Part 8

123K 9K 1.1K
                                    

***

Jakarta 13 Februari 2020

Wanita itu bolak-balik mengecek penampilannya di depan cermin, mengisi beberapa berkas ke dalam tas kerja, sambil sesekali melirik jam dinding.

Ah ... Pagi yang benar-benar sibuk, mengurus beberapa hal ditambah membalas seseorang di sebrang sana melalui telpon genggam. "Gue kan udah pernah bilang, dia bakal muntah-muntah kalau makan yogurt. Lain kali jangan dikasih lagi, Rosie" cecar Anna seraya seraya meraih heels dan memakainya.

"Iya-iya maaf gue lupa. Eh, Lu kok kayak ngos-ngosan gitu, sibuk banget?"

"Iya, ini lagi siap-siap bentar lagi berangkat."

"Tumben cepat banget berangkatnya"

"Hari ini kedatangan CEO baru, pengganti Pak Rendra jadi gak boleh telat buat penyambutan."

"Pak Rendra--Boss lu yang meninggal karena Serangan jantung itu?"

"Yap, hari ini penggantinya datang, menurut informasi sih keponakannya sendiri yang gantiin" Cecar Anna.

"Wiih, berarti lu harus dandan yang cantik, Na."

Anna refleks mendelik "Dih ngapain?"

"Ya kalo statusnya keponakan sih udah pasti CEO baru lu itu masih muda, kemungkinan besar Single terus Ganteng. Kan lumayan buat dijadiin kandidat Pa--"

"Lo ngomong apa sih? Halu banget, Kebanyakan baca Wattpad lo." kesal Anna. Cara berpikir Rosie yang lurus-lurus saja kadang membuatnya bosan. Ia cenderung mengaitkan kisah Anna dengan para tokoh novel dan kerap kali memberikan solusi tak masuk akal yang gadis itu dapat dari kisah fiksi yang dibacanya.

"Dih kan saran doang." Sahabatnya itu membela diri dan Anna tau, Rosie pasti sedang mencebik sekarang. Kebiasaan gadis itu jika saran Halunya ditolak Anna.

"Udah ah. Btw si Jay udah bangun belum?"

"Udah dong, ini juga lagi siap-siap, pinter banget dia bisa siap sendiri."

"Oke, lo yang nganterin kan?"
Entar pulangnya biar gue yang jemput."

Rosie mengiyakan dan setelah mengucapkan Terimakasih, Anna langsung memutuskan sambungan lebih dulu.

Berjalan menuju dapur untuk menyantap sarapan yang sudah disiapkannya sejak tadi sebelum mandi. Anna membuka ponsel sekedar untuk melihat jam, dan seketika ia mengumpat dalam hati.

Ternyata tersisa lima belas menit lagi dan ia harus sudah sampai di kantor.
Sial. Ini sedikit sulit karena jarak kantor dengan rumahnya yang lumayan jauh, ditambah lagi ia masih harus menunggu angkutan umum.

Ck, andai ia punya sedikit uang lebih untuk membeli kendaraan seperti motor, Anna pasti tidak akan kesusahan seperti ini. Sayang sekali keadaan ekonominya kian hari kian tak bersahabat.

.

.

Sesampainya di Halte bus usai berjalan kaki, tiba-tiba ponsel Anna berdering dan nama Noah tertera disana, membuat Anna cepat-cepat mengangkatnya. "Halo Noah?" sapanya sambil menggigit jari.

"Kamu dimana? Kok belum nyampe?"

Wanita itu lantas meringis, pasalnya nada bicara Noah terdengar sangat tidak santai alias ngegas.

"Ini aku lagi nunggu Bus, dikit lagi datang kok. Masih ada 10 menit" sahut Anna, berusaha tenang meski sebenarnya ia tengah was-was, takut tidak bisa datang tepat waktu.

Oh, yang benar saja, ia tak ingin dicap sebagai pegawai dengan citra buruk di depan pimpinan baru.

"Duh Na, pesan Taxi aja. Nunggu Bus kelamaan-"

SEANNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang