar.

Dahi Jeni berkerut samar. Apa ini artinya ia menyesal karena Lisa pergi? Apa ia menyesal sekarang karena telah mengusir Lisa? Tidak, tidak. Lisa sendirilah yang ingin pergi. Bukan Jeni yang mengusirnya. Lisa sendirilah yang dengan bodohnya pergi dari asrama.

Lisa memang selalu bertindak bodoh. Ini bukan pertama kalinya Lisa berkelahi. Dulu saat ia baru saja bergabung dengan YG Lisa pernah berkelahi dengan pria yang bahkan membawa pisau. Ia berkelahi saat Jeni diserang pria bersenjata itu. Dan sekarang ia berkelahi dengan siswa SMA hingga babak belur untuk melindungi Rose. Tunggu, ada dua persamaan dalam kejadian ini. Hal yang selalu ada saat Lisa beradu fisik dengan seseorang. Tiba-tiba saja Jeni menjadi teringat dengan kata-kata Jisu tadi malam.

Mungkin yang dia lakukan memang salah, tapi dia selalu punya alasan kuat kenapa sampai harus memukul orang. Dia bukan orang yang dengan mudah menghajar orang lain tanpa alasan.

Jeni menggelengkan kepala menolak gagasan itu. Meskipun begitu tetap saja Lisa tidak harus sampai memukul orang apapun alasannya bukan? Semua hal bisa diselesaikan baik-baik tanpa harus ada pihak yang terluka. Ya, itulah yang tidak Lisa pahami. Karena dia terlalu bodoh untuk memahaminya. Yang dia tahu hanyalah memukul, menendang, dan menghajar orang.

Jeni mendecakkan lidah. Kenapa ia jadi memikirkan si bodoh itu sekarang? Biarkan saja dia pergi. Biarkan saja dia menggelandang di jalanan. Biarkan saja dia tidur di luar.

"Memangnya siapa yang peduli denganmu? Bahkan kau mati membusuk di jalananpun aku tak akan peduli lagi!"

Tiba-tiba semua orang di sana menatap Jeni yang sedang berdiri di kursinya dengan tatapan heran. Jeni yang sadar dirinya mendadak jadi pusat perhatian langsung duduk kembali di tempatnya dengan canggung.

Astaga! Apa yang baru saja ia lakukan? Tanpa sadar ia mengucapkan kata-kata yang ada di pikirannya sendiri sampai semua orang memperhatikan dirinya. Semua gara-gara gadis itu! Gadis bernama Lalisa Manoban itu! Ia benar-benar telah membuat Jeni menjadi gila!

Jisu menatap Jeni yang masih memegang kening dengan dengan kedua tangan setelah meracau tidak jelas barusan. "Kau tidak apa-apa?"

"Entahlah, aku juga tidak tahu." sahut Jeni yang kemudian kembali menyuapkan makanan ke dalam mulut untuk menenangkan diri.

Dua WarnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang