PART 38

74.6K 4.6K 3.4K
                                    

(Tak sia-sia menjadi pejuang bulgos

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Tak sia-sia menjadi pejuang bulgos.)

***

"Anna, kita sama-sama tau dengan jelas orang seperti apa Jonathan itu, dia bukan orang sembarangan Anna. You know what i mean."

"Kamu tahu dan aku Juga sudah menjelaskan seberapa berbahayanya dia, tapi apa katamu kemarin hah? Kamu siap membantuku!" Bentaknya, melepaskan sedikit emosi yang telah ia tahan.

"Tapi bukan untuk menentangnya di pengadilan, Na. Oang-orang dari kalangan mereka penuh dengan propaganda. Gimana kalau keadaan malah berbalik? Bagaimana jika kamu lah yang harus mengalah dan melepaskan Jayden?"

Anna mendesah tak puas."Aku pikir kamu cukup kuat melawannya," lirihnya, menunduk rasakan desakan air mata. "Tapi kenapa harus dengan lari dari masalah?"

Apa sudah tidak ada lagi harapan untuknya? Oh God, Sekarang Anna Merasa jika semua sia-sia dan ia akan kembali gagal bahkan sebelum sempat memulai usaha.

"Hanya itu yang bisa aku lakukan Anna, tapi aku jamin kita gak akan gagal. Aku pastikan itu. Jonathan mungkin tak akan bisa menemui kalian lagi"

Gelengan apatis Anna berikan untuk respon dari kalimat yang sama sekali tak memberikannya efek tenang. Mundur sekedar menubrukan punggungnya pada tembok, Anna meremas kecil rambutnya. "Sama saja ... Kalian semua sama saja. Pada akhirnya dia selalu menang, aku akan menjadi tawanannya selamanya, Noah. Aku enggak akan bisa lepas lagi"

"Jangan bicara seperti itu Anna."

"Cukup Noah! Seharusnya kamu gak usah kasih aku harapan. Kalau ujung-ujungnya gak bisa kamu penuhi!" Dan setelah katakan itu Anna mengayun langkahnya lebar dengan maksud ingin meninggalkan Noah, namun akibat terlalu tergesa membuatnya bertubrukan dengan seseorang yang sontak langsung membuat tubuh tidak vit nya linglung, hampir terjatuh.

Dan seseorang itu ... adalah Jonathan.

"J-Jo ..." cicit Anna.

Oh ya Tuhan, kenapa dia ada dimana-mana? Sosoknya selalu bisa menemukan Anna, aromanya seolah yang tak pernah absen dari Indra penciuman wanita itu.

"Puas menghirup udara segar?" Nadanya lebih tajam untuk sekedar tanya. Jonathan menahan lengan Anna, namun dengan cara mencekram.

***

Jonathan menutup pintu, menguncinya. Kemudian satu langkah kecil darinya membuat Anna mengambil sikap defensif.

Aura pria itu memang tak pernah mengenakan, namun ada saat-saat tertentu dimana Jonathan akan terlihat begitu mengintimidasi, seperti yang sekarang lelaki itu perlihatkan.

Menatap buas, siap menerkam Anna dengan manik hitam yang terlihat kelam. Anna kembali menelan ludah seraya berpaling membelakangi, lantas melepaskan pegangan pada ujung baju dengan perasaan was-was dan jantung berdebar tak karuan.

Matilah sudah, Anna pikir ia akan lolos kali ini lantaran Jonathan masih lama di kantor. Jika tau lelaki itu berbohong, seharusnya ia masuki saja kamar Jayden tadi, dan bisa dipastikan ia akan aman. Tapi apalah daya kini?

Sungguh, sentuhan Jonathan tak ia nantikan, tapi begitu tangan besar pria itu terasa diatas kulit lembabnya, saat itu juga Anna berbalik, tubuhnya luruh seketika ke lantai dengan jemari mencengkram erat ujung kemeja Jonathan yang telah keluar dari balik celana bahan pria itu.

"Maafin aku, maaf. Gak bakal aku ulangi tapi tolong jangan hukum lagi, ampun Jo" tangis pecah Anna membekukan Jonathan. Cukup terkejut ia dapati respon wanita itu yang diluar perkiraan.

Perempuan ini, benar-benar takut ia hukum?

Jonathan menarik Anna berdiri. Membiarkan tubuh besarnya memperangkap Anna yang tiba-tiba memberontak di tengah perasaan risih.

"Apa yang kamu lakukan?!" desis Jonathan, irisnya menelisik dalam wajah sayu Anna, tetesan air mata dari telaga indahnya benar-benar mengganggu.

"A-aku takut.." cicit Anna parau. Ada panik yang mengusik dalam nadanya.

Seketika kernyitan di dahi Jonathan lantas sirna, ingin sekali ia menyeringai untuk pengakuan Anna yang membuatnya puas, Anna memang harus takut padanya agar tetap terus menjadi lemah dan membiarkan dirinya yang mendominasi, tetapi kenapa tangis pilu wanita ini malah menyinggungnya? Napasnya tercekat kala Anna bisikan kalimat "Jangan kayak kemarin lagi, sakit ... Jo"

Lantas tubuh besar si pria mendadak kaku.

Memangnya seburuk itu kah?

"Jangan kayak kemarin lagi" bagai kaset rusak, kalimat itu terus diulang-ulang sampai Jonathan pun jengah Sendiri mendengarnya.

"Aku hanya akan seperti itu sedang marah, Anna. Maka dari itu berhentilah memancing emosiku. Aku tidak suka dibantah, mengerti?" membawa wajah Anna agar menatapnya, Jemari pria
itu menjepit dagu Anna lembut seraya berdesis tegas. Dimana Anna lantas mengangguk cepat, masih dalam tangisnya berkata lirih. "M-maaf"

Satu anggukan Jonathan beri, melepaskan jepitan pada dagu wanita itu, segera Anna direngkuhnya dalam pelukan bersama elusan seringan bulu di puncak kepala. "Soal Noah, hari ini aku ampuni. Tetapi jika kamu masih berani-"

"Gak akan lagi, Jo..." sergah Anna cepat. Melalui rengekan dan ketakutan di matanya yang terlihat jelas.



***



Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SEANNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang