Part 3

140K 7.5K 1K
                                    

Warning!🔞

***

E

mpat puluh lima menit waktu yang dihabiskan Anna untuk mengayuh sepedanya menuju apartemen Jonathan, hingga sampailah ia di depan unit lelaki itu sekarang.

Anna melirik arloji di tangannya yang kini menunjukkan pukul 08:00 malam, ia menghela nafas lega.
Dua jam lalu, tepat setelah Anna mendapatkan ijin dari neneknya, Jonathan mengirim pesan singkat berisi alamat apartemen disertai peringatan pukul berapa Anna harus sampai dan kini Anna Tersenyum puas, ia tepat waktu.

Sambil mengumpulkan seluruh keberaniannya untuk bertemu Jonathan, baru saja gadis itu hendak menekan bell, tiba-tiba saja pintu besi dihadapannya terbuka dari dalam lalu menampilkan sosok Jonathan dengan balutan kaos hitam yang terlihat pas ditubuhnya serta bawahan celana denim yang memiliki robekan di kedua lutut, khas Jonathan sekali.

"Datang juga lo, gue pikir udah berubah pikiran" ujar Jonathan dengan mata memicing ke arahnya.

"Enggak kok!"

"Ya Udah, masuk" sedikit memiringkan tubuh, Jonathan mempersilahkan Anna untuk masuk ke dalam unitnya.

Begitu memijakkan kaki di dalam Apartemen Jonathan, yang pertama kali terbesit di pikiran Anna adalah Rapih dan tertata dengan baik. Jika melihat penampilan Jonathan yang urakan dalam berpakaian, tidak akan ada yang menyangka bahwa Lelaki itu sangat tertib dalam penataan ruang.

Netra Anna menyusuri setiap sudut apartemen tersebut dengan tatapan takjub. oh ya, selain rapih, unit Apartemen Jonathan pun sangat luas dan mewah, Anna tak ingin menerka-nerka berapa jumlah yang harus dikeluarkan untuk membeli unit ini karena yang jelas, hanya orang-orang dengan kasta seperti Jonathanlah yang bisa.

"Mau sampai kapan melongo?"
Sentakan Jonathan menyadarkan Anna dari pikirannya.

"Apartemen kamu bagus"

"Udah gak usah basa-basi" tukas lelaki itu, culas seperti biasa.

"Sekarang lepas semua pakai lo, terus baring di dalam sana" perintah Jonathan, frontal seraya menunjuk ke arah Pintu kamarnya. "Gue mandi dulu"



Setelahnya Jonathan benar-benar beralih ke kamar mandi, meninggalkan Anna dengan segala kecanggungan dan debaran Jantung yang menggila. Perlahan gadis itu mulai melangkahkan kakinya menuju kamar Jonathan, dan seketika aroma maskulin lelaki itu merebak masuki Indra penciumannya.

Oh yaampun, ini kah saatnya?


***

Selama dua puluh menit Anna menunggu Jonathan di kamar lelaki itu, namun tidak ada tanda Jonathan akan datang. Sementara seluruh pakaiannya telah Anna lucuti, kini gadis itu benar-benar polos dibalik sehelai selimut milik Jonathan.

Anna berusaha untuk tetap tenang, namun nyatanya tidak semudah itu. Tak henti-hentinya ja meremas telapak tangannya sendiri, menahan rasa gugup. Dadanya bergemuruh menanti kehadiran Jonathan, namun entah mengapa juga tak ingin Jonathan cepat datang. Anna butuh menetralisir rasa gugupnya yang mungkin tidak akan pernah ada ujungnya ini.

Membaringkan tubuhnya dalam posisi menyamping, Telapak tangannya diletakkan di depan dada dengan sedikit menekan saat merasakan detak jantungnya bertalu dua kali lipat lebih cepat dan tiba-tiba Anna tersentak—sontak memejamkan matanya kala rasakan pergerakan pada kasur yang ia tiduri sekarang, itu pasti Jonathan.

SEANNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang