Part 28

92.4K 6.8K 2.3K
                                    

***

Jonathan merengkuh pinggang Anna dan menuntunnya keluar dari mobil menuju kediaman dengan langkah pelan. Sengaja mendorong Anna untuk sekedar melihat-lihat sekitar sementara anak buahnya sudah lebih dulu masuk membawa barang bawaan.

Penthouse Jonathan sangat besar dan mewah. Malam dimana Lelaki itu membawanya kemari Anna tak terlalu memperhatikan bagian luarnya secara detail tetapi kali ini Anna menelan ludah melihat bagaimana kediaman ini terlihat begitu indah. Indah sekali, seperti yang Jonathan katakan, "Heaven" Namun karena sang pemilik lebih menyerupai iblis, Anna tidak yakin kehidupan di dalam sana akan seindah tampilan luarnya.

Dan juga, Anna masih tak menyangka akan menetap bersama Jonathan disini. Masih terasa begitu mustahil, oh Seanna dan drama kehidupannya. Harus kembali dipertemukan dengan lelaki masa lalu yang pernah menghancurkan segalanya sungguh diluar ekspektasi. Enam tahun ia bersembunyi, dan pada akhirnya tetap saja ia tertangkap, terikat dan masih tetap tidak berdaya di bawah kendali seorang Jonathan.

Memikirkan jika saja Anna masih punya keluarga, atau paling tidak, memiliki seseorang dengan latar belakang yang kuat, yang mampu menyandingi Jonathan dan kuasanya. Mungkin ia dan Jayden masih akan baik-baik saja hingga detik ini.

Sayangnya Anna sebatang kara dan mirisnya ia tidak kaya. Ditambah lagi Jonathan si pengacau mempersulit semuanya, segala kelemahannya ia gunakan semata-mata hanya agar Anna tak memiliki celah sedikitpun untuk lepas. Dan itu membuat Anna bertanya-tanya "Apakah dia masih Jonathan Addison yang sama dengan yang menolaknya enam tahun lalu?"

Dulu, segala upaya digunakannya untuk membuat Anna menjauh dan sekarang segala upaya pula Jonathan lakukan untuk menariknya mendekat.

Apa motifnya, Anna pun tidak tahu. Terlalu susah ditebak.

"Tuan, nyonya. Selamat datang."

Terlalu asik mengamati dan tenggelam dalam pikirannya, Anna jadi terperanjat sendiri kala di depan pintu masuk sudah berdiri seorang wanita paruh baya berpakaian maid, menyapa lembut dan sopan.

Dua jenis pertanyaan dengan cepat merasuki pikiran Anna. Yang pertama adalah sejak kapan Jonathan memperkerjakan maid? Karena seingatnya lelaki itu mengaku tinggal seorang diri. Dan----apa gelar yang disematkan pada Anna tadi?

Nyonya? Heh, yang benar saja----Anna tak pantas untuk itu.

"Dia Mala. Mala, ini Anna," ucap Jonathan pada keduanya. Anna tersenyum kecil pada Mala, sementara wanita paruh baya itu menunduk sekali lagi.

Jonathan melanjutkan langkah melewati Mala. "Mala hanya akan datang saat kusuruh, selebihnya dia di rumah papa," jelasnya. Satu pertanyaan Anna terjawab.

"Jayden sudah ditempatkan di kamarnya?" Tanya Jonathan, menghentikan langkah sebentar.

Mala menjawab pelan. "Sudah Tuan"

Jonathan kembali mengambil langkah dengan masih merengkuh pinggang Anna erat.

"Kamarnya?" Anna menoleh sedikit mendongak untuk bertanya.

"Kenapa? Jayden punya kamar sendiri yang sudah di renovasi."

Renovasi? Secepat ini? Jonathan sudah mempersiapkan semuanya dengan matang rupanya.

"Mau melihatnya?" Tawar Jonathan.

Anna mengangguk, lalu keduanya berjalan menuju sebuah pintu di lantai yang sama dimana Jonathan memutar kenop dan membawa Anna masuk ke dalam untuk menyaksikan betapa indahnya kamar putra mereka.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SEANNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang