Swastamita

401 58 10
                                    


Taewu mengetukkan pangkal bolpoinnya berkali-kali ke permukaan meja kayu di perpustakaan itu. Matanya menatap serius sebuah buku cetak yang sedang terbuka di hadapannya. Dengan kening berkerut ia berusaha memikirkan cara menyelesaikan salah satu soal di buku tersebut.

Tapi karena otaknya tak bisa menemukan jalan keluar akhirnya ia menyerah dan menggeser buku itu ke arah Jisu yang duduk di sebelahnya. "Kim Jisu, kalau yang ini bagaimana caranya?" tanyanya mengarahkan telunjuk ke soal yang dimaksud.

Gadis itu menyibak rambut yang jatuh di wajah ke belakang telinga saat memutar kepala. Ia membaca soal yang disodorkan Taewu. "Tentukan hasil reaksi CH3 - CH2 - CH = CH2 + HBr."

Ia menggoyang bolpoin di tangan sembari berpikir sesaat. "Ini termasuk reaksi adisi."

Jisu mengambil buku catatannya lalu menulis sesuatu. "Ini adalah reaksi alkena yang akan ditambah atom H dan Br dari Hbr. Dua atom itu akan masuk ke atom C yang berada di antara ikatan rangkap dua yaitu atom nomor 3 dan 4."

Taewu memiringkan tubuh mendekat menyimak penjelasan yang diberikan Jisu. Sesekali ia menatap Jisu dan mengangguk. Tanpa disadari ia menyunggingkan senyum samar. Sudah setahun sejak mereka saling kenal. Taewu senang sekali saat Jisu berceloteh panjang lebar. Gadis itu memiliki suara yang menyenangkan saat menjelaskan sesuatu.

"Sesuai aturan Markovnikoff atom H akan masuk ke atom C yang H-nya lebih banyak. Jadi hasil reaksinya adalah CH3 - CH2 - CHBr - CH3, " terang Jisu sambil tetap menulis. "Mengerti?"

"Gong Taewu?" Jisu bertanya lagi saat melihat laki-laki di sampingnya itu hanya diam menatap dirinya.

"Ya, Gong Taewu?!" panggil Jisu sekali lagi. Kali ini sedikit lebih keras.

Seperti baru sadar sesuatu mata Taewu mengerjap cepat. "Hah? Bagaimana?"

Ia diam menatap tulisan Jisu. Laki-laki itu menyeringai, kemudian memiringkan kepala sambil menggaruk rambut yang sebenarnya tidak terasa gatal. "Ummm.... bisakah kau mengulangnya lebih pelan?"

"Aish... kau tidak menyimak penjelasanku?" Jisu mendesis ringan.

"Aku menyimakmu," bantah Taewu meskipun suaranya terdengar tidak menyakinkan.

"Kurasa sebaiknya kita berhenti sebentar. Kita sudah belajar selama hampir dua jam," usulnya yang terdengar lebih seperti alasan.

"Ya, jika begini saja sudah menyerah bagaimana bisa kau masuk peringkat 35 besar pemetaan kelas?" seloroh Jisu.

Laki-laki itu memang meminta Jisu membantunya agar bisa lolos 35 besar ujian pemetaan kelas. Di SMA Chungdam saat sudah memasuki tingkat 3 pembagian kelas akan didasarkan pada hasil peringkat tes tersebut. Siswa yang pandai akan dijadikan satu kelas dan siswa biasa saja akan dimasukkan kelas lain.

Hal ini dilakukan karena selama di bangku kelas 3 siswa harus melakukan persiapan untuk ujian kelulusan dan ujian CSAT*. Pihak sekolah menginginkan persiapan tersebut disesuaikan dengan kemampuan daya serap murid terhadap mata pelajaran agar lebih efektif.

Meskipun tujuannya bagus, kebijakan ini menimbulkan sebuah kasta di kalangan siswa. Di mana siswa yang masuk kelas A -yaitu siswa dengan peringkat 35 terbaik- dianggap lebih bergengsi dan berkelas. Bahkan ada yang sampai berpikir jika bisa masuk ke kelas A maka jalan memasuki universitas terbaik di Korea jadi lebih mudah.

"Tidak semua orang bisa menangkap banyak materi sekaligus sepertimu," ucap Taewu membela diri.

Laki-laki itu diam sejenak seakan-akan sedang berpikir. Ia memandangi Jisu yang sudah sibuk kembali dengan catatannya. "Hei, Kim Jisu."

Dua WarnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang