***Tiga sahabatnya sudah pulang sekitar setengah jam yang lalu. Selesai membereskan sejumlah tisu bekas air matanya yang berserakan, Anna berjalan menuju dapur. Segelas air hangat rupanya cukup untuk membuatnya yang tadinya masih gelisah kini jadi sedikit lebih tenang.
Sementara Jayden, bocah itu baru saja bangun, dan lantaran sudah hampir gelap, Anna menyuruhnya untuk segera mandi agar tak kemalaman.
Sedang ditempatnya, kini Anna merenung. Isi kepalanya dipenuhi berbagai hal, namun satu yang nampaknya masih betah mendominasi. Ya, siapa lagi jika bukan Jonathan ... Sumber ketakutan terbesarnya saat ini.
Anna memijit pangkal hidung, jujur ia sangat lelah. Menangis berjam-jam lamanya nyatanya membutuhkan tenaga juga. Ditambah lagi pikiran yang terus tertuju pada Jonathan dan Jayden membuat kepalanya berdenyut nyeri.
Kenapa? Kenapa dia harus kembali?
Kenapa dia harus datang disaat Anna dengan peluh dan susah payah, berhasil menata kembali hidup yang semula hancur lebur karenanya?
Kenapa dia harus datang disaat Anna justru memiliki sosok mungil yang ternyata juga menjadi kepunyaannya?
Bodohnya ... Anna tanpa disengaja justru mendekatkan Ayah dan anak itu dalam beberapa kesempatan. Dan lagi-lagi itu terjadi karena ia selalu tak punya kuasa untuk menentang Jonathan beserta tingkahnya yang Dominan. Anna terlalu terpengaruh.
Oh ... Seanna yang malang, pengendalian dirinya yang lemah, beserta takdir yang dramatis membawanya kembali pada sosok masa lalu itu.
Menyedihkan...
Masih dengan pandangan kosong, Anna langkahkan kakinya menuju kabinet dapur, ia berniat membuat makan malam untuk Jayden. Mereka kehabisan stok telur, jadi akan ia buatkan French fries untuk bocah itu. Namun saat hendak meraih talenan, ketukan di pintu depan menghentikan gerakan tangan Anna.
Tanpa menunggu lama ia beranjak dari dapur, melewati ruang tengah sambil menerka-nerka siapa yang mengetuk pintu rumahnya dikala magrib seperti ini. Tetangga kah? Ahh, Anna tidak yakin, hubungannya dengan para tetangganya tak bisa dibilang baik. Para sahabatnya juga rasanya tidak mungkin, mengingat mereka baru saja pulang beberapa saat lalu.
Dan benar saja, perkiraannya tak melenceng karena begitu pintu terbuka, yang didapati Anna adalah ...
"Selamat malam, Anna."
"Noah?"
Ya Noah, berdiri di depan pintu rumahnya dengan kaos hitam dan tangan yang menenteng tas plastik berukuran sedang.
"Uncle Noah Miss you so bad!!!"
Jayden dengan tatanan bedak baby yang belum sepenuhnya rata di muka itu berlari kecil dan langsung memeluk pinggang Noah. Noah membalasnya tak kalah hangat lalu berjongkok seraya mengusap puncak kepala si bocah.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEANNA
Romance[21+ ] Seanna pernah berjuang begitu keras demi penuntasan obsesinya pada sosok Jonathan ...Sebelum akhirnya menyerah kala lelaki itu menghancurkan harap serta merenggut asa yang susah payah dirajutnya kembali--dalam bayang-bayang penyesalan. Memutu...