"Kau sudah mengecek kamar mereka?" tanya Jisu sambil memakan makanan di atas meja.
"Sudah. Mereka tidak ada di kamar." sahut Jeni yang juga makan di samping Jisu.
Jeni memiringkan kepala. "Aneh sekali, apa mereka sudah pergi sejak pagi tadi? Tidak biasanya Lisa dan Rose berangkat lebih dulu daripada kita."
"Lisa pernah bilang padaku jika mereka ingin mencoba gitar listrik baru milik Rose. Karena kita tidak memiliki amplifier di asrama, mereka ingin mencobanya di gedung YG. Mungkin mereka berangkat pagi untuk mencoba gitar itu sekarang." ujar Jisu sembari mengingat-ingat.
"Benar juga, sejak Alice eonnie datang kemari memberikan gitar itu pada Chaeng, aku belum pernah sekalipun melihat Chaeng memainkannya." gumam Jeni.
Jisu melihat jam di layar ponselnya. "Sudah hampir pukul tujuh ayo berangkat."
Jeni mengangguk. Mereka berdua kemudian meninggalkan kantin dan berjalan menuju halte di sekitar asrama.
Suasana di halte itu lebih ramai dari biasanya. Banyak orang yang berkerumun menunggu bus di sana. Saking banyaknya, Jeni dan Jisu harus menunggu di bagian luar halte.
Sekilas mata Jeni menangkap orang-orang di sana tiba-tiba memperhatikan mereka. Mereka memandangi Jeni dan Jisu dengan tatapan kurang bersahabat. Jisu yang juga menyadari hal tersebut menjadi sedikit risih ketika orang-orang mulai menatapnya dengan curiga. Sayup-sayup terdengar suara sumbang tentang Jisu. Mereka memandangi Jisu dengan tatapan menghakimi sambil berbisik satu sama lain.
"Sebaiknya kau memakai masker." bisik Jeni pada Jisu sambil memberikan sehelai masker pada Jisu setelah ia merogoh tas di punggungnya.
Tiba-tiba datang sebuah mobil sedan hitam yang langsung berhenti tepat di depan mereka. Kaca jendela depan itu turun lalu terlihat pria berjas rapi dari dalam. Pria itu tersenyum ke arah Jisu.
Jeni menoleh pada Jisu. "Kau mengenalnya?"
"Oppa? Sedang apa kau di sini?" tanya Jisu tanpa menanggapi pertanyaan dari Jeni ketika menyadari bahwa pria di dalam mobil itu adalah direktur Chongsu.
"Menjemputmu." sahut direktur Chongsu singkat.
"Menjemputku?" tanya Jisu sambil mengarahkan telunjuknya ke hidung.
Jisu menghela napas. "Oppa, aku harus pergi ke sekolah hari ini. Aku tidak bisa menemanimu pergi lagi seperti kemarin."
Jeni menoleh cepat sambil mengernyitkan dahi begitu mendengar kalimat Jisu. "Pergi lagi? Seperti kemarin? Jadi kau memang mengenalnya"
"Justru itu aku datang kemari. Aku akan mengantarmu ke sekolah." ujar direktur Chongsu.
"Tidak perlu, aku bisa naik bus." ucap Jisu.
Direktur Chongsu mengalihkan pandangannya pada kerumunan orang-orang yang ada di halte. "Kau tahu kenapa ada penumpukan penumpang di halte ini? Saat aku kemari, ada perbaikan jalan di depan universitas Hongik. Itu rute yang dilewati bus yang akan kau tumpangi bukan? Busnya akan terlambat karena harus memutar. Sekarang hampir pukul tujuh lewat. Waktu tempuh dari sini menuju sekolahmu menggunakan bus hampir satu jam. Kau akan terlambat jika menunggu busnya."
Direktur Chongsu kemudian mengalihkan pandangannya pada Jeni. "Kau juga boleh mengajak temanmu yang sedang kebingungan itu. Aku akan mengantar kalian berdua, bagaimana?"
Jisu menoleh ke arah Jeni dan mendapati Jeni sedang berdiri di sampingnya dengan wajah bingung.
"Kita naik mobil ini saja." ajak Jisu.
"Dia siapa?"
"Namanya Baek Chongsu oppa. Dia dari Management LouD. Tenang saja dia orang yang baik, ayo masuk." Jisu menggandeng tangan Jeni untuk masuk ke dalam mobil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Warna
FanfictionMenjadi kaya? Menjadi terkenal? Bukan. Ini bukan tentang itu. Ini tentang pengorbanan untuk meraih apa yang diimpikan. Ini tentang kerja keras untuk menjadi apa yang didambakan Catatan : Semua tokoh diluar Blackpink adalah fiktif Peringkat: #153 Jis...