Part 24

93.3K 6.8K 2.8K
                                    

Rencana Hiatus sebulan batal terealisasi, suka lemah Sendiri kalau udah ada yang nagih :'(

__________________



***

Anna serasa ingin menenggelamkan diri ke dasar bumi begitu sakit menghujam Jantungnya tak tanggung-tanggung. Seperti Ia yang baru saja dilaknat tanpa ampun-Sakit sekali. Bukan tubuh, tapi batinnya dan Anna baru sadar ketika Rosie memutuskan sambungan diikuti ponsel yang jatuh dari genggaman lemah jemarinya, karena selama perempuan itu berbicara-jiwa Anna seolah meninggalkan raganya yang memaku dan pucat.

Jayden kecelakaan.

Ohh-Siapa saja tolong katakan ini hanya mimpi. Anna tidak sanggup, benar-benar tidak sanggup menerima kenyataan bahwa Jayden-putranya, malaikat mungilnya harus bernasib malang seperti ini.

Demi Tuhan-dia masih kecil, Jayden nya masih kecil. Membayangkan bagaimana Tubuh mungil nan ringkih itu berbenturan keras dengan kendaraan bermesin sialan, Membuat Anna Nyaris hilang kewarasan. Ah Kenapa bukan Anna saja.... Kenapa bukan Anna saja yang berada dalam kondisi itu? Kenapa bukan Anna saja yang merasakan sakit fisik mengerikan itu menggantikan putranya? Setidaknya Anna masih cukup kuat-Ya Anna yakin ia pasti akan kuat dan bertahan, tetapi Jayden? Putranya tidak sekuat itu...Jayden nya tidak akan sanggup.

"Anna ..."

Panggilan berat itu memasuki gendang telinganya, tetapi Anna seolah tuli. Masih belum bergeming bahkan saat Jonathan Menangkup wajah piasnya dengan telapak tangannya yang besar.

"Anna, hey lihat aku." Sentuhannya begitu lembut namun tetap saja tak sanggup menenangkan kekalutan jiwa Anna.

Napasnya memburu. Lewat ujung jari, bisa Jonathan rasakan dengan jelas Tubuh Anna yang bergetar hebat. Keringat dingin membasahi kening wanita itu.

Dengan gerakan amat kaku Anna menoleh-menatap Jonathan dengan cairan yang sudah menggenang di pelupuk mata.

"J-jayden..."

Lirihnya mulai terisak, sedang Jonathan yang sempat menangkap suara panik rosie terlihat sama panik-namun lelaki itu sedikit lebih pandai menyembunyikan. Berbeda dengan Anna yang terang-terangan nampak frustasi. Perempuan itu merenggut jasnya mencengkram erat- mulai panik.

"Jayden, Jo-"

"Ssttt...rumah sakit mana? Kita kesana sekarang, kamu tenang. Oke?" Tukas Jonathan selembut mungkin, ujung jarinya bergerak menghapus lelehan bening di sudut mata wanita itu.

Belum sempat Anna berkata lagi, Jonathan sudah lebih dulu merapikan gaunnya, memasangkan blazer untuknya. Dan setelah itu, masih dengan tubuh lemas tak berdaya Anna biarkan Jonathan membimbingnya keluar Menuju mobil pria itu.

***

Mereka tiba di rumah sakit, bersama kekalutan dan air mata yang tak berhenti membanjiri, anna menyeret Langkahnya menuju unit gawat darurat. Mengabaikan Jonathan yang mengikuti dari belakang. Sesekali menyuruh Anna menjaga langkah karena wanita itu tampak asal menerobos, Anna menolak ketika Jonathan meraih tangannya guna mengimbangi langkah.

Hingga sampailah mereka di depan ruang unit gawat darurat dengan Anna yang tersengal dan tak bisa menghentikan laju air matanya. Di bangku tunggu, Rosie menangis tersedu. Sedang Lala disampingnya berusaha meredakan meski sembab di wajah perempuan itu sendiri pun tak terelakkan. Melihat kedatangan Anna, Jennar yang sejak tadi menondar mandirkan tubuh lantas bergegas menghampiri. Sesaat ada sorot kebencian di matanya ketika bertemu muka dengan Jonathan. Ingin sekali menuntut penjelasan tetapi jelas ini bukan saat yang tepat. Anna sedang butuh dirinya untuk menguatkan bukan memperparah kondisi.

SEANNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang