Part 12

117K 8.3K 693
                                    

Don't forget to Vote & Komen.

***

Hari sudah mulai gelap saat Anna kembali ke kediamannya dengan tubuh nyaris remuk. Bagaimana tidak? Selain harus melewati lembur yang panjang bersama rekan-rekan kantornya, Anna juga baru saja menjemput Jayden dari rumah Rosie. Bocah itu bermain disana seharian Setelah Anna memberi kabar bahwa dia akan lembur.

Benar-benar hari yang sibuk dan melelahkan. Anna bahkan tidak ingat kapan terakhir kali dirinya mempunyai waktu untuk berleha-leha dan mengurus Jayden, putranya yang luar biasa penurut dan jarang merepotkan. Karena sebenarnya, ada setitik rasa nyeri di hati Anna kala harus menitipkan Jayden pada sahabat-sahabatnya. Bukan karena ia merasa tak enak atau merepotkan, ini bukan soal mereka tapi ini soal Jayden, putranya yang masih berumur lima tahun itu harusnya Selalu mendapat perhatian penuh darinya. Tetapi kondisi mereka yang tidak memungkinkan mengharuskan Anna tak bisa maximal dalam hal mengurus Jayden.

Bayangkan saja selama 24 jam, dibanding bersama putranya, Anna lebih disibukkan oleh setumpuk dokumen yang menuntut di kantor. Itu Benar-benar melelahkan hati, pikiran, dan juga menguras tenaga Anna.

Ah ... Kapan ia bisa berhenti bekerja dan hanya fokus mengurus putranya? Well, sepertinya mustahil. Jika saja ia memiliki ekonomi yang memadai, jika saja orang tuanya masih hidup atau——Andai ia memiliki ... Suami. Hidupnya mungkin akan lebih baik dari ini.Tapi Sayangnya ia memang hanya bisa sebatas berandai-andai.

'Lo cantik banget Anna, cowok manapun bisa naksir sama Lo. sekarang tergantung lo nya aja, mau atau enggak.'

Begitulah bunyi kalimat yang selalu Keluar dari mulut para sahabat atau rekan-rekan kerjanya. Mereka tentu pernah menyarankan Anna untuk mencari suami, beberapa dari mereka bahkan terang-terangan menjomblangi. Namun ya ... Memang tidak semudah kelihatannya, Anna masih terlalu takut untuk memulai suatu hubungan meski tak sedikit dari pria yang mendekatinya menawarkan kehidupan yang layak, mengakui jika mereka akan menerima Anna apa adanya tak peduli seberapa parah masa lalunya. Bahkan Ada juga yang telah berhasil mengambil hati Jayden. Mereka berusaha dengan keras namun menyerah dan mundur dengan sendirinya saat Anna tak kunjung memberi kepastian.

Ada begitu banyak hal yang harus Anna pertimbangkan dan ia hanya mencoba untuk berpikir secara realistis. Para pria itu mungkin saja bisa menerimanya, tetapi apakah mereka juga mampu menerima Jayden? menyanyangi putranya itu tanpa mengenal status atau dalam artian tulus? Dan kalaupun mereka bisa, lalu apakah orang tua, sanak saudara ataupun keluarga besar mereka juga bisa menerima kondisi Anna yang hanyalah sebatang kara, berstatus ibu tunggal dari anak hasil pemerkosaan yang lahir di luar pernikahan. Oh ... Bayangkan, ibu mana yang akan menjodohkan anak laki-lakinya dengan perempuan seperti Anna?

Selama ini, Anna sudah belajar banyak mengenai berbagai macam pandangan dalam masyarakat, dan Wanita-wanita seperti dirinya cenderung diasingkan, dipandang rendah dan tidak berharga. Tak jarang dari para tetangganya beranggapan yang bukan-bukan mengenai Anna dan pekerjaannya. Meski sakit hati dan memiliki keinginan besar untuk menampar satu persatu mulut kurang ajar itu, Anna tetaplah diam, mencoba menahan semua amarahnya karena merasa tidak punya cukup waktu untuk meladeni gosip-gosip Bodoh tersebut. Seperti yang selalu ia tekankan sejak awal, persetan dengan apapun yang berusaha mengganggunya diluar sana karena yang perlu ia lakukan hanyalah fokus pada Jayden, pada kehidupnya sendiri. Toh, namanya juga penggosip, mau dikasih fakta sebaik apapun juga pasti tetap bacot.

Usai mandi dengan air hangat dan beristirahat sejenak untuk menghilangkan penat, Anna bergegas keluar kamar. Di ruang tengah Ia melihat Jayden yang sibuk menyusun lego-legonya dia atas meja, wajah bocah itu tampak begitu serius membuat Anna serta merta menarik ujung bibirnya, melangkah menuju sofa dan duduk disana.

SEANNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang