11- Misi pertama

15.9K 1.2K 7
                                    

Votee dong yaaa! ♡
Itung-itung bantu author wkwkwk :v
Coment juga beb ♡

Happy Reading...

****

Tim Galaxyan menatap Mr. Atiza. Satu-persatu kelompok akan dipanggil dan masuk kedalam ruangan Mr. Atiza.

Mr. Atiza memberikan gulungan yang berisikan peta.

"Misi kalian adalah misi tingkat B, misi yang sulit. Kalian harus membawa inti kristal lima elemen dari berbagai tempat yang sangat sulit dijangkau. Itu petanya, yang pertama ada inti kristal es, lava, Flores, aheria, dan yang keterakhir adalah Darkness, jika semuanya terkumpul akan menjadi elemen cahaya," Jelas Mr. Atiza.

"Misi ini bisa berjalan lima hari jika kemampuan kalian sangat hebat. Tapi sepertinya akan berjalan lebih dari lima hari. Palingan satu minggu," lanjutnya.

"Baiklah, kalian boleh berangkat. Dan siapkan dulu bekal yang harus kalian bawa!" Tim Galaxyan membungkuk lalu segera keluar ruangan.

"Kita harus mempersiapkan bekal makanan lebih. Menurutku kita beruntung, ada yang menjalankan misi hingga satu bulan loh," ucap Atea.

"Menurutku ini sangat sulit, baru saja masuk tapi sudah mendapat misi seperti ini!" Veera mengeluh.

"Itu kalian yang baru masuk, tapi kami tidak." Nick dan Atea berucap bersamaan.

"Kalau soal makanan, serahkan saja padaku!" Queen mengacungkan jempol.

"Ikuti aku!" Mereka semua mengikuti Queen menuju kantin.

Queen memesan banyak makanan instan. Queen dan tim Galaxyan membawa makanan itu menuju rumah pohon di taman belakang sekolah.

Kini mereka sudah ada di rumah pohon. Memandang bingung Queen dan makanan instan itu.

"Lihat ini!" Seru Queen dan Mereka serempak melihat Queen. Queen mengeluarkan gulungannya. Ia membuka gulungan tersebut. Mulutnya berkomat-kamit merapalkan mantra. Makanan itu berubah menjadi cahaya dan cahaya itu masuk kedalam gulungan Queen. Seketika gulungan itu tertutup rapat.

"Nah selesai, jika ada yang berat-berat mau dibawa, beri tahu saja aku!" Queen tersenyum.

Mereka mengangguk. Tiba-tiba satu pertanyaan terlontar dari mulut Atea. "Kapan kita berangkat?" tanyanya.

"Sekarang masih jam sembilan pagi, nanti siang kita akan berangkat. Persiapkan barang yang perlu dibawa sekarang." Nick berdiri. Tim Galaxyan pun mengangguk.

Seketika mereka semua menghilang.

Queen menyiapkan barang-barangnya. Sebelum itu ia menatap surat dari ibunya. Ia mengambil surat itu lalu tersenyum. Ia menyimpannya di tas kecil sederhana miliknya.

Veera kebingungan akan membawa buku cerita yang mana.

"Tang ting tung mana yang beruntung!" Veera tersenyum, ia mengambil buku cerita itu dan membawa Sketch Book-nya tidak lupa juga dengan alat warnanya.

Sedangkan Atea membawa buku tebalnya yang dipenuhi dengan sejarah-sejarah dan salah satu novel favoritnya yang belum sempat ia baca.

Queen sedang memilih barang yang harus ia bawa lagi. Ia menoleh menatap teman-temannya yang sibuk berkemas.

"Hm, kita tidur pakai apa?" tanya Queen. Pertanyaan itu membuat Veera dan Atea menoleh.

"Akan kubuat rumah kecil dengan kekuatanku," Veera menyahut, Queen pun mengangguk. Semuanya kembali keaktifitasnya masing-masing.

"Wah buku yang waktu itu tak sengaja aku bawa? Kira-kita isinya apa yah? Entar aja deh ... dan aku juga belum selesai baca buku satunya!" Queen menyimpan kembali buku itu di lemari laci.

Queen mengambil handphonenya.

"Hei!" Veera dan Atea kembali melirik Queen.

"Disana ada sinyal?" tanya Queen.

"Gatau, mungkin ada." Queen pun mengangguk atas sahutan Atea.

Ia memasukan handphonenya. Ia kembali melihat-lihat barang-barangnya. Ia mengambil novel dan buku catatannya.

"Hei," ujar Queen. Veera dan Atea menoleh malas.

"Apa lagi?" sahut Veera dan Atea dengan kompak.

"Ada yang bisa buat ramuan secara langsung?" tanya Queen.

"Sayangnya aku belum mempelajarinya, bawa saja buku pengendalian ramuan," Usul Veera.

"Oke," Queen mengambil buku pengendalian ramuan.

Ia tersenyum ketika semuanya telah dikemas. Ia memandang kalung pemberian ibunya.

"Gunanya ini apa ya?" Ia kembali teringat soal surat itu.

"Pasti surat itu ada sangkut pautnya, nanti aku baca deh." Queen memakai ranselnya.

"Kalian udah siap?" tanya Queen. Veera dan Atea pun mengangguk.

Mereka berjalan keluar asrama, nampak para murid juga ada yang akan berangkat siang ini.

Veera nampak bertanya pada salah satu dari mereka. "Berapa hari kau menjalani misi, Delano?" tanya Veera pada salah satu murid pria.

"Dua minggu," jawab Delano si pria tampan itu sembari tersenyum. Veera menganga.

"Pasti susah ya?" tanya Veera.

"Ngga susah, kita cuman disuruh ngembaliin kesuburan desa suci. Jaraknya aja yang jauh banget, terlebih lagi di sana kita gabakal bisa pakai sihir teleportasi atau semacamnya karena pas kita sampai di perbatasan desa suci itu otomatis sihir kita akan di blokade. Harus bertarung menggunakan senjata juga pastinya," jelas Delano.

"Hebat sekali!, baiklah daa!" Veera melambaikan tangannya. Pria itu pun membalasnya.

"Timnya Delano sampe dua minggu loh." Atea yang sedang minum pun tersedak.

"Misinya pasti lebih susah," ujar Atea.

"Ngga, cuma jaraknya aja yang jauh. Terlebih lagi gaboleh gunain sihir." Atea dan Queen pun hanya mengangguk. Mereka pergi menuju gerbang

"Heei!" Veera melambaikan tangannya pada ketiga pria. Veera, Atea, dan Queen berlari menghampiri mereka bertiga.

"Makanan cek! Buku cek! Peralatan cek! Ramuan cadangan cek! Siap!" ujar Veera dengan semangat.

Ardolf hanya bisa terkekeh melihat tingkah kekanak-kanakan Veera.

Queen sendari tadi hanya membuat balon dari permen karetnya. Ia tak mempedulikan orang-orang. Dia segera menyudahi kegiatan itu.

"Kapan berangkat?" tanya Queen.

"Sekarang," sahut Fath.

"AYO BERANGKAT!!!" Veera berjalan duluan dengan semangat.

****

Disinilah mereka, di depan pos penjaga gerbang. Dengan Veera yang merajuk dipojokan.

"Kami mau menjalankan misi pak," ujar Queen.

"Iya, tapi teman kalian yang itu tadi menimpuk teman saya dengan sepatu!" Penjaga itu menunjuk Veera.

"Baiklah-baiklah maafkan dia, itu salah teman anda sendiri yang menghalangi Veera saat ia akan keluar gerbang." Kini Atea yang menyahut.

"Sudah, kami akan pergi. Terimakasih," ucap Nick datar. Ia segera berjalan keluar, disusul dengan yang lainnya. Tentunya dengan Veera yang masih merajuk.

"Ayo berangkat," ucap Ardolf.

Mereka pun berjalan, menempuh perjalanan menuju kediaman Frost dengan menggunakan portal ruang di tengah hutan.

-¤-

Satu kata buat chapter ini?

Vote dan comentnya jangan lupa ya ♡

Ilvu

Thx u all ♡

Salam hangat Alyssa.

Princess Of The Moon GoddesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang