Sinkop Vasovagal

1.5K 172 12
                                        

"Dia mengalami kondisi hipotensi. Tekanan darahnya rendah sekali. Itulah sebabnya kenapa dia pingsan saat kalian membawanya kemari."

Salah seorang guru kesehatan sedang menjelaskan keadaan Jisu pada semua orang yang ada di sana.

"Ketika seseorang yang mengalami hipotensi menunjukkan gejala akan pingsan lebih baik kalian membaringkan tubuhnya. Jika kalian membuatnya berdiri dan memapahnya, otaknya akan kekurangan darah karena gravitasi menarik semua aliran darah ke kaki. Saat otak kekurangan darah dia akan semakin mudah untuk pingsan." tambah guru itu menjelaskan.

"Tapi ssaem, dia baik-baik saja bukan?" tanya Taewu yang berdiri di sebelah kasur tempat Jisu sedang berbaring.

"Tidak apa-apa. Dia hanya kelelahan saja. Setelah dia siuman aku akan memeriksanya kembali untuk memastikan keadaannya." jawab guru itu lalu berjalan keluar dari ruang kesehatan.

Taewu menatap Jisu yang sedang tergolek lemas di atas kasur ruang kesehatan. Ia terbaring dengan posisi kaki diganjal dengan beberapa bantal sehingga kakinya berada lebih tinggi dari kepala. Ikatan dasi dan ikatan sabuk yang ada pada seragamnya telah dilonggarkan untuk mempermudah pernapasannya.

"Jadi dia sering pingsan seperti ini?" tanya Taewu tanpa mengalihkan pandangannya pada Jisu.

"Ini pertama kalinya dia pingsan." jawab Jeni.

"Dulu dia memang pernah seperti ini, tapi tidak sampai kehilangan kesadaran begini." sambung Rose menambahkan.

Tak lama kemudian bel tanda masuk kelas berbunyi.

"Kalian masuklah ke kelas. Aku akan menemani Jisu di sini." gumam Taewu.

Lisa, Rose, dan Jeni langsung membalik badan dan pergi dari ruang kesehatan. Sementara Juwon masih berdiri di tempatnya sambil menatap Jisu.

Tiba-tiba kelopak mata Jisu bergerak. Gadis itu membuka matanya pelan. Bola matanya bergerak ke sana kemari seperti sedang mengamati dimana dia saat ini. Jisu menoleh ke samping dan melihat Taewu sedang berdiri di dekatnya. Ia ingin bertanya dia ada dimana tapi saat membuka mulut ia menyadari dirinya terlalu lemah untuk mengeluarkan suara.

Taewu yang mendapati Jisu sudah sadar langsung meraih botol minuman isotonik di atas meja berlaci di samping tempat tidur Jisu. Minuman itu adalah minuman yang biasa ia konsumsi untuk memulihkan tenaga setelah menjalani pertandingan sepakbola.

Taewu membuka botol itu, menaruh sedotan di mulut botolnya, dan mengarahkan sedotan itu pada mulut Jisu. "Minumlah."

Jisu mengangkat kepalanya dibantu oleh Taewu. Ia mengarahkan mulutnya pada sedotan itu dan menyeruput isinya beberapa kali.

"Aku dimana?" tanya Jisu dengan suara serak yang sangat pelan setelah selesai minum.

"Di ruang kesehatan. Jangan banyak bicara dulu. Kau sedang mengalami hipotensi. Tubuhmu sangat lemah." gumam Taewu lirih.

Taewu mengambil obat yang ada di dekat botol isotonik tadi lalu membuka bungkusnya. "Ini suplemen dari songsaenim untuk menaikkan tekanan darah, minumlah."

Jisu meminum obat itu lalu kembali menyeruput isi botol minuman isotonik yang dipegang Taewu.

Setelah gadis itu selesai minum, Taewu meletakkan kembali kepala Jisu diatas bantal dengan pelan.

Taewu menoleh pada Juwon ketika sadar Juwon masih berdiri disana. "Kau masih di sini?"

"Ada yang ingin kubicarakan denganmu." ujar Juwon.

"Tentang apa?"

Juwon mengarahkan matanya sekilas pada Jisu. "Bisakah kita bicara di luar saja?"

Dua WarnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang