Keluarga Kim

1.7K 175 11
                                    

"... masih menguasai bola, pemain dengan nomor punggung 10 itu meliuk-liuk melewati satu, dua, tiga pemain lawan sambil menggiring bola lalu melepaskan tembakan keras dari luar kotak penalti dengan kaki kirinya. Bola itu melesat cepat melewati dua pemain belakang mengarah langsung ke tiang jauh gawang dan gooooooool! Masuk saudara-saudara! Penjaga gawang tak mampu membendung lesakan bola itu hingga menggetarkan jaringnya."

"Gol dari Gong Taewu membuat SMA Chungdam unggul untuk sementara. Wasit meniup peluit tanda berakhirnya babak pertama pertandingan semifinal kali ini. Skor sementar 1-0 untuk SMA Chungdam. Kami akan kembali sesaat lagi."

"Hei, kenapa kau senyum-senyum seperti itu? Kau sedang mendengarkan apa?"

Jeni mengibaskan tangannya ke arah Jisu ketika menyadari dari tadi Jisu terus tersenyum dengan earphone menyumpal di kedua telinganya sambil melihat keluar jendela kereta.

Jisu mengerjapkan mata dan melepas kedua earphone-nya saat menyadari Jeni dari tadi menatapnya dengan heran.

"Bukan apa-apa. Aku hanya mendengarkan lagu kesukaanku." sahut Jisu menggelengkan kepala.

"Lagu apa yang membuatmu tersenyum seperti itu? Aku jadi penasaran." gumam Jeni sambil mengambil sebelah earphone Jisu yang dilepas dan memasukkannya ke lubang telinganya.

Jisu buru-buru mengambil earphone itu mencegah Jeni untuk memakainya.

"I-itu bukan lagu yang terkenal. Kau pasti tidak suka." ujar Jisu setengah gugup.

"Ngomong-omong, apa kau sudah pernah ke Busan sebelumnya?" tanya Jisu mencoba mengalihkan topik sambil melepas earphone-nya dari ponsel dan meletakkan dua benda itu di atas tas jinjing yang dari tadi ada di pangkuannya.

"Ini pertama kalinya aku ke sana." jawab Jeni santai.

Jeni melipat tangannya di depan badan lalu menyandarkan kepala ke kursi kereta. "Aku jadi merasa sedikit bersalah pada Taewu sunbae."

Jisu menoleh penasaran, "Kenapa?"

"Sepertinya dia sangat ingin kau datang ke pertandingan hari ini. Beberapa kali Taewu sunbae memintaku untuk membujukmu agar kau mau menonton pertandingan semifinalnya. Aku sudah berkali-kali bilang padanya jika kau tidak terlalu suka sepakbola. Dia akhirnya berhenti memintaku saat aku bilang kau harus bertemu dengan Junghun oppa hari ini." sahut Jeni menjelaskan.

Jeni membuang napas. "Aku jadi penasaran apakah pertandingan Taewu sunbae berjalan lancar?"

"Dia baru saja mencetak gol. Babak pertama baru saja berakhir dan sekolah kita unggul 1-0." gumam Jisu yang mengucapkannya tanpa sadar.

Jeni mengedipkan mata cepat lalu melihat Jisu dengan wajah bingung. "Darimana kau tahu?"

Wajah Jisu menjadi panik meskipun ia mencoba untuk menyembunyikannya. Ia baru sadar ia baru saja kelepasan bicara. "A-aku hanya menebak. Benar, hanya menebak. Kau tahu, Taewu adalah pemain yang berbakat. Ia pasti bisa mencetak gol di babak pertama dengan mudah."

Jeni melirik earphone dan ponsel yang ada di atas pangkuan Jisu lalu kembali menatap Jisu. "Kau tidak sedang mendengarkan siaran langsung pertandingan itu secara diam-diam bukan? Apa maksud dari lagu kesukaanmu itu adalah...."

"Sudah ku bilang aku hanya menebaknya." potong Jisu berusaha mengelak.

Jeni tersenyum lebar ketika ia memiliki sesuatu di otaknya.

"Kau tahu? Taewu sunbae itu keren sekali. Jago bermain sepakbola, tampan, dan begitu populer di kalangan para gadis di sekolah kita. Aku pasti akan menjadi orang paling beruntung jika bisa mendapatkannya. Atau mungkin jika dia mengajakku berkencan aku pasti akan langsung menerimanya tanpa berpikir panjang. Astaga, membayangkannya saja membuat jantungku jadi berdebar-debar." ucap Jeni sambil meletakkan kedua tangannya di depan dada dan memejamkan mata.

Dua WarnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang