Part 42

72.5K 5K 3.3K
                                    



Jonathan bangkit dari pembaringan dengan satu tangan memijit pangkal hidung mancungnya kala bayang-bayang masa lalu kembali menghampiri.

Bangkit tanpa mau mengenakan atasan, hanya dengan Jeans kusam yang menggantung di pinggang, membiarkan otot bisep serta dasa kecoklatan miliknya terpampang jelas. Jonathan turuni tangga seraya menyisir rambut menggunakan jari-jarinya yang panjang.

Dan kala berjalan ke area dapur, sebuah pemandangan asing namun masuk dalam list impiannya seketika membuat Jonathan terkesima dengan cara paling elegan. Tatapan tajam miliknya serta merta mengintai pada tubuh semampai yang berdiri membelakangi, tengkuk putih yang terlihat lantaran surai tersampirkan ke bahu, ssstt ... bahkan terusan piama yang tak ketat pun benar-benar tak mampu menyembunyikan daya tarik sexual yang wanita itu pancarkan.

Oh Anna, gemar sekali wanita itu membuat otot-otot tubuh Jonathan mengencang akan sensasi liar yang mendera. Ini masih pagi, tapi gairahnya sudah terpancing.

Sementara Anna sibuk mencampurkan potongan-potongan sosis ke dalam nasi goreng kesukaan Jayden. Jonathan mendekat, sebisa mungkin tanpa menyebabkan suara apapun yang menyadarkan Anna, dan begitu telapak tangan lebarnya menyentuh pinggang wanita itu, pekik ringan terdengar, Anna sampai berjengit karena terkejut.

"Selamat pagi"

Sejenak kegiatan Anna terhenti akibat sapaan suara serak khas bangun tidur Jonathan yang membuatnya sontak menahan napas.

Lelaki itu melarang Anna berbalik agar ia bisa memeluknya dari belakang. Menghirup aroma wanitanya yang seperti bayi. Mungkin karena semalaman tidur dipeluk Jayden, Anna jadi ketularan wangi bocah itu yang memang sampai sekarang pun masih memakai minyak telon dan bedak-bedak bayi.

"Ranjangku sepi tanpa kamu disana"

Terpejam, wanita itu mendadak kikuk. Astaga kata-katanya ... kenapa alay sekali? Anna membatin.

"Licik, andai pintu kamar Jayden tidak terkunci aku pasti akan menggendongmu kembali ke kamar kita." Jonathan berdesis marah, mengingat semalam ketika ia pulang Anna sudah tak ada di kamarnya, malah tidur di kamar Jayden dan dengan sengaja membiarkan pintu terkunci rapat.

"Katakan sesuatu. Jangan diam, Anna." pintanya kemudian, kesal melihat Anna yang tak sama sekali merespon perkataannya sedari tadi.

Sedang batin Anna tengah meringis. Ya ampun. Kenapa mendadak dia jadi manja begini? Karena bukannya senang, Anna justru merasa mual. "Kamu bacot banget pagi ini, gak biasanya." sahutnya, memutar bola mata.

Lantas Jonathan terkekeh gemas, mencengkram pinggul Anna semakin kuat. Mengecup tengkuknya sebelum berbisik rendah. "Apa Jayden masih tidur?"

"Ya" Anna mengangguk, kembali m dengan kesibukannya membuat sarapan.

"Benar-benar terlelap?"

"Hm" sahut Anna pelan, sedikit ragu.
"Memangnya kenapa?" tanyanya kemudian.

"Bagus" Jonathan menarik smirk seraya mengerling nakal memindai tubuh Anna. "karena aku ingin memasukimu, disini, sekarang Juga"

Dan Anna syok mendengarnya, wajah wanita itu memerah, bahkan ronanya menjalar hingga ke daun telinga.

"Kulakukan dengan cepat" imbuh Jonathan yang mengakibatkan Anna kian terperangah.

Terkesiap, Anna refleks mengumpat dalam hati. Dan kata "GILA" kembali ia serukan teruntuk Jonathan beserta fantasi anehnya. "Aku lagi masak!" Anna membentak tatkala jari-jari panjang Jonathan berusaha menyingkap ujung piama miliknya.

"Lanjutkan, biar aku yang bekerja. Kamu cukup mendesah." terus mendesakan wajah pada Anna yang berniat menggeliat namun jatuhnya justru membuat tubuh keduanya semakin bergesekan--itu mengundang geraman tertahan dari Jonathan.

SEANNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang