Part 5

127K 8.3K 456
                                    




Jangan lupa votmen~

***

Anna mengurungkan niatnya untuk kembali ke kelas dan memilih menaiki Rooftoop, selain Jonathan and teman lelaki itu, hanya Anna satu-satunya siswi yang berani kemari. Ini wilayah kekuasaan mereka, namun mengingat anak-anak berandal itu sedang berada di kantin sekarang, tempat ini pastilah sepi dan Anna bisa bebas.

Roftoop——menjadi tempat Anna melihat Jonathan untuk pertama kali.
Laki-laki itu suka membaca komik atau menggambar di roftoop. Itulah sebab kenapa Anna juga seringkali menghabiskan waktunya disini hanya untuk bersembunyi di balik perabotan dan memperhatikan Jonathan dari jauh.

Menyandarkan tubuh pada dinding pembatas, Anna menghela nafas berat. Angin yang menerpa wajah membuatnya terbawa suasana. Tanpa dikehendaki, dada Anna kembali berdenyut nyeri kala bayang-bayang Jonathan memenuhi pikirannya.

Jika kalian bertanya seberapa sukanya Anna pada Jonathan, jawabannya ialah 'tak terhingga'.

Anna begitu mencintainya, sangat. Bahkan tidak bisa diuraikan dengan kata-kata. Semua tentang Jonathan, Anna tau. Hobi, makanan kesukaan sampai kebiasaan serta tempat-tempat berbau kenakalan remaja yang selalu Jonathan kunjungi. Anna tau bahkan beberapa kali mengikuti Jonathan pergi ke sana.

Jonathan itu terlibat pergaulan bebas, suka tawuran dan sebagainya meski tak sampai menyentuh narkoba. Namun club malam, balapan liar dan gadis-gadis, semua itu adalah gaya hidupnya.

Jonathan itu brengsek juga pembawa pengaruh buruk, tetapi tetap saja Anna tidak bisa berhenti menyukainya. Jonathan adalah Defenisi kebahagiaan untuk Anna yang yang tidak pernah mengenal cinta sebelumnya. Ya, setidaknya Jonathan Addison masih menjadi Sumber kebahagiaan bagi Anna sampai kemarin, hanya sampai kemarin karena sekarang Lelaki itu telah menggantinya dengan title 'Sumber kehancuran'.

Anna tahu ini juga kesalahannya, ia yang terlalu bodoh dan naif. Tetapi pantaskah Jonathan melakukan hal sekeji itu padanya? Memperdaya kepolosan Anna untuk memuaskan birahinya lalu memperlakukan Anna layaknya Jalang yang mengatasnamakan uang sebagai bukti pengorbanan. Oh ... Jonathan bukan cuma brengsek tapi juga berperilaku seperti iblis.

Anna tidak tau kemana hilangnya perasaan suka dan cinta yang ia miliki untuk Jonathan, karena saat ini yang ia rasakan ketika mengingat pria itu hanyalah rasa marah, benci, dan ... jijik.

Selama hidupnya, Anna tidak pernah membenci sesuatu secara berlebihan, tetapi Jonathan membuat Anna merasakan itu sekarang.

Membenci hingga rasanya ingin mati.

Cepat-cepat Anna menghapus air matanya yang tumpah ruah ketika terdengar suara pintu yang terbuka di belakangnya.

Petugas kebersihan kah? Atau salah satu teman Jonathan? Terka Anna asal.

Begitu deru nafasnya yang sesenggukan kembali normal, Anna berbalik. Matanya membulat sempurna begitu salah satu dari perkiraannya tidak ada yang benar.

Jonathan berdiri di sana dengan wajah datar seperti biasa serta dua tangan yang terselip di saku celana.
Lelaki itu memandangnya lurus membuat Anna sedikit kikuk.

Kenapa dia kemari? Bukanya tadi masih di kantin?

Anna Mengernyit bingung sebelum kembali tersadar jika tempat ini adalah milik Jonathan, lelaki itu bebas kemari, mungkin saja ia datang untuk membaca komik.

Melihat Jonathan berjalan ke arahnya, tanpa aba-aba dan tegur sapa, Anna beranjak dengan cepat, namun baru beberapa langkah melewati lelaki itu, lengannya ditarik paksa hingga ia kembali berbalik, menghadap Jonathan yang juga menghadapnya.

Anna berusaha melepaskan cekalan tangan Jonathan di lengannya.
"Lepasin" pinta Anna dingin.

Jonathan tidak bergeming, pandanganya menajam dan Anna tidak suka itu. Mata Elang yang selalu berhasil membuat Anna meleleh kini justru terlihat menakutkan.

"Lo bisa gak sih bersikap biasa aja?"
Suara berat itu, juga memberikan efek yang sama untuk Anna

"M-maksud kamu apa sih?"

"Ngapain hindarin gue kayak tadi? Dan ekspresi yang lo tunjukin pas liat gue itu, lo sadar gak? Itu bisa bikin orang pada curiga!" Bentak Jonathan keras.

Bingung, Anna pun mulai merasa itu tidak masuk akal. Curiga apanya? Seluruh kantin tidak mungkin memperhatikannya sedetail itu kan?

"Apaan sih! Itu berlebihan Jo. Gak ada yang bakal curiga dengan hal kecil macam itu" nada suara Anna sedikit meninggi. Kesal karena Jonathan benar-benar terlihat mengada-ada.

"Pasti ada, Na! Ngelihat lo yang biasa ngerecokin dan ngintilin gue kemana-mana, mereka pasti heran lu tiba-tiba ngehindar. Makanya dari awal itu jangan suka ganjen gak jelas! Awas ya kalau sam-"

"Kamu tu maunya apa sih? Oke aku tau aku dulu salah tapi sekarang aku sadar dan udah mau berubah. Seharusnya kamu senang aku menghindar, ini kan yang kamu mau? Tolong jangan mempersulit" pintanya mulai tenang. "Aku berhenti ganggu kamu, setelah ini aku bakal jauh-jauh dan sebisa mungkin gak akan muncul di sekitar kamu lagi." menjeda kalimatnya, Anna mendengus lemah.

"Soal tanggapan orang-orang, mengingat perjuanganku selama ini yang gak ada artinya di mata kamu, mereka pasti ngerti kenapa aku berubah, karena manusia juga punya titik jenuh. Mustahil mereka akan berpikiran sampe kesana. Perkiraan kamu tadi itu terlalu jauh, berhenti khawatir sama sesuatu yang gak mungkin terjadi."

Jonathan bungkam, tetapi wajahnya menunjukkan ekspresi Geram.

"Kejadian itu akan tetap jadi rahasia kita, sama sekali gak terlintas di pikiran aku buat bocorin ke siapapun, aku juga punya malu Jo. sekarang Kamu bisa tenang." lanjut Anna.

Begitu merasa cengkraman Jonathan mulai mengendur, segera Anna tepis tangan itu dan pergi dari sana.

Namun Jonathan Lagi-lagi menahannya.

Oh Tuhan, kenapa lagi sih dia ?

Mendengus kasar, Anna berusaha untuk tidak meneriaki Sosok menyebalkan di hadapannya ini.
"Apa lagi sih Jo?! Aku harus balik, temen kamu bisa aja datang kesini dan ngeliat kita."

Jonathan terlihat menarik nafas sejenak sebelum kembali membuka suara. "Akan lebih mudah kalau lo terima uang dari gue"

Sungguh Anna benar-benar menahan dirinya kuat-kuat agar tidak menampar Jonathan sekali lagi.

"Aku- gak- mau!" ucap Anna memberi penekanan pada setiap kata yang keluar dari mulutnya.

"Kamu ngerti gak sih? Dengan terima uang itu malah bikin aku terlihat kayak jalang!" kali ini Anna benar-benar berteriak. Tidak Mampu menahan kekesalannya lagi.

"Aku emang ganjen, gak tahu malu, dan mungkin terkesan murahan tapi aku bukan Jalang! Kamu tau itu dengan jelas karena kamu laki-laki pertama yang —" Anna tak sempat menyelesaikan kalimatnya ketika Jonathan membekap mulutnya, meraih pinggangnya lalu membawanya membentur pembatas.

Refleks Anna berontak, memukul-mukul dada lelaki itu agar terlepas dari dekapanya karena jujur, Jantung Anna mulai berdetak tak karuan dan lututnya mulai terasa lemas.

"Sial, jaga mulut lo" Geraman rendah serta rahang yang mengetat milik Jonathan membuat Anna menelan ludah gugup.

Anna sungguh tidak tahu jika Jonathan bisa terlihat semengerikan ini.

Wajah Lelaki itu begitu dekat dengan wajahnya, Tubuh bagian depan mereka menempel sempurna. Anna mulai gelisah. Tatapan itu ... kenapa semakin menggelap?

Tidak, tidak boleh lagi..

Posisi ambigu keduanya bertahan hingga beberapa detik sampai bunyi Bel masuk terdengar. Secepat kilat Anna melepaskan diri, mendorong Jonathan menjauh lalu menetralkan degup jantungnya.

"Sekali lagi kamu gak perlu takut. urusan kita selesai, dan ini mungkin adalah pertemuan terakhir kita. Jalanin hidup kamu dengan tenang dan aku akan melakukan hal yang sama." Tukas Anna mantap, sebelum benar-benar pergi meninggalkan Jonathan yang masih menatapnya dari kejauhan.





TBC

SEANNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang