Part 7

134K 8.2K 635
                                    

***

Anna menghela nafas panjang begitu waktu menunjukkan pukul 00.07 malam, sebentar lagi tiga makhluk bar-bar itu akan datang dan menjemputnya setelah Ijin dari sang nenek telah mereka kantongi.

Mengalihkan pandangan, Anna sejenak kembali mematut penampilannya di depan cermin. Malam ini ia mengenakan mini dress berwarna hitam yang melekat pas di tubuh semampainya, dengan rambut yang dibiarkan tergerai. Pakaiannya ini memang tergolong sopan, tapi sepertinya belum tentu dengan tiga orang bar-bar yang telah lama berstatus sahabatnya, apalagi Jennar, gadis itu bisa dipastikan akan menjadi pusat perhatian.

Beberapa menit berlalu, dering pada ponsel yang beriringan dengan bunyi klakson dari luar rumahnya menyentak Anna.

'Itu pasti mereka,' batinya. Tanpa membuang-buang waktu lagi segera menyambar handbag mininya di atas ranjang dan berderap keluar kamar.

"Udah mau berangkat?" Tanya nenek yang baru saja keluar dari dapur dengan segelas susu di tangannya.

"Iya nek, jangan tunggu aku yah. Nenek tidur aja duluan," pinta Anna pelan sembari mengecup pipi sang nenek.

"Anna pergi dulu ya nek," pamitnya yang langsung dihadiahi senyum merekah sang nenek.

"Hati-hati sayang."

***

Dentuman musik mengiringi langkah keempat gadis tersebut, semua mata tertuju kepada mereka yang berlagak begitu anggun kala pertama kali menginjakkan kaki di tempat Acara berlangsung, yakni sebuah ballroom hotel berbintang.

Mengambil tempat duduk paling tengah, Jennar yang pertama kali membuka perbincangan. "Lihat tuh si Ular keket nempel mulu sama Jonatod."

Anna tidak menyahuti bahkan tidak berniat mengikuti Arah pandang ketiga temannya, Anna tau siapa yang dimaksud Jennar dengan ular keket, Itu Bianca, most wanted yang biasa dipasang-pasangkan dengan Jonathan karena terlihat sangat serasi.

Bianca memang sering menempel pada Jonathan dan laki-laki itu dengan senang hati menerimanya.

Ahh ... mengingat itu Anna Kembali berdecih, mengingat bagaimana Jonathan selalu mengatainya genit dan ganjen padahal Bianca bisa dibilang lebih Parah dari dirinya.

'Udahlah An, lupain!' Beruntung batinnya menyerukan agar Ia lupakan semua hal yang berhubungan dengan manusia bejat itu dan menjadi fokus.

Rangkaian Acara berlangsung meriah seperti yang diharapkan dan sepanjang Acara, hanya Anna satu-satunya yang tidak antusias. Ia lebih banyak terdiam dan menyahut sesekali saat diajak bicara. Hingga sampailah pada penghujung dan Anna memutuskan untuk pergi ke toilet.

Ia pun menjauh dari tempat duduk mereka, melintasi Ballroom dengan wajah terus menunduk-- namun tiba-tiba sepasang kaki beralaskan sepatu pantofel hitam menghentikan langkahnya, Anna sontak menaikan pandangan.

Cowok itu-Satria, salah satu teman se-Geng Jonathan

"Hay, Na," sapa Satria menampilkan senyuman lebar.

Anna tertegun sebentar sebelum tersadar dan membalas sapaan itu, berusaha tetap ramah.

"Nyari si Jonat ya?" Tanya Satria kemudian.

Langsung saja Anna menggeleng keras "Enggak kok! Gue-"

"Woy, Nat! Lo Dicariin Anna nih"

"Apa- Hey!" Panik Anna.

Belum sempat dirinya mengelak, Seruan Satria bersamaan dengan tarikan cowok itu dilengannya membuat Anna tidak bisa mengantisipasi ketersiapanya.

" Lepasin! gue mau ke toilet bukan nyari dia"

SEANNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang