Part 45

134K 5.4K 3.6K
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Perempuan itu kewalahan. Nafasnya tersengal, dahinya penuh keringat dan ia mengusapnya dengan tangan yang tak lagi bertenaga. Beberapa saat lalu ... saat tangis seorang bayi memecah suasana, mendadak ia terhenyak, sejenak lupakan sakit yang menyergap hingga nyaris sampai ke tulang, tergantikan dengan rasa gamang saat tubuh kecil masih berlumur darah itu ia tangkap lewat penglihatan sayunya.

Itukah dia?

Dia yang selama ini mendiami rahimnya? Ya Tuhan, Anna tidak menyangka telah berhasil membawa dia melihat dunia. Menahan semua sakit yang seakan mampu
menghancurkan tiap sendi untuk melahirkan bayi dari seorang pria yang menghancurkan hatinya.

"Bayinya laki-laki, sehat, dan ganteng juga," ucap salah seorang Suster, menyerahkan makhluk kecil itu dalam gendongan sang nenek.

Sedang Anna yang terbaring kepayahan, hanya bisa menatap dalam diam. Ada perasaan aneh yang tak bisa ia jelaskan dengan kata-kata.

Ini ... Ini seperti keajaiban.

"Tampan, tapi lebih mirip kamu," tutur sang nenek, raut bahagianya tak terhindarkan.

"Mau gendong?" Tanya wanita tua itu, yang langsung dihadiahi raut ragu dari sang cucu semata wayang. "Enggak apa-apa, kamu ibunya." Iva meyakinkan.

Anna masih sangat muda, ia tak mengerti apapun soal ini jadi Iva maklumi. "Ayo, Anna. Dia butuh asi kamu." bujuknya perlahan.

Dan Anna yang semula diam, mulai menunjukkan pergerakan. Tangannya yang lemah terangkat pelan-pelan, sambil menguatkan hati untuk untuk menggendong bayinya.

Iva lalu menyerahkan si mungil itu dalam gendongannya, lalu dalam sekejap rasa haru menyergap Anna secara bersamaan dengan bibir yang mengecup kening sang bayi.

Anna menatap lekat ke arah bayi itu, sebelum memindahkan pandangan pada neneknya secara bergantian dengan raut polos, dan tanpa mampu dicegah bulir air mata jatuh membasahi pipinya.

"Dia lahir, nek." Anna melirih, suaranya sangat serak. "Dia kecil banget, Anna takut nyakitin," imbuhnya di sela-sela isakan bahagia. Melihat bibir mungil sebaris itu mengeluarkan sedikit lidahnya membuat Anna terkekeh dalam tangis.

Sudah berbulan-bulan, dan baru Anna rasakan kembali kebahagiaan seperti ini. Penolakan, keinginannya untuk melenyapkan sosoknya yang mungil ... Oh, Anna ingin mengutuk dirinya sendiri karena pernah menjadi jahat dan tak berperasaan.

Sekarang lihatlah, bagaimana hanya dengan memandang sang bayi terpejam saja, damai seketika meresap ke hati dan jiwa Anna yang semula bergemuruh. Hadirnya seolah membuat Anna dapatkan kembali tumpuan hidupnya usai melewati fase kehilangan arah untuk melangkah. Ya, Tuhan telah mengembalikan kekuatannya, memberi penawar untuk sakitnya ... lewat bayi mungil ini.

SEANNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang