"Kalian yakin tidak ingin kuantar?"
Manajer Sangwon yang telah duduk di kursi kemudi bertanya sekali lagi pada empat gadis itu dari kaca samping sebelum ia benar-benar melajukan mobilnya.
"Gwaenchana eonnie. Ini adalah hari pertama masuk sekolah. Kami ingin berangkat selayaknya murid biasa berangkat sekolah," jawab Jeni tanpa ragu.
Wanita tersebut menatap Jeni, Lisa, Jisu, dan Rose yang telah berseragam rapi satu per satu. Ia kemudian menganggukan kepala. "Pastikan kalian membalas jika aku mengirim pesan atau menelepon. Kalau terjadi apa-apa segera hubungi aku."
Dari kursi belakang Miyeon menurunkan kaca mobil hingga separuh dan tersenyum. "Sampai bertemu nanti siang, teman-teman." Ia mengakhiri ucapannya dengan melambai kecil.
Empat orang itu membalas lambaian Miyeon sebelum van tersebut berjalan melewati gerbang asrama YG dan menghilang di antara kendaraan lain yang berseliweran di jalanan besar. Mobil itu membawa Miyeon ke sekolahnya. Sekolah yang berbeda dari Jeni, Jisu, Lisa, Rose.
"Ayo, kita juga harus segera pergi," ajak Rose setelah melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan.
Mereka berempat segera bergegas menuju halte bus di dekat asrama YG. Pagi itu langit terlihat bersih tanpa awan. Namun cuaca tidak terasa terik sama sekali. Udara masih terasa dingin meskipun sebenarnya Korea telah memasuki musim semi. Bulan Maret seperti ini merupakan peralihan dari musim dingin ke musim semi. Sehingga udara dari musim dingin masih terasa meskipun tidak benar-benar menusuk tulang.
Lisa merentangkan kedua tangan sambil berjalan di trotoar yang pinggirnya berjajar pohon-pohon berdaun merah muda. "Ah! Akhirnya musim semi tiba!" serunya lalu menghirup napas dalam-dalam. Ia ingin memenuhi paru-parunya dengan aroma musim semi sebanyak mungkin.
"Musim baru! Suasana baru! Semester baru!" Ia melompat kegirangan ke udara. Gadis itu seperti anak kecil yang dibiarkan berlarian di taman oleh orang tuanya.
Lisa memang menyukai musim semi. Yah, tentu saja. Siapa yang tidak suka musim semi? Dunia seolah kembali berwarna. Rumbut kembali hijau. Bunga bermekaran. Buah-buah menggelantung di pohonnya. Pokoknya indah!
Ia juga tak perlu lagi memakai pakaian tebal yang berat jika ingin keluar. Tak perlu ada jaket, tak perlu ada kupluk, tak perlu ada sarung tangan dan sepatu bot. Bagi dirinya yang berasal dari negara tropis seperti Thailand tentu saja hal-hal tadi sangat merepotkan. Dirinya yang suka bergerak jadi terbatas. Namun sekarang ia tak perlu memakai itu semua. Badan serasa enteng seperti melayang!
Tapi selain itu semua ada satu hal lagi yang disukai Lisa. Di musim semi kali ini ia sudah menjadi siswi kelas 2 SMA. Artinya dia bukan junior lagi di sekolahnya.
Ia berjalan mendekat pada Jeni lalu merangkul gadis itu dengan semangat. "Hei Jeni, aku tidak sabar apakah kita punya adik kelas yang tampan tahun ini?" seloroh Lisa yang menyipitkan mata dan tersenyum menggoda.
"Ya, hentikan. Apa-apaan wajahmu itu? Kau seperti pedofil yang sedang mencari korban," celetuk Jeni sambil menyingkirkan tangan Lisa yang merangkulnya.
"Wae? Kita sudah kelas 2 SMA. Sudah saatnya kita mencari pacar."
"Aku tidak tertarik mencari pacar," jawab Jeni ketus. Tanpa menjelaskan lebih lanjut ia memilih untuk mengganti topik pembicaraan. Gadis itu mengambil ponselnya dan membuka sebuah laman toko daring. "Aku lebih penasaran apakah mereka punya diskon spesial untuk musim semi tahun ini?"
Jeni kemudian tersenyum lebar memandangi layar ponselnya. "Aku sudah punya daftar belanjaan baju banyak sekali di keranjangku."
Tidak seperti dua orang itu yang terlihat semangat, ada satu orang yang sejak tadi diam saja sambil sibuk mengelap hidungnya yang mulai berair.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Warna
Fiksi PenggemarMenjadi kaya? Menjadi terkenal? Bukan. Ini bukan tentang itu. Ini tentang pengorbanan untuk meraih apa yang diimpikan. Ini tentang kerja keras untuk menjadi apa yang didambakan Catatan : Semua tokoh diluar Blackpink adalah fiktif Peringkat: #153 Jis...